1. Perkara Dapet

4.4K 465 17
                                    

Helaan napas terdengar. Sudah hampir setengah jam Akabane Karma menunggu di tengah teriknya matahari dengan buku tulisnya. Tadinya ia bersama seorang gadis, berdua di kantin sambil belajar. Setelahnya si gadis pamit sebentar untuk ke toilet dan tak memunculkan batang hidungnya kembali.

Sebenarnya Karma menyesal karena telah membuang waktunya untuk menunggu gadis bingal seperti dia, hanya saja tanggung jawab ini benar-benar mengekang.

Sampai akhirnya Karma kesal. Ia bangkit dari kursi dan menggendong tas di bahunya, meninggalkan tas gadis itu di kantin. Masa bodoh lah, ia akan datang jika ada butuh. Masa bodoh tentang tanggung jawab, ia memilih untuk diturunkan ke kelas E daripada bertanggung jawab dengan satu gadis bingal yang selalu menduduki peringkat akhir.

"Eh eh mau kemana?"

Suara seorang gadis menghentikkan langkahnya, Karma mendelik dan melangkah meninggalkan kantin. Hanya saja tasnya ditarik oleh gadis itu, membuatnya mendengus dan berbalik badan.

"Darimana kau?" tanya Karma kesal.

Gadis itu—[Name]—namanya mengusap tengkuk belakangnya canggung. Hari ini tiba-tiba saja ia datang bulan. Sibuk mencari pembalut sana sini sampai tak terpikir kalau UKS selalu menyediakannya.

Ia juga sibuk mencari rok karena hari pertama terlalu banyak sampai menembus roknya. Mau tak mau celana olahraga yang dipakai, karena teman-temannya tak ada cadangan rok di loker.

Mana tiba-tiba [Name] keram perut. Mau tak mau lagi, ia harus mengistirahatkan diri sejenak di UKS sampai keadaannya membaik. Sekarang ia harus pulang karena kondisinya untuk belajar pun tidak memungkinkan.

"Jadi begini..."

Karma mengernyit. [Name] suka berbicara yang bertele-tele dan Karma sangat malas untuk merangkumnya menjadi satu. Mau diminta untuk berbicara pada intinya pun, [Name] tetap mutar-mutar dulu baru ke tujuan.

[Name] tak tahu harus berbicara apa. Ia malu kalau harus mengatakan keadaannya, terlebih ia tak tahu apa kata yang cocok untuk membuat lelaki mengerti.

Hari semakin sore, [Name] tidak mau pingsan di tempat seperti ini. Apalagi bersama Karma. Mana perutnya sakit lagi pula.

"Wajahmu pucat." Karma berucap saat melihat [Name] yang terlihat pucat. Padahal tadi ia segar bugar, bahkan sempat tertawa keras tanpa punya urat malu. "Kau sakit?"

[Name] menggeleng. "Tidak."

"Lalu?"

"Ehm..."

Karma mana mungkin peka soal beginian. Ia malah semakin bingung saat dihadapkan dengan situasi seperti ini. Terkadang para gadis sulit dimengerti.

"Aku lagi...itu..."

"Itu apa?"

Geram, [Name] mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja dan menyampirkannya di bahu. Tanpa pamit, ia langsung melewati Karma dan meninggalkannya.

Karma malah semakin bingung dengan kelakuan [Name] tiba-tiba. Ia mengendikkan bahu, berpikir bahwa [Name] sedang sakit dan mood-nya sedang naik.

Ya sudahlah, malam ini tidak bimbel. Cepat sembuh.

Private Tutor [✓] » Ansatsu KyoushitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang