✼ 6

2.1K 302 27
                                    

┏ 

I'll hold you, I'll accept you, I'll try.

***

Choi Herin terus saja menetralkan detak jantungnya. Pagi ini, ketika ia sampai di sekolah, entah mengapa ia merasa gugup. Suasana di sekitarnya terasa dingin, tangannya membeku, bahkan sekarang ia sedang duduk dengan gelisah.

"Lo kenapa deh?" tanya Yuqi, teman sebangku Herin. "Orang tua lo?"

Herin menggeleng. Akhir-akhir ini tidak ada lagi sahut-sahut amarah dari kedua orang tuanya, tidak tahu kedepannya seperti apa. "Nggak tau nih," jawab Herin. "Gue gugup."

Yuqi memicingkan matanya. Ia bingung dengan keadaan teman sebangkunya. "Belom sarapan?" tanyanya lagi.

Herin mengangguk dengan kaki yang terus saja ia ketukan ke lantai. "Temenin gue ke kantin yuk," ajak Herin sambil berdiri dan pergi keluar kelas tanpa menunggu Yuqi.

***

Yejin berjalan dengan santai ke kelasnya. Ia baru saja dari kelas Seongwoo dan tidak sengaja bertemu Jaemin di koridor.

"Bilangin Herin, gue mau ngomong di kantin," kata Jaemin.

Yejin menautkan alisnya. "Lo kan abis dari kelas. Kenapa nggak bilang sendiri?"

"Malu gue," jawabnya. "Udah ih sana bilangin!"

Pada akhirnya, Jaemin meninggalkan Yejin dan Yejin pun pergi ke kelas. Di kelas, ia menemukan Herin yang sedang mendengarkan lagu dari ponselnya. Siang ini jam pelajaran kosong. Para guru sedang ada rapat.

"Herin," panggil Yejin.

Yang dipanggil menyadari keberadaan Yejin. Ia melepas salah satu earphone-nya dan menoleh.

"Lo ditungguin Jaemin di kantin," kata Yejin. "Ke sana ya. Semangat!"

***

"Jaemin!"

Laki-laki bermarga Na itu langsung mengangkat kepalnya. Ia melambaikan tangannya dan beberapa detik kemudian seorang perempuan duduk di depannya.

"Kenapa?" tanya Herin. "Gue lagi ngerjain tugas tau," lanjutnya.

Jaemin tertawa hambar. "Gue udah. Nanti lo liat punya gue aja," balasnya.

Herin mengangguk mengerti. "Kenapa manggil gue ke sini?" tanya Herin to the point.

Tangan milik Jaemin beralih pada tengkuknya dan menggaruknya—walau tidak gatal. Ia tersenyum canggung dan berkata, "Gue mau ngomong. Tapi lo harus percaya kalo gue serius."

Herin mengangguk.

"Gue suka sama lo," kata Jaemin.

Pantas saja hari ini Herin merasa sangat gugup. Ternyata ini alasannya.

"Te-terus?"

"Gu-gue suka sama lo," ulang Jaemin. "Lo jangan mikir kalo lo itu pelampiasan. Gue tulus. Gue mau selalu ada di samping lo ketika lo sedih atau senang. Gue mau jadi orang yang meluk lo ketika lo sedih dan jadi orang yang bantu lo bangin ketika lo jatuh. Gue bisa nerima lo apa adanya."

Herin tidak bergeming. Ia tahu kalau Jaemin sudah selesai dengan kalimatnya, tapi apa yang harus ia katakan?

"Gue juga suka sama lo," ucap Herin. Ia tersenyum, begitu juga Jaemin.

Senyuman Herin menjadi candu bagi Jaemin. Maaf Yejin, tapi posisimu di hati Jaemin sudah kembali ke posisi awal—seorang sahabat.

"Ya-ya udah. Gue baru inget kalo gue harus ketemu Jinyoung. Gue duluan ya." Setelahnya, Na Jaemin benar-benar pergi dari hadapan Herin.

Lo suka gue, gue suka lo. Lo nggak nembak gue aja? batin Herin.

yha nanti kalo ditembak mati dong?  :(

i'll try + na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang