25. Kelulusan - Tamat

1.4K 228 24
                                    

Waktu berlalu begitu cepat.

Sejak kepergian Karma----tutornya----ke London, [Name] mendadak menjadi anak yang rajin belajar. Nilainya perlahan meningkat hingga bisa memasuki juara umum. Ia pun memutuskan untuk belajar sendiri tanpa dibimbing tutor, karena nilainya juga yang berubah jauh.

Namun, semua itu tetap saja hampa ketika orang yang disayangi pergi. Orangtuanya tak pernah kembali, bahkan saat libur akhir tahun atau pertengahan tahun. Iya, mereka lupa kalau mereka memiliki anak. [Name] tak begitu peduli jika disana ada anak baru yang sudah mereka buat. Lagipula, dia di dalam keluarga hanya menjadi beban saja 'kan?

Saat upacara kelulusan pun, tak ada satupun orang yang menemaninya. Tak ada orang spesial yang melihatnya saat berpidato sebagai siswa pilihan SMA Kunugigaoka. 3 tahun di SMA ia habiskan seorang diri...tidak, itu tidak terjadi sebelum Karma pergi.

Tak mendapat buket bunga juga...tak ada yang mengajaknya foto-foto selain teman sekelas...tak ada keluarga atau siapapun. [Name] menghela napas seraya mengibaskan rambut panjangnya. Memang susah jadi orang cantik, banyak yang tidak mau mengajak foto karena minder.

Ia yang dulunya tak begitu suka perawatan dan berdandan, mendadak berubah sejak kepergian Karma. Ya...entah karena pelampiasan atau apa, ia mulai merawat dirinya sendiri dan belajar dengan rajin.

"[Name]."

Sebuah suara memanggil, membuatnya menoleh. Ia mendapati seorang lelaki bermahkota pirang stoberi dengan stelan jas abu-abu dan celana kain berwarna senada dengan dalaman kemeja putih. Di tangannya terdapat sebuah buket bunga mawar merah muda. Gadis itu tersenyum mengejek.

"Kenapa rapi sekali? Kau ingin melamarku?"

"Jijik," Asano membalas dengan tatapan geli. "Aku hanya mau memberimu selamat!"

"Jijik jijik tapi kau juga sedih tuh ternyata tidak jadi dijodohkan denganku."

"Siapa bilang? Buktinya aku cepat move on, tuh!"

"Hah! Move on, palakmu." [Name] mengejek lelaki itu, lalu menghampirinya dan merampas buket bunga tersebut dari tangannya. "Sini! Lama amat ngasi buket doang. Coba dari dulu, gak usah nunggu lulus begini!"

"Kau 'kan bisa beli sendiri. Kenapa harus minta sama orang?"

"Kalau beli sendiri mah gak spesial. Dasar lelaki songong, pantas saja banyak wanita yang menolakmu." [Name] tersenyum mengejek, melihat ekspresi Asano yang masam dengan perempatan berada di dahinya lalu kembali berujar, "Diajak pacaran sama aku gak mau. Gimana gimana? Nyesel gak sekarang?"

Asano tak merespon, membuat [Name] tertawa ngakak sampai ia memandang dua sosok yang tak asing baginya. Ia pikir, mereka sudah terlalu kabur di otaknya sebab sudah tak lama bertemu. Jangankan video call, telpon saja jarang. [Name] sudah memutuskan untuk tidak menghubungi orangtuanya ketika mengetahui mereka selalu memberi harapan palsu untuknya karena tidak pulang saat liburan. Nomor ponselnya sudah diganti, jadi tak ada siapapun yang bisa menghubungi.

Tampak sang ibu tersenyum padanya, namun [Name] memutuskan untuk buang muka dan tidak melihat apapun disana. Asano menoleh ke arah dimana gadis itu melihat, lalu kembali pada [Name] dan berujar, "Heh, itu ibumu! Samperin, kek."

"Kayaknya orangtuaku udah gak ada, tuh?"

"[Name], selamat ya! Ibu bangga padamu." Seorang wanita tua berujar seraya menghampiri [Name] dan memeluknya. Gadis itu tak berkutik, bahkan tak berekspresi sekalipun. Seorang pria tua pun ikut menghampiri dan memeluk anak semata wayangnya, sementara Asano tersenyum dan sedikit membungkuk pada mereka.

"Selamat datang, Paman, Bibi," ujarnya.

"Ah, terima kasih sayang," balas sang wanita. "Bagaimana kabarmu?."

"Baik, seperti yang anda lihat."

"[Name], maaf kami terlambat. Penerbangan kami mengalami keterlambatan tadi." Pria yang berada di samping [Name] berujar, namun gadis itu tak merespon sedikitpun. Asano sudah melotot padanya, namun ia tak peduli. [Name] sudah tak peduli dengan mereka. Untuk apa lagi ia harus bercengkrama dengan mereka? Menanyakan kabar anak sendiri saja tidak, malah menanyai anak orang.

"[Name], selamat ya atas kelulusanmu."

Gadis itu tersentak, ia mencari suara tersebut hingga didapati seorang lelaki bermahkota merah marun dengan iris merkurinya berdiri membawa buket bunga mawar merah dan sebuah kotak kado di tangannya.

"Kar...ma?"

Setiap pasang mata terfokuskan pada Karma. Penampilannya berubah dengan rambut yang dibelah ke kanan, pakaiannya pun kasual dengan kemeja merah sebagai dalaman, jas hitam dan celana berwarna senada.

"Gantengnya. Itu siapa, nak? Pacarmu?" tanya sang ibu.

[Name] terdiam dengan kedua mata mengerjap, masih tak percaya dengan apa yang ada di depan matanya. Ia lalu mengangguk dan memeluk lengan Karma dan berujar, "Ibu, Ayah, anoman ini----maksudnya, lelaki ini adalah Akabane Karma. Kakak kelasku, teman berantemku, tutorku dan...," Senyuman genit terulas di wajah gadis itu. "Pacarku."

Tamat gak nih?

Tamat dong ;))

Private Tutor [✓] » Ansatsu KyoushitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang