chapter 23

4.8K 175 0
                                    

Ia tak tahu harus bagaimana.

"Oke, gue yang salah kemarin. Tapi gue lakuin itu, karena gue takut kehilangan lo, Fel." suara Zevan melemah. Ia hanya sedikit mencoba mengerti bagaimana sikap seharusnya seorang pacar terhadap kekasihnya.

Felis menghela nafas kasar.
"Zev, gue gak mau nyakitin lo. Lo harus tahu, kalau gue gak pernah ada rasa sama lo. Dan lo,---"

"Gue tahu" potong Zevan.

"Gue tahu semua itu Fel." lanjutnya.

"Tapi meskipun lo tahu, kenapa lo gak mundur? Lo harus tahu, ini ngerusak persahabatan kita." Felis mencoba memberi pengertian walau ia sendiru heran mengapa Zevan masih tetap bertahan.

"Itu memang konsekuensinya. Tapi Fel, gue milih lanjutin ini semua. Maaf"

"Zev...."

"Gue gak mau peduli perasaan lo gimana. Fel, itu gak penting buat gue. Gue cuma mau memiliki lo aja"

Felis tak percaya mendengarnya. Betapa egois Zevan ini.

"Lo egois Zev! Lebih baik kita akhiri ini. Kita jadi sahabat lagi" lirih Felis meyakinkan.

"Gue tahu gue egois. Tapi gue gak mau mutusin hubungan ini. Gue cinta sama lo Fel" tolak Zevan tegas.

"Zev, lo gak bisa bedain, mana cinta mana obsesi. Perkataan lo kali ini, bukan cinta, tapi cuma obsesi"

"Gue udah bilang, gue gak peduli,
Gue sayang lo Fel" dengan tiba-tiba, Zevan memeluknya.

Tetapi reaksi Felis berbeda. Ia mendorong Zevan menjauh.

"Jangan sentuh gue. Lo kehilangan hak sekaligus menjadi sahabat gue" dinginnya.

"Biarin gue egois, untuk kali ini aja" mohonnya.

"Lo sadar gak sih?! Lo ngekang gue Zev. Lo gak gini waktu lo jadi sahabat gue. Lo bahkan gak......"

"STOP!" bentaknya membuat Felis sedikit kaget.

"GUE UDAH BILANG BERAPA KALI KE ELO. SAHABAT SAMA PACAR ITU BEDA!!" Teriaknya.

Felis mendesah pelan, bagaimana cara menjelaskannya?

"Terserah lo. Gue putus dari lo. Kita selesai sampai disini!!" ucap Felis sama sekali tak takut.

"Gue.gak.mau" ucap Zevan menekan setiap kata.

"Terserah lo" Felis kali ini benar-benar muak. Ia ingin pergi dari hadapannya sekarang juga.

"Buka pintunya Zev!"

"Gak!"

"Lo gak punya hak apapun. Lo nyulik gue. Buka pintunya!"

"Coba kalau bisa!"

Zevan menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran mall. Ia melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Zev, mobil gue ada diparkiran anjirr. Gimana dengan Porcha?!!" paniknya.

"Gue gak peduli" acuh Zevan.

"Keparat. Lo egois!!"

"I don't care"

"HOW DARE YOU!!" teriaknya tak terima.

Zevan memasang tampang tak peduli.

Felis dengan cepat menelepon seseorang.

"Cha, Cha please. Tolongin gue sekarang, gue,---"

"Berani banget lo!" bentak Zevan, merebut ponselnya lalu melemparnya ke jok belakang mobil.

My Beautiful Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang