5

64 7 4
                                    

Orang-orang selalu mengatakan agar mengikuti kata hati. Namun, jika hatiku sudah terpecah menjadi seribu bagian, lalu bagian mana yang akan aku ikuti?

-Julliana Zearine

***


"Apa salah dan dosaku sayang... Cinta suci ku kau buang-buang... Lihat jurusan yang kau berikan.. Jaran goyang, jaran goyang" Ini lah kebiasaan Arka, jika sedang mandi ia selalu menyanyikan lagu dangdut.

"Woy kak! Cepetan keluar!" Teriak Alan, ia menggedorkan pintu kamar mandi. Jika tidak diberhentikan Arka bisa seharian berada dikamar mandi sambil bernyanyi ria.

"Sabar nyet." Teriak Arka dari dalam.

"Ini terakhir cara tuk dapatkan kamu... Jika ini gagal kan ku racuni dirimu ohhh"

"Arka cepat mandinya! Kamu sudah mau telat ini." Kali ini bukan suara Alan sang adik, tapi sang papa yang sudah jengkel karna anaknya yang satu itu susah sekali dikasih tau.

"Dam du di dam aku padamu, I love you... I can't stop loving you... Oh darling jaran goyang menunggumu..." Arka mengabaikan perintah papanya, ia tetap melanjutkan nyanyinya.

"Arka! Kalo kamu ga keluar-keluar Papa dobrak ini pintu ya!" Arka terpaksa menghentikan aktivitasnya, karna ia tahu kini emosi papanya telah di ujung tanduk.

"Iya pah iya ini Arka udh selesai." Arka langsung keluar dan tak lupa melilitkan handuk kecil di bawahnya dengan hanya menyisahkan dada bidang yang ia miliki, mungkin membuat kaum Hawa itu sangat menggiurkan.

"Ubah sikap kamu Arka, kamu sudah dewasa. Tolong jangan menyusahkan." Ucap Erland-papanya tegas, Arka sendiri sudah biasa dengan ucapan kata-kata pedas dari sang papa, jadi Arka hanya menanggapinya dengan santai.

"Susah mengubah sifat yang udh didalam diri kita, pah. Bawaan lahir Arka udh selengean kayak gini." Erland hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, berdebat sama Arka tidak akan pernah selesai.

"Kamu sudah tau maksud dari omongan papa kan? Sekarang, Pakai baju kamu setelah itu papa anter kamu kesekolah"

"Yah pah masa dianter, Arka udh gede pah"

"Lupa yang semalam? Semua fasilitas kamu papa sita. Dan kamu pulang naik angkutan umum, papa hanya memberikan kamu ongkos pulang-pergi dan bawa bekal dari rumah. Ini hanya seminggu, jika dalam seminggu ini kamu belum ada perubahan, terpaksa kamu papa coret dari nama keluarga" Jelasnya.

"HAH?" Teriak Arka, Bahkan sang adik-Alan pun tercengang karna ucapan papanya. pasalnya, semalam papanya tidak mengancam hingga dicoret dari nama keluarga. Oh jangan lupakan Erland, ia tidak pernah bermain-main dalam ucapannya.

"Papa tunggu kamu dimobil sekarang, jangan lama. Hukuman kamu dimulai dari hari ini" Lalu Erland keluar dari kamar meninggalkan Arka yang masih dengan expresi kagetnya. "Alan ayo sekolah, sepeda kamu sudah siap diluar" Alan hanya mengikuti ucapan sang papa, karna ia tau papanya sedang marah saat ini.

"Ini sih lebih sakit dari tonjokan Zea" Ucap Arka sambil memegang sudut bibirnya yang telah robek sedikit akibat ulah Zea, untung saja semalam keluarganya tidak sadar jika wajah Arka semakin lebih tampan.

Tinn! Tinn!

Tanpa pikir panjang Arka segera memakai pakaian nya, ia harus cepat karna hukumannya untuk kali ini menjaga kehidupannya untuk selanjutnya.

---


"Seluruh siswa kelas XI dimohon untuk berkumpul ke lapangan sekarang, tanpa terkecuali" Suara kepala sekolah bergema di speaker sekolah, dan membuat aktivitas mereka semua berhenti.

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang