28. firasat

121 22 1
                                    

siang itu di parkiran puri begawan, woojin sedang mengeluarkan kunci mobil dari kantong celana saat yeonjung tiba-tiba mem-backhug-nya.

"lo kenapa..."

yeonjung tidak langsung menjawab, tapi woojin tau kenapa yeonjung diam karna woojin bisa merasakan beberapa tetesan air di punggungnya.

"gue udah putus, jin."

kali ini giliran woojin yang tidak menjawab, dia cuma menggenggam tangan yeonjung yang daritadi melingkari pinggangnya.

beberapa detik kemudian woojin melepaskan tangan yeonjung, berbalik badan dan memeluknya. ia mengusap-usap kepala yeonjung yang sekarang sedang menangis di pelukannya.

woojin tidak peduli apakah alasan yeonjung menangis karna dia merasa keputusannya memutuskan yoo seungwoo salah atau karna dia udah membuka hatinya buat woojin. yang woojin pikirkan adalah bagaimana cara membuat seseorang yang selama ini selalu ada dihatinya ini bahagia.

cowok berkulit sawo matang ini tiba-tiba mengangkat dagu yeonjung yang masih menangis.

"tuh kan, eyelinernya jadi luntur. ih serem sumpah, ngaca deh." ujar woojin.

yeonjung baru aja mau ngeluarin kaca yang ada di clutchnya pas dia baru sadar kalau dia pakai eyeliner waterproof. mungkin maksud woojin mascara? tapi mascaranya waterproof juga. akhirnya dia berkaca dan... gak ada yang luntur.

"cantik kan? lo nangis aja tetep cantik."

"apaan sih ga jelassss." jawab yeonjung sambil tersipu-sipu.

-

"ntar malem jadi dinner sama kak moonbin, eun?" tanya chani ke naeun yang sibuk beresin tas karna udah waktunya pulang.

naeun mengangguk, "iya nih, aduh deg-degan deh, chan."

"lucu banget sih kak moonbin, jalan kedua kali langsung fancy dinner aja. pasti mau nembak deh dia, yakin banget gue. i mean, like, mana ada orang gak ada acara apa-apa, belum lama kenal, ngajak dinner gitu kalo bukan karna mau nembak?" jawab doyeon sotoy, tapi biasanya doyeon suka bener kalo hal-hal yang berbau sense gini.

pipi naeun memerah cuma karna mendengar omongan doyeon.

"aaaa gimana dong gue nervous banget... makanya lo pilihin gue baju lagi ya, do. sekalian makeupin gue hehehe."

"gampang lah, ayo langsung ke apart lo aja."

mereka baru aja mau keluar kelas pas ada yang teriak, "EUN, PRESENTASI UDAH SELESAI BELUM?"

"ASTAGA!!! nyeon, sorry banget gue lupa yaampun gimana ya... majunya besok apa rabu sih, nyeon?"

"besok, eun. pokoknya nanti malem lo kirim ke email gue ya, soalnya mau gue satuin dulu sama ppt yang lain juga." jawab haknyeon santai.

mendengar omongan haknyeon, doyeon cuma bisa menepuk-nepuk punggung naeun sambil memasang muka seakan berkata "sabar ya...".

"ganggu orang mau ditembak aja tuh si kampret." celetuk rocky.

"terus gimana dong, eun??? pasti kalo di tempat dinner gitu udah booking duluan kan.." ujar yoojung.

naeun menggeleng lemas.

"bilang aja, eun. moonbin mah duitnya banyak, pasti ngerti dia." woojin menyarankan.

yeonjung mencubit lengan woojin dan berkata, "biar dia tajir juga gak enak bege, orang udah janji."

"EYAAAA cubit-cubit. tur, kata ujin mau dong dicubit... pake bibir wkwkwkwk." ledek sanha yang malah melenceng dari topik.

"bibir biawak." jawab yeonjung sambil menoyor kepala sanha.

chani berdeham, "coba ngomong aja dulu, eun. kan ini juga masalah tugas, bukan kemauan lo sendiri."

semua setuju sama saran chani. naeun lalu berjalan menuju kelas moonbin yang pada jam itu berada di sebelah kelas naeun.

"hmm.. kak seungkwan, boleh minta tolong panggilin kak moonbin gak? makasiiih." pinta naeun ke seungkwan, temen sekelas moonbin.

seungkwan mengangguk semangat, "BIIIN, PACAR LU NIH!!"

moonbin yang tadi lagi bercanda sama chanwoo dan vernon langsung berjalan ke arah seungkwan dan naeun sambil senyum-senyum.

"amin."

rasanya naeun mau lari terus teriak saking senengnya ngedenger jawaban moonbin ke seungkwan.

"nanti malem gue jemput jam berapa, eun?" tanya moonbin setelah seungkwan pergi.

naeun menggumamkan "aduh.." karna dia bener-bener gak tau mau jawab apa, antara gak enak sama takut moonbin kecewa.

"kenapa?" tanya moonbin melihat naeun gelisah.

"naeunnya ada tugas, bin. dia gak bisa jalan sama lo hari ini." jawab seseorang dari arah kelas naeun.

naeun sontak menengok ke sumber suara dan di depan pintu kelasnya ada haknyeon yang lagi berdiri dengan santainya.

"yuk." ajak haknyeon sambil mengacungkan kunci motor.

"hah? yuk apaan?"

"ayo, gue anter ke apart lo."

naeun terdiam kebingungan. sejak kapan haknyeon ngajak dia pulang bareng? melihat naeun yang gak menggubris ajakannya, haknyeon akhirnya menarik tangan naeun.

"duluan ya, bin."

haknyeon dan naeun berlalu. moonbin mengeraskan rahangnya.

-

udah 3 minggu berlalu sejak kejadian doyeon pergi ke lalala fest dan udah 3 minggu juga doyeon dan eunwoo gak kontakan. lebih tepatnya, eunwoo gak ngegubris chat atau telfon dari doyeon. dua kali doyeon datang ke rumah eunwoo dan dua kali juga eunwoo gak mau keluar kamar.

doyeon kangen. kangen bercanda sama eunwoo, kangen joget-joget gak jelas sambil bikin video carpool, kangen ditemenin eunwoo belanja, kangen ngetawain eunwoo yang super penakut, kangen main bowling, berenang, main basket, main baseball bareng eunwoo. pokoknya doyeon kangen eunwoo.

doyeon buru-buru melepas headsetnya saat melihat eunwoo keluar dari kantin. matanya fokus tertuju pada eunwoo sampai dia gak sadar ada perempuan yang berjalan di sebelah pacarnya itu.

"hai.." sapa doyeon saat berpapasan dengan eunwoo di dekat gerbang kantin kampus eunwoo.

di bayangan doyeon, eunwoo akan membalas sapaannya dan mereka bisa ngobrol dan nyelesain semua masalah. tapi nyatanya? eunwoo berjalan terus, berpura-pura seakan doyeon tidak ada.

saat eunwoo berlalu doyeon baru sadar siapa yang jalan di sebelah eunwoo: jihyo. jihyo yang doyeon dengar dari cerita-cerita eunwoo adalah "it" girl di kampus eunwoo. jihyo yang cantik, jihyo yang selalu jadi body goals cewek-cewek, jihyo yang lemah lembut dan keibuan.

jihyo mungkin aja cuma jalan di sebelah eunwoo karna... iseng, gak ada maksud apa-apa, tapi mendadak kim doyeon si ratu percaya diri seakan kehilangan rasa percaya dirinya. doyeon emang cantik, easygoing, tinggi semampai dan pintar, tapi doyeon juga pemarah, keras kepala dan egois. tiga hal yang selalu membuat doyeon merasa gak pantes buat jadi pacar seorang cha eunwoo.

doyeon memandang ke arah eunwoo dan jihyo yang berjalan di kejauhan. dia mengambil handphone di tasnya dan menelfon seseorang sambil berusaha keras menahan air mata.

"flight sabtu ini aja, pa."

sillies (99 & 00 liners) | discontTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang