Part 7

76 13 0
                                    

"Kau lupa membuka kalendermu, ya? Sekarang baru tanggal 8 Juni, Ju. Masih 6 hari lagi."

Julian mengerutkan dahi, ia tidak mengerti. Bagaimana ia bisa lupa hari? Bahkan dia tidak bisa melupakan kapan ia kehilangan Liona, dan berapa hari yang ia lewati tanpa Liona.

"Coba saja lihat ponselmu!"

Di ponselnya jelas tertulis tanggal 8 Juni. Aneh! Bagaimana ini bisa terjadi? Ia tidak percaya waktu seperti terulang kembali. Yang jelas, ini pasti ada hubungannya dengan Liona dan dirinya. Pikirannya semakin kacau. Ada banyak pertanyaan yang menggunung di otaknya. Bagaimana mungkin ini....

"Ju? Kenapa kau melamun?" tanyanya.

Liona memasang wajah khasnya tepat di depan Julian hingga membuat lelaki itu salah tingkah kemudian. Ia meraih cangkir kopi di hadapannya, lalu memuntahkannya kembali lantaran rasanya yang pahit.

"Kenapa? Apa rasanya tidak enak?" Gadis itu merasa terhibur dengan tingkah konyol Julian barusan. "Kau melupakan gulanya, kan?" Liona kembali terkekeh dan membuat lelaki di depannya tersipu.

Dia tidak berubah. Pikir Julian

"Oh iya, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Kau tahu taman dekat puncak, kan? Di sana tempatnya sangat indah. Aku mau menjadikan tempat itu sebagai objek," ajak Liona.

Entah bagaimana, gadis itu merasa nyaman seketika dengan Julian. Keduanya mulai akrab sejak pertemuannya di jalan. Liona merasa tidak ada yang salah dengan Julian. Dan dia tidak keberatan untuk berteman dengan pria itu.

Julian mengangguk, lalu tersenyum. Perasaannya sangat bahagia, semuanya bisa kembali seperti sedia kala. Meskipun belum sepenuhnya, tapi ini permulaan yang cukup baginya. Liona tetap Liona. Tidak ada yang berbeda, tidak ada yang berkurang, tidak ada yang berubah sama sekali. Dia tetap Liona yang sangat dicintainya.

Sesampainya mereka di tempat itu, keduanya menikmati suasana taman dan menghabiskan waktu seharian di sana. Tentunya itu karena bujukan si gadis, Julian dengan senang hati menemani Liona memotret.

Julian melihat senyum itu lagi. Senyuman khas dari wajah innocent Liona.

"Kau suka?"

"Sangat," bisik Liona sambil mengangguk kecil. "Kau pernah kesini?"

Sejenak Julian terdiam, ia mengingat kebersamaannya dengan Liona sebelumnya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kenangan indah itu bisa terulang kembali?

"Dulu aku pernah kesini bersama kekasihku."

Kalimat itu tampaknya mengejutkan Liona. Gadis itu mengalihkan pandangannya kepada Julian.

"Oh, maaf. Aku tidak bermaksud mengajak berkencan seorang pria yang sudah memiliki kekasih, di tempat yang sama pula."

Julian tersenyum simpul. Seolah berkata, kau yang menemaniku berkencan kala itu. Ada setitik rasa bahagia ia bisa mengulang kenangan itu.

"Tidak apa-apa. Dia sudah meninggal. Jadi kau tak perlu khawatir."

"Benarkah? Aku minta maaf sudah..." Liona merasa bersalah, ia tidak bermaksud mengingatkan hal itu pada Julian. Ia mencoba mengalihkannya. "Mmm, Ju, kenapa kau membawa payung? Hari ini kan tidak hujan ataupun terik," lanjutnya beralih menatap sebuah benda yang sedari tadi berada di genggaman Julian.

Julian hanya tersenyum menjawabnya. Lalu ia dalam hatinya berbisik. "Aku teringat saat kita kehujanan di tempat ini. Lalu kau demam. Dan aku tidak mau kejadian itu terulang. Maka dari itu, aku membawa payung, menjagamu kalau saja hujan datang mengguyur."

Memang benar, setengah jam mereka menghabiskan waktu bersama, tiba-tiba saja langit berubah gelap.

"Wah, sepertinya ramalanmu tepat sekali. Awannya tiba-tiba mendung."

Julian membuka payungnya sembari mendekatkan tubuh Liona kepadanya. "Payung ini cukup untuk kita berdua," turunya. Dan hujan pun turun deras seketika.

Ia merangkul bahu Liona erat-erat. Melekatkan kedua bahu yang saling bersentuhan hingga menciptakan kehangatan. Lelaki itu berhasil membuat rona di wajah Liona. Keduanya menikmati langkah demi langkah, masih dalam keadaan yang sama dengan iringan gemericik air hujan.

"Bagaimana kalau lusa kita jalan-jalan lagi?" Suara Liona akhirnya memecah keheningan di antara keduanya. Ia sedikit mendongak ke arah Julian. Lelaki itu tersenyum. "Ada tempat unik yang ingin kutunjukkan padamu. Kau mau?" pinta Liona.

Dengan senang hati Julian mengangguk sembari tersenyum manis. Dia tidak bisa menolak ajakkan gadis innocent ini. Ia paham betul, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Dan untuk kesempatan kedua ini pun sangat berharga baginya.

-o0o-

Give me vomment, guys.
Thankiss 💕

RETURN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang