3. Diganti?

2.2K 373 19
                                    

Berpangku tangan sembari bersandar di dinding, [Name] memasang wajah masam karena baru saja dikeluarkan secara tak terhormat dari ruang OSIS.

Katanya kepala sekolah mau menemuinya di ruang OSIS, tapi malah diusir.

"Pergi sana. Kami sedang sibuk."

Ah, Akabane Karma kurang ajar! Jelas-jelas kepala sekolah sedang berdiri di dekat papan tulis, membicarakan dirinya, tapi malah diusir sama Karma. Yang memimpin rapat itu tadi Karma apa kepala sekolah sih?! Pakai usir-usir segala.

Pasti ngomongin perkembangan anak tutor, pikir [Name]. Peraturannya, jika anak yang sudah diberi tutor tidak berubah, tutornya akan diganti. Tentu saja [Name] tidak rela kalau hal itu sampai terjadi. Apalagi...ia belum ada perkembangan sama sekali saat menjadi anak tutornya Karma.

Di sekolah ini, ada beberapa murid yang sangat difokuskan untuk dibimbing karena peringkatnya berada di akhir. Salah satunya [Name]. Dikumpulkanlah beberapa orang pintar untuk menjadi tutor. Hanya orang-orang berperingkat akhir dengan sikap jelek yang difokuskan untuk diberikan tutor.

[Name], kelas 1-B, peringkat 35 dari 35 siswa. Sikap C hampir D, kasus 10, selalu diberi surat peringatan tapi tak pernah diantarkan ke orangtuanya.

Orangtua [Name] sangat sibuk. Pulang ke rumah saja jarang, jadilah ia berbuat masalah di sekolah. Mereka berpesan pada kepala sekolah untuk membuat [Name] menjadi lebih baik, karena tak terlalu bisa memperhatikan anak semata wayangnya itu.

Untung saja keluarga kepala sekolah dan keluarga [Name] cukup dekat, jadi mereka dapat membantu. Bahkan [Name] sangat mengenal anak tunggal kepala sekolah.

"Kupikir kau akan angkat kaki dari tempat ini," sindir Karma saat membuka pintu ruangan dan mendapati [Name] berdiri di seberang sana.

[Name] memutar kedua bola mata malas dan mendengus. Maunya sih lari, tapi ia—entah kenapa—penasaran dengan hasil rapat barusan.

"Jadi? Masih perlu ketemu kepala sekolah?" tanya [Name].

"Kepala sekolah gak ada keperluan buat ketemu denganmu."

"Baguslah," [Name] berjalan menghampiri Karma. "Terus? Kau diganti?"

Padahal baru sebulan...rasanya [Name] tidak mau Karma tergantikan—sebagai tutor maksudnya. Padahal ia baru saja memulai bimbelnya tadi malam.

Terlihat kedua mata [Name] berkaca-kaca, tapi ia berusaha untuk menutupinya. Ditolehkannya kepala ke arah lain, guna menghindari kontak mata dengan Karma.

"Wajahmu kok gitu?" Karma menyeringai jahil. "Kau takut aku diganti?"

"E-Enggaklah!" [Name] menyangkal dengan cepat. "Cuma mau tahu..."

"Khawatir?"

"Iya—Eh, tidak tidak," ucap [Name] sambil menggeleng disertai kibasan kedua tangan.

"Kenapa harus khawatir? Kasusmu berkurang dua 'kan?"

[Name] menatap Karma tak percaya. Tanpa sadar anggukkan pelan muncul dari gadis itu.

"Nilaimu juga pelan-pelan meningkat. Meskipun baru tambah 2 poin."

"Jadi gak diganti nih?" tanyamu lagi—memastikan hal tersebut.

"Kau takut sekali hm?"

Tanpa sadar semburat tipis bewarna merah muncul di pipi [Name]. Ia cemberut dan melangkahkan kaki meninggalkan Karma.

"Bodo ah!"

Karma menatap punggung kecil milik gadis itu yang perlahan menjauh. Terulas senyuman tipis di wajahnya.

Kau sudah melakukan yang terbaik.

Private Tutor [✓] » Ansatsu KyoushitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang