Merdunya suara kicauan burung yang tengah bertengger disetiap pohon membuat suasana dipagi ini menjadi cerah. Ditambah dengan sinar mentari yang menerobos masuk menyinari burung itu membuat si burung semakin bersemangat mengeluarkan suaranya yang khas.
Semuanya terlihat sangat indah tapi tidak dengan seorang gadis cantik yang sedang berada di taman dengan suasana hati yang kacau.
Dia adalah Julliana Zearine, seorang gadis keturunan Amerika-Belanda yang memiliki paras cantik dan memiliki orang tua yang cukup kaya raya karna kedua orang tuanya memiliki pekerjaan yang cukup untuk membiayai dirinya, atau mungkin lebih dari cukup.
Mungkin, semua orang menginginkan kehidupan seperti gadis itu, tetapi tidak dengan Dirinya, ia bahkan merasa bahwa ia memiliki kehidupan yang sangat buruk karna terlalu banyak cobaan yang Tuhan berikan kepada dirinya sehingga gadis itu merasa bahwa dia sudah tidak ada gunanya hidup di dunia yang kejam ini.
Sedari tadi ia hanya melamunkan masa-masa hidupnya yang cukup membuat dirinya kembali menjadi gadis yang lemah karna terlalu sulit untuk bangkit dari kenangan buruk yang ia alami.
Mati, itu lah kalimat yang sedari tadi ia pikirkan, terlalu banyak masalah yang datang pada hidup nya hingga ia binggung apakah masalah tersebut harus ia selesaikan dalam waktu singkat atau ia tinggalkan begitu saja agar ia bisa beristirahat untuk selama-lamanya tanpa ada kata beban di dalam hidupnya.
Lamunan gadis itu berhenti ketika ada sebuah tepukan di bahu nya dan menyadarkan dirinya bahwa ia masih berada di dunia kejam ini.
"Gua tau lu cape sama masalah yang selalu ada di kehidupan lu, tapi inget Ze, di dunia ini bukan cuma lu yang punya masalah, semua orang punya masalahnya masing-masing dan semua orang juga punya cara tersendiri buat selesain masalah mereka, You're a strong woman, trust me!" Dia adalah Letta Valeria, sahabat yang sejak kecil selalu ada untuk nya bahkan sahabatnya itu tau semua masalah yang ada di kehidupan diri nya tanpa terkecuali, hanya sahabatnya yang membuat ia masih bertahan hidup. Tanpa aba-aba Letta memeluk sahabatnya dan menangis di dalam pelukan sahabatnya itu dan yang di peluk hanya diam ia tidak tahu harus bagaimana karna dirinya juga sudah tidak punya harapan hidup, bahkan bermimpi saja dia sudah putus asa duluan.
"Hikss... hikss.. gua sedih ngeliat Zea yang sekarang, gua kangen lu yang dulu Ze, gua kangen lu yang ga pernah gampang menyerah, gua kangen hikss..." Tangisan Letta semakin menjadi-jadi karna ia sendiri sudah tidak tahu bagaimana caranya supaya sahabat nya kembali seperti dulu, sahabat nya ini terlalu kuat untuk bertahan hidup, mungkin jika ia yang berada diposisi Zea mungkin ia langsung bunuh diri.
"Gua cuma kangen Fanny, gimana kabar dia ya?" Walaupun hanya itu yang bisa ia ucapkan tapi tetap saja suara tangisan sahabat nya semakin mengeras dan itu membuat dirinya juga ikut mengeluarkan air mata.
Stefanny Caroline, ia adalah sahabat dari kedua gadis tersebut, Fanny mengalami koma selama 5 bulan yang lalu karna telah menolong Zea saat kendaraan melaju kencang kearahnya, saat itu Zea dalam keadaan sedang berduka karna sebelumnya telah kehilangan kekasihnya yang telah meninggal dunia karna penyakit Kanker otak dan memutuskan untuk menyusul mantan kekasihnya itu yang telah berpacaran sekitar 4 tahun, Namun sayang sekali cobaan lagi-lagi menimpa diri nya akibat kelakuannya sendiri membuat sahabatnya koma selama 5 bulan dan meninggal dunia sejak seminggu yang lalu. Dan hal itu membuat dirinya semakin merasa bersalah, mengapa saat kita memiliki masalah datang lagi masalah lain tanpa harus memberikan waktu untuk menyelesaikan nya?
"Gua yakin Fanny sedih ngeliat lu kayak gini Ze, gua juga ngerasa kehilangan tapi keadaan maksa kita supaya terus jalan ke depan bukan berarti kita melupakan masalalu, masalalu ada yang harus dilupain dan juga ada yang harus dijadiin pelajaran" Tangisan mereka sudah mulai reda, yang dikatakan Letta benar, jika mereka harus merelakan apa yang pergi tapi bukan berarti mengiklaskannya dengan jangka waktu cepat. Semua butuh waktu.
Dan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali ke dalam Rumah mereka masing-masing karna hari sudah menjelang siang. Tanpa mereka sadari sedari tadi ada seseorang yang telah melihat adegan tersebut dengan perasaan bercampur aduk.
"Gua kangen lu Zea"
---
Sehabis acara tangisan tadi bersama sahabatnya, Zea memasuki rumah nya yang kosong tanpa ada kebahagiaan yang berada di rumah tersebut, ia merindukan Alm. Kekasih dan sahabat nya, ia juga merindukan kasih sayang yang berada didalam rumah ini yang dulu hanya ada kebahagian yang ia rasakan, dimana dulu ada sebuah keluarga kecil yang cukup membuat orang lain yang melihat kebahagian mereka mungkin akan merasa iri tetapi sekarang ia sendiri yang iri apabila melihat ada keluarga yang bahagia yang dulu nya juga pernah ia rasakan.
Zea merindukan kasih sayang dari orang tuanya yang sekarang sedang sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing karna akibat ulahnya dimasa lalu membuat keluarga kecil nya hancur dan membuat ia menyesal mengapa harus melakukan kesalahan yang begitu fatal saat itu, tapi mau gimana lagi nasi sudah menjadi bubur dan sudah tidak bisa diulang kembali.
Zea berjalan kearah kamar nya dimana yang berada di lantai 2, ia tinggal di rumah ini dengan kedua pembantu yang tugasnya hanya untuk membersihkan rumah dan membuat sarapan, tetapi bukan berarti Zea memperlakukan kedua orang tersebut dengan cara yang seenak jidat, menurutnya semua manusia itu sederajat dan tidak boleh menginjak-injak harga diri manusia lain walaupun orang tersebut bekerja untuk diri kita sendiri.
Disaat didalam kamar ia hanya kembali tidur dan berharap jika semua yang terjadi di dalam hidupnya hanya sebuah mimpi buruk yang seharusnya tidak terjadi dikehidupannya.
•••
Selasa, 08 Mei 2018
23.00
KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen FictionAku hanya ingin kebahagiaan untuk selamanya, bukan hanya sementara.