4

61 8 9
                                    

Arka berjalan ke arah rooftop, tempat favoritenya sejak ia kelas X dulu. Sedari tadi Arka masih memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh gadis itu, sebelum ia tidak sadarkan diri. Apa yang dimaksud dengan mengusik hidupnya? Sedangkan Arka sendiri saja tidak mengerti dengan jalan hidup dirinya sendiri.

Drrttt...

Arka tersadar dari lamunannya akibat hp nya bergetar di saku celananya, yang artinya ada yang menelpon dirinya. "Kenapa Cin?" Tanya Arka langsung tanpa basa basi. Ternyata kekasihnya sendiri yang menelpon dirinya.

"Sayang, ke cafe biasa ya sekarang, aku tunggu. Ada yang mau aku omongin" Ucap kekasihnya disebrang sana dengan nada manjanya. Cindy adalah kekasih Arka, hubungan mereka sudah ingin memasuki satu tahun, tapi semakin kesini Arka menjadi bosen akan hubungannya, karna sikap Cindy sangat berbeda saat masa pdkt dulu. Menurut Arka saat masa-masa pdkt, Cindy gadis yang sangat mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain, tapi semenjak hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, Cindy sangat menyusahkan dan merepotkan. Katakanlah Arka kejam, tapi memang itu kenyataannya.

"Oke." Tanpa menunggu jawaban dari si penelepon ia langsung memutuskan hubungannya. Ralat, telponnya maksudnya, dan langsung bergegas ketempat yang diinginkan kekasihnya.

Tak perlu ribet untuk ia bisa keluar sekolah walau masih jam pelajaran berlangsung, karna satpam yang berada di pos sedang tidak ada dan kebetulan gerbang sedang terbuka. Tidak perlu waktu lama, Arka langsung melajukan motor ninjanya meninggalkan sekolah.

Sekitar 15 menit menempuh perjalanan, Arka memasuki Cafe yang tidak terlalu sepi dan juga tidak terlalu ramai, ia berjalan santai menghampiri gadis yang duduk di meja no 09, dengan baju yang dikeluarkan dan rambut yang berantakan asal, tapi tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Udah lama?" Tanya Arka, dan langsung duduk dihadapan kekasihnya.

"Lumayan, lama banget sih. Kan jarak sekolah ke sini ga jauh jauh banget." Gerutu kekasihnya, dan Arka hanya bisa membatin kesal. perasaan ia sudah ngebut naik motornya.

"Ya sorry deh, perasaan gua udh cepet naik motornya." Lagi, lagi, dan lagi Arka yang meminta maaf duluan dalam hubungan mereka. Arka berpikir mengapa laki-laki selalu meminta maaf walaupun dalam hal sepele? Aneh.

"Nah kan! Kenapa pake lo-gue, kamu udh ga sayang lagi sama aku?"

Astagfirullah gusti, kenapa Arka selalu salah?

"Iyaa sayang maaf, gitu aja segala marah. By the way, kamu mau kemana? Kok ga pake seragam sekolah? Kamu tuh masih kelas satu udh bolos-bolos aja, gaboleh ya!" Arka menasihati kekasihnya agar tidak bolos tapi ia sendiri tidak sadar bahwa ia yang sering melakukan nasehatnya sendiri.

"Yang ada kamu kali yang suka bolos, tuh liat, kamu aja masih pake seragam sekolah kan." Ucap Cindy dengan nenunjukan pakaian yang dipakai Arka, memang 100% ucapan Cindy benar, dan Arka hanya menyengir merespon ucapan kekasihnya itu.

"Gini aku minta ketemuan sama kamu, karna abis ini aku langsung pergi ke Amerika, ikut mom and daddy."

"Kok dadakan banget, emang harus hari ini juga?"

"Iya sayang, maaf banget baru ngabarin hari ini juga. Aku sibuk sama tugas sekolah." Arka hanya mengganguk mendengar penjelasan kekasihnya.

"Tapi aku gamau putus, dan kemungkinan aku ga bakal balik lagi ke Indonesia, kita LDR aja ya? Ntr kamu nyusul aku."

Cih, egois, Pikirnyanya. Bagaimana bisa ia LDR sedangkan Arka saja sudah tidak menyukai Cindy? "Gua gabisa Cind, kita putus aja ya." Jawab Arka mantap seakan-akan tidak menyesel dengan keputusannya.

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang