Part 5

107 15 0
                                    

"Inikah kenyataan pahit yang nenek katakan? Tentang sebuah perpisahan..."

Seberapa besar usaha Julian melupakan kejadian itu, ia tidak bisa. Justru itu akan membuat hatinya kian hancur. Ia melangkahkan kakinya keluar rumah untuk sekedar menenangkan diri.
Namun, tanpa disadari, arah langkahnya melewati tempat dimana Liona biasa menghabiskan waktunya di sana. Studio foto. Entah apa yang membuat kaki Julian ingin melangkah memasuki tempat itu seiring keinginannya menemui gadis itu.

Sosok yang dicarinya itu pun terlihat dari balik dinding kaca yang menghias bagian depan bangunan bernuansa vintage. Ia tampak sibuk memotret. Lagi-lagi ini bagaikan deja vu, tapi masih terasa begitu nyata. Sangat jelas bahwa gadis itu adalah Liona.

"Kenapa waktu seperti terulang kembali?" pikirnya.

Ia masih menikmati perannya sebagai pengintai di sana. Tangannya ia simpan ke dalam saku mantel yang di kenakan.

Tanpa sengaja Julian menemukan sesuatu dari sana. Sepotongan surat kabar yang tersimpan entah sejak kapan. Saat dilihat, di bagian ujung surat kabar bertanggalkan 14 Juni, tepat sehari setelah kematian Liona. Dan yang termuat di sana adalah berita kematian Liona. Singkatnya, surat kabar itu memang terbitan kemarin.

"Liona..." pekiknya. Lalu gadis itu siapa jika bukan Liona?

Julian semakin bingung. Ia butuh kepastian, siapa gadis itu dan bagaimana ini bisa terjadi. Gadis dengan wajah yang sama. Tidak hanya itu. Bahkan hobi dan studio foto itu juga sama. Lalu, apakah yang dialaminya ini benar-benar deja vu ? Ia menyimpan kembali potongan berita tersebut. Barangkali benda itu bisa menjadi petunjuk.

-o0o-

Malam harinya, Julian bermaksud pergi ke tempat kecelakaan itu terjadi. Ia mencari sesuatu, barangkali ada bukti yang dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ah, seketika Julian ingat mengenai arloji antik pemberian neneknya, kemungkinan benda itu bisa memberinya jawaban.
Berupa apapun benda itu kini, asalkan bisa menjadi bukti bahwa insiden malam itu benar-benar terjadi, dan kenyataan bahwa Liona memang sudah meninggal.
Namun setelah sekian lama mencari, hasilnya nihil. Tak satupun serpihan benda itu ia temukan.

Malah ia dikejutkan dengan kemunculan sosok itu lagi. Ketika Julian berada di sisi lain jalan, gadis berwajah identik dengan Liona itu juga mulai melangkahkan kakinya dan menyeberang. Bertepatan pada saat itu pula, sebuah mobil melaju kencang. Julian segera berlari dan menariknya ke tepian jalan. Gadis itu tidak sengaja terjatuh dipelukkan Julian. Tapi beruntung mereka berdua selamat.

"Kau tidak apa-apa?" Julian menatap manik mata gadis itu. Persis sekali seperti yang ia kenali.

"Ya. Terima kasih," ucapnya. Gadis itu pun segera menarik tubuhnya, menyadari dirinya tak seharusnya berada di posisi seperti itu.

"Kita pernah bertemu sebelumnya, 'kan?" ia tampak mengenal sosok berperawakan gagah seperti Julian sebelumnya. Benar, memang lelaki berwajah manis itu yang menabraknya beberapa waktu lalu.

"Aaah..." pekik lelaki itu. Ia menangkap maksud lawan bicaranya. Mereka bertemu di tempat persemayaman dan berakhir dengan kesalahpahaman. "Aku minta maaf, waktu itu aku benar-benar..."

"Tidak apa-apa, kurasa aku yang tidak bisa memahami seseorang yang sedang kehilangan," ia menanggapi Julian dengan baik. Ia rasa gadis itu memang Liona, terlihat dari cara gadis itu bicara.

"Kau memang seperti itu," gumamnya tanpa sengaja.

"Kau mengenalku?" Gadis itu ternyata mendengar gumamannya barusan.

"Ah, maksudku..." ucapannya terputus saat gadis itu tertawa lirih sambil mengulurkan tangannya.

"Kalau begitu kita berkenalan saja," tuturnya ringan. "Aku Liona. Terimakasih sudah menyelamatkanku."

-o0o-

Give me vote and comment, thankiss 💕

RETURN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang