Sarla menatap Rendra yang duduk di sampingnya. Mobil sudah melaju menembus jalanan yang cukup padat, tatapan Rendra lurus ke depan berpusat pada jalan. Sarla berpikir, dia memang ingin menangis -tadinya- tapi sekarang sudah tidak. Bibirnya berkedut, menahan senyum. Dia memalingkan wajah, mengamati jalan yang dilalui dengan jendela meski pikirannya tengah melayang kemana-mana.
Rendra, begitu dingin. Ucapannya terkadang manis tapi tidak kentara, perilakunya menunjukkan seolah dia tak peduli, namun dia seorang pengamat yang baik. Sarla tersenyum, dia masih tidak mengerti Rendra tapi baginya ini sudah cukup.
Sarla terkadang masih pusing dengan kelakuan Rendra yang macam Rhizopoda yang bisa berubah-ubah bentuknya. Otak Sarla sudah cukup pusing dengan masalah pelajaran dan masalah yang belakangan muncul
Ponsel Sarla berdering, terlihat nama Tuan Yuda terpampang jelas di atas layar. Sarla tercenung, tidak biasanya Tuan Yuda menghubunginya
"Halo om" sapanya ramah
"Halo, Sarla. Kamu udah berangkat?"
"Iya nih om, sama Rendra" Sarla tidak tahu haruskah nama Rendra dia cantumkan juga?
"Bisa, kamu ke kantor om sekarang?"
"Emangnya ada apa om?"
"Kesini aja, nanti juga kamu tahu"
"Oh?"
"Kamu bolos aja, ajak Rendra sekalian"
"Eh? Bolos? Kayaknya Rendra gak bakalan mau deh om"
Sarla melirik Rendra, dia tampak acuh dan tak peduli. Meski namanya disebut, tampaknya dia masih tidak tertarik
"Yaudah kamu sendiri aja, Rendra gak usah. Tapi kalo nanti Rendra ikut juga gak papa. Om udah telepon pihak sekolah"
"Emh iya om"
"Yaudah om tutup ya"
"Iya om"
Sarla tercenung. Firasatnya mengatakan bahwa ada satu kejutan lagi yang menantinya. Sarla menatap Rendra
"Dra, kata om Yuda aku ke kantornya sekarang. Aku mau bolos, kamu ikut?"
Rendra diam menatap jalan di depannya kemudian memutar balik. Sarla tidak mendapat jawaban pasti dari Rendra, namun dia tahu bahwa Rendra akan mengantarnya ke kantor ayahnya
Sarla menghembuskan nafas berat, menyandarkan punggungnya terasa sangat nyaman. Kapan terakhir kali dia merasa seperti ini? Belakangan hidupnya terasa amat berat
Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di gedung Dellos Telkom Ind. Rendra memarkirkan mobilnya dan keluar. Kantornya cukup megah, bangunan tinggi klise dengan kaca sebanyak empat puluh sembilan lantai. Saat memasukinya, banyak yang menatap heran mereka. Kenapa anak SMA bisa tiba di sini? Kira-kira seperti itulah. Terdengar beberapa orang juga berbisik tentang Rendra, pria tampan beraura dingin.
Sarla menghampiri resepsionist, meski sebenarnya itu tidak perlu
"Permisi mbak, saya mau ketemu om Yuda"
Wanita itu melirik Rendra, kemudian melihat Sarla dengan tajam
"Ada urusan apa ya?" dia mengibaskan rambutnya
Rendra berjalan menuju pintu, dia berniat untuk pergi. Terserah apa yang akan Sarla diskusikan dengan ayahnya, toh nanti Sarla juga cerita padanya
"Sudah buat janji?"
"Eh? Saya ditelepon sama om Yuda-nya langsung"
Wanita itu mengangkat sudut bibirnya meremehkan
"Anak SMA ada urusan apa dengan perusahaan? Dasar penggoda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarla
RomanceRendra Argifan Dellos "Kesalahanku adalah tak pernah menunjukkan betapa aku menyayangimu hingga akhirnya aku kehilanganmu" Vee Abraham Kanziee "Gadis kecil yang membuatku jatuh cinta, membuatku melupakan dendam yang membara, namun mengapa harus bera...