Chapter 11

2.5K 484 27
                                    

Zachary terbangun tengah malam karena suara hujan yang turun dengan petir dan kilat yang menderu. Azzura yang sekarang telah terbiasa dengan rengekannya segera bangun. Membuka pintu kamar putranya dan menggendongnya.

Zachary masih merengek untuk beberapa lama. Sampai Azzura mendendangkan nyanyian pengantar tidur di telinga Zachary. Kedua lengan Azzura masih mendekapnya hangat. Satu tangannya menepuk lembut bokong Zach. Dan wajah pria kecil itu terbenam di cerukkan leher Azzura.

Perlahan, napas Zach kembali teratur. Dia akan segera terlelap ketika netra biru cerahnya mengenali sosok pria dewasa yang mengawasinya dengan binaran lembut. Zachary memekik senang. Tangannya menggapai-gapai ke arah Matthew dan membuat pria besar itu terkekeh.

Suara kekehan Matthew membuat Azzura berbalik. Dia merasa jengkel karena upayanya untuk membuat Zach tertidur telah digagalkan. Namun dia tidak bisa, tidak terpesona ketika melihatnya. Rambut bangun tidurnya yang berantakan terlihat menggoda. Dadanya yang bidang terlihat jelas karena dia tidak menggunkan atasannya alih-alih hanya menggunakan celana yang menggantung di di pinggangnya. Dia selalu terlihat menakjubkan. Semakin menakjubkan ketika Azzura melihatnya.

"Kurasa dia tidak lagi mengantuk," gumam Matthew seraya mendekati mereka. Matt berdiri di depan Azzura. Meraih Zahcary ke dalam pelukannya yang langsung menjerit antusias.

"Jam tidurnya akan berantakan jika dia tidak segera tertidur," kesal Azzura.

Matthew meringis. Meniup leher Zachary sehingga pria kecil itu semakin memekik kesenangan. "Tidak apa. Aku akan menanganinya," balasnya dengan seringai lebar. Satu lengan Matthew lalu terulur ke arah wanita di depannya. Jemarinya menyusuri kelembutan pipinya.

"Istirahatlah. Kau terlihat lelah."

"Aku-"

Ucapannya terbungkam ketika Matthew mencium pipinya. "Kau juga, berikan ciuman selama tidur untuk Mama," ujar Matthew seraya mendekatkan Zachary kepada Azzura.

Yang dilakukan Zach tidak lebih dari menempelkan mulutnya. Membuat lelehan air liurnya menempel di pipi Azzura sehingga membuatnya geli.

"Nah, kami memiliki urusan yang harus diselesaikan antarpria. Bukannya begitu, jagoan?"

Mata Zach mengerjap-ngerjap. Dia hanya merespon dengan berteriak kegirangan ketika Matthew membawanya melewati pintu kamarnya. Bayi mungil itu mengira bahwa mereka akan bersenang-senang.

Sementara itu, keterkejutan Azzura akhirnya menghilang. Melihat punggung kokoh Matthew yang berjalan di depannya dengan putra mereka yang berada di gendongannya membuat dadanya menghangat. Dia memang merasa lelah. Tetapi untuk meninggalkan momen-momen manis ini, dia merasa keberatan. Karena itulah, Azzura kembali ke kamarnya. Mengambil jubah tidur untuk membalut setelannya.

Dirinya terlalu tergesa-gesa untuk menemukan Zach sehingga tampil hanya dengan gaun malamnya. Dan... Astaga! Matthew melihatnya!

Pipi Azzura terasa memanas. Seharusnya dirinya tidak perlu merasa malu lagi kepada Matthew. Namun entah mengapa, tubuhnya selalu bereaksi seperti ini kepada pria itu. Matthew benar-benar mempengaruhi tubuh dan jiwanya. Azzura tahu itu.

Setelah menenangkan debaran jantungnya, perlahan dia turun ke bawah. Melihat Matthew yang terduduk dengan memeluk Zachary. Petir dan guntur masih terdengar. Dan sepertinya mereka sedang melihat fenomena alam itu dari balik jendela kaca.

Mulut Matthew berada di telinga Zachary. Seolah sedang menceritakan bagaimana petir terbentuk karena para dewa yang sedang bertarung di nirwana.

"Kau menceritakan legenda kepadanya," ucap Azzura geli. Dia lalu duduk di samping Matthew. Bersandar ke lengan sofa sehingga mereka memiliki sedikit ruang yang memisahkannya.

Matthew tersenyum. Melirik ke arah Zachary yang terlihat menikmati pemandangan alam di depannya.

"Zeus yang kuat tinggal di Olympus bersama dengan keluarganya. Dia adalah ayah para dewa dan manusia.  Dewa yang hebat dengan petir di genggamannya. Dan di sini," Matthew mengangkat telapak tangan Zachary. Mengarahakannya kepada jendela di depannya, "Kekuatan itu ada di genggamanmu. Kau akan menjadi sehebat Zeus."

Petir menyambar lagi seolah mereka benar-benar mengikuti keinginan Zachary. Dan setelahnya, badai di depannya berangsur surut sehingga meninggalkan gerimis kecil yang membuat nyaman.

"Dia kembali tertidur," gumam Azzura takjub. Zachary langsung tertidur begitu saja. Bahkan yang dilakukan Matthew hanyalah menepuk ringan bokongnya.

Matthew mendongak sembari tersenyum. Dia lalu bersandar ke belakang. Bersyukur karena sofa yang dia duduki memiliki ukuran yang lumayan besar.

"Kemarilah," pintanya sembari mengulurkan satu tangannya. Zachary berada di dadanya. Tertidur pulas dan damai di sana.

"Kemarilah," ulangnya lagi masih dengan tangan yang memanggil Azzura. Seharusnya Azzura tidak secepat itu terlena. Tetapi mendengar bagaimana keajaiban kadang bisa dimunculkan oleh pria itu, menjadikan Azzura menginginkan keajaiban lagi untuknya, untuk mereka.

Dia akhirnya kalah. Mendekati Matthew dengan pelahan dan meraih jemari pria itu.

Ketika Matthew membawanya di pelukannya, bersandar di sana sehingga mereka hangat dengan selimut yang melindungi mereka bertiga, Azzura tahu bahwa sampai kapan pun, pelukan pria itulah yang akan menjadikannya selalu terasa lengkap.

***











I'm come back.
Cie yang udah marah-marah karena nggak diterusin.
Wkwkwk.
Jangan protes pendek.
Emang mesinnya belum panas banget buat nerusin project ini.

Kalau boleh, aku mau nanya:
"Apa yang kalian harapkan dari cerita ini?"

Thanks yang mau bantu jawab.
😊

ReservedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang