Matthew tidak banyak mengatakan apapun setelah ia merebahkan tubuh Azzura di peraduannya. Ia hanya mengusap pipi lembutnya sembari matanya menyusuri bentuk wajah Azzura yang sudah ia hapal di luar kepala. Bagaimana alis tebalnya menaungi matanya yang terpejam. Bagaimana bulu mata lebatnya seolah merayunya untuk mendekat. Bagaimana hidung mancung nan mungilnya terasa tepat. Hingga bibirnya yang berwarna merah pucat seolah memohonnya untuk menciumnya.
Azzura yang ia lihat pertama kali bertahun yang lalu sungguhlah cantik. Namun saat ini, dirinya telah menjelma lebih cantik hingga rasanya, Matthew seolah memandang dewi yang bahkan terasa tidak nyata. Namun wanita yang saat ini sedang terlelap di depannya memang nyata adanya. Dia hidup. Dan dia adalah ibu dari putranya.
Ah, putranya...
Seharusnya Matthew bisa berpikir dengan jernih ketika mereka melakukannya lebih dari setahun yang lalu. Bahwa, percintaan mereka bisa saja membuahkan nyawa di antara mereka. Seharusnya Matthew tidak membiarkan wanita itu pergi darinya. Dan mungkin saja, keadaan tidak akan semenyakitkan ini. Dan mungkin saja, wanita ini tidak akan selalu menyalahkan dirinya sendiri dan menginginkan kematian setiap waktu.
Rahang Matthew mengeras. Ia bahkan bisa merasakan kepalan tangannya hingga hampir menyakiti dirinya sendiri. Dirinya sudah pernah kehilangan wanita itu. Ia tidak akan membiarkan hal itu terulang lagi. Meski ia harus menjadi iblis untuk mengimbangi Azzura.
"Kau adalah hal terbaik yang pernah ada di hidupku, Matthew," bisikan suara lembut bergaung di kepalanya. Tentu saja itu adalah suara Azzura. Dan kalimat itulah yang mengawali segala hal hingga menghadirkan Zachary di antara mereka.
Ingatan malam panas itu bahkan masih melekat kuat dalam diri Matthew. Membuat keinginannya untuk bertahan hidup menjadi berkali lipat hanya untuk bisa menemui wanita ini lagi.
"Kau adalah cahayaku, Matthew. Jangan pernah melupakannya," bisikan lain terdengar di dalam kepalanya.
Ia akhirnya berubah lebih santai. Menarik lagi pikirannya untuk berubah menjadi iblis, jika diperlukan. Ia tidak akan melakukannya. Tidak, jika ia ingin membawa Azzura ke dalam kehidupannya lagi.
"Tidurlah, Sayang. Aku akan menjagamu," gumam Matthew di telinga Azzura. Ia lalu memberikan kecupan di kedua kelopak mata yang terpejam itu sebelum ia berderap dan meninggalkannya untuk terlelap.
Kemudian, ketika kesokan harinya Matthew telah siap, Azzura hanya bisa membungkam bibirnya. Meraih Zachary di dalam pelukannya untuk menempuh perjalanan panjangnya sekali lagi.
"Aku telah berjanji untuk mengikutimu, Madam. Karena itulah aku juga akan ikut ke pondok itu," ujar Penny penuh tekad. Ia lalu menjelaskan bahwa dirinya bisa menginap di rumah pelayan yang memang berada cukup dekat dengan pondok itu. Namun karena itu pulalah Penny hanya bisa membantunya ketika pagi hingga sore menjelang.
Mendengar hal itu, Azzura mulai memikirkan fakta bahwa hanya akan ada mereka bertiga ketika rembulan bersinar. Tanpa ia sadari, pipinya langsung merona merah. Membuat Matthew yang tidak sengaja melihatnya ingin sekali menanyakan sebab hal itu terjadi.
"Kau harus memanfaatkan situasi ini!" desis MacAlphin seraya menepuk pundak Matthew. Ia dan Lucas Magnus memang datang untuk mengantarkan kepergian mereka dengan raut puas di wajah mereka. Reaksi keduanya langsung membuat kecurigaan yang selama ini Matthew tutupi terasa dibenarkan. Bisa saja kan MacAlphin hanya membual mengenai utusan dari Inggris? Pria itu tidak terduga dan manipulatif. Mirip seseorang yang pernah menjadi atasannya ketika dirinya masih di Inggris.
Kening Matthew mengernyit dalam sebelum ia berujar, "Kesempatan apa maksudmu?"
"Begitu kau kembali. Aku ingin cucuku sudah menyandang nama MacAlphin di belakangnya!" titahnya lagi tanpa menutupi perasaan puas di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reserved
Historical Fiction❤ Azzura - Matthew Azzura Rees tidak bisa lagi tinggal di tanah kelahirannya akibat kesalahan yang pernah dia lakukan di masa lalu. Itu hukuman yang pantas baginya. Meninggalkan semuanya. Masa lalunya, mimpi-mimpinya, cintanya, dan juga... anaknya...