Azzura tidak menyangka bahwa kehidupannya akan sedamai ini. Dia memang tidak memiliki banyak materi, seperti kehidupannya ketika ayah angkatnya masih hidup. Dia juga tidak memiliki perhiasan apapun. Bahkan pakaian yang melekat di tubuhnya hanyalah menggunakan kain sutera biasa dan bukannya satin dan sutera terbaik di kelasnya.
Jika Azzura kembali ketika dirinya berusia lima belas tahun, apa yang ia bayangkan untuk kehidupannya adalah mansion besar nan megah. Gaun yang tidak terhitung jumlahnya. Set perhiasan lengkap untuk koleksinya. Dan oh! Jangan lupakan undangan pesta yang datang hari demi hari.
Azzura pikir, dengan begitu hidupnya akan sangat bahagia. Meski begitu, keadaanya saat ini bisa dia katakan lebih dari kata bahagia.
Sore mulai menjelang dan matahari hampir terbenam sepenuhnya. Azzura lalu meregangkan tubuhnya. Meletakan alat rajut dan membenahinya. Dia sudah menyelesaikan syal berwarna biru. Warna yang membuatnya tenang dan damai. Warna yang memiliki rona yang sama dengan netra Matthew.
"Apakah ayahmu sudah selesai, Hanah?" tanya Azzura kepada Hanah yang sedang memandang Zach yang tertidur tidak jauh darinya.
Pria kecil itu sangat menyukai Hanah. Begitu pula sebaliknya karena Hanah tidak pernah bisa lepas dari Zachary. Tangis Zach bahkan langsung padan ketika mendengar suara Hanah ataupun ketika matanya menangkap siluet Hanah.
"Sepertinya begitu, Madam," jawabnya ketika melihat sang ayah telah bersiap untuk kembali ke pondok mereka. Seperti biasa, Penny, Lou, ayahnya dan Hanah akan berkuda. Meninggalkan Azzura, Matthew dan Zach di pondok pribadi mereka.
"Ayah mengatakan bahwa Anda akan pulang tidak lama lagi. Aku pasti akan sangat kesepian karena tidak bisa melihat Zach," ujar Hanah dengan mata sayu.
"Kau bisa ikut kami ke Highland. Aku tidak keberatan, Hanah."
Mata Hanah berbinar sebelum kembali meredup. "Aku tidak bisa meninggalkan ayah dan Lou. Aku satu-satunya wanita di rumah. Mereka pasti akan membakar rumah jika aku tidak ada di sana."
Azzura tersenyum geli. Mengenal gadis kecil itu selama seminggu belakangan memang membuatnya semakin mengenal kepribadiannya. Hanah adalah gadis yang mandiri dan rajin. Dia juga cukup bertanggung jawab untuk anak seusianya. Dia cukup pintar dan gesit untuk urusan rumah tangga. Fakta bahwa ibunya telah meninggal dan membuatnya menjadi satu-satunya wanita di rumahnya mungkin membuatnya dewasa lebih cepat.
"Bagaimana jika ayahmu dan Lou mengikutimu ke Highland?"
"Dan bergabung dengan MacAlphin?"
Azzura mengangguk.
"Ayah tidak akan melakukan hal itu. Ayah tidak suka terikat, karena itulah kami masih tinggal di sini. Aku mengingat bahwa seseorang bernama Lucas Magnus pernah menawarkan hal itu dan ayah menolaknya tanpa pikir panjang," jelas Hanah. "Ayah mengatakan bahwa kami akan lebih bahagia hidup di sini."
Azzura mengernyit tidak paham.
"Mengapa?"
Hanah mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu, Madam. Ayah tidak mau menjelaskannya atau mungkin karena usiaku terlalu muda untuk mengerti. Jika aku lebih tua lagi dan menjadi secantik dirimu, aku yakin aku akan mengerti banyak hal."
Kali ini Azzura tidak bisa menahan tawa kecil lolos dari bibirnya. Sepertinya dia juga jatuh hati kepada Hanah seperti halnya Zach yang menyukai gadis itu.
Kereta kuda Berg Hanson lalu mendekat dan membuat Hanah berlari riang ke arahnya. Tubuh kecilnya menaiki kereta dengan sigap dan dia melambaikan tangannya kepada Azzura.
"Satu hari lainnya, hmm?" bisik Matthew yang sudah berada di belakang Azzura. Dia mengambil peralatan Azzura sehingga wanita itu bisa mengangkat Zach ke dalam gendongannya.
"Apa pekerjaanmu dengan Berg Hanson sudah selesai?"
"Yah. Kau bisa melihatnya besok. Dia pria yang cekatan. Aku bahkan tidak menyangka bahwa perbaikan gudang akan selesai dalam waktu secepat ini."
"Sudah lama aku ingin bertanya mengenai gudang itu," renung Azzura. "Itu adalah hal yang langsung menyita perhatianmu ketika kita ke sini. Memangnya, ada apa dengan gudang itu?"
Matthew menggaruk belakang kepalanya. Dia meringis dan berdecak ketika melihat kilat keingintahuan dari Azzura yang tidak berkurang.
"Kayu di sana sebagian besar sudah lapuk dan saat kecil, aku pernah terkurung di sana," ujar Matthew masam. "Karena itulah aku sangat tidak menyukai pondok ini."
Azzura mengerjap. "Kau... Takut?"
Matthew mengangguk malu-malu. "Aku terlalu kecil untuk merasa berani. Ayah menemukanku tiga jam setelah aku terjebak dan tiga jam itu rasanya seperti seumur hidup."
"Itu pasti hal yang sangat mengerikan."
"Kau tidak tahu bagian buruknya. Tetapi ya. Itu kenangan yang buruk. Meski sekarang, rasanya konyol karena jika saja aku berani untuk mencari tahu, pintu gudang itu bisa dengan mudah kutemukan."
Azzura terkikik geli. "Itu tidak mungkin!"
Senyum Matthew terulas lebar. "Aku akhirnya bisa membuatmu tertawa."
Azzura tertegun. Untuk yang kesekian kali terpikat atas tatapan Matthew kepadanya.
Pria itu perlahan mendekat. Membungkuk ke arahnya hingga Azzura bisa merasakan napas hangat Matthew. "Aku senang karena akhirnya berhasil membuatmu tertawa. Satu minggu ini aku sangat iri dengan Hanah karena beberapa kali membuatmu tertawa."
Wajah Azzura terasa panas. Warna merah antara campuran cahaya matahari sore dan rona malunya bercampur dengan apik. Matthew kembali ingin menerkamnya jika saja suara Zach yang mulai rewel terdengar.
"Ayo kita masuk. Cuaca semakin dingin," ajak Matthew dengan satu lengan yang menuntun Azzura dan putranya.
Azzura pikir hari itu akan berlalu seperti halnya hari-hari sebelumnya. Namun ketika malam menjelang, seorang kurir datang ke tempat mereka dan bertemu dengan Matthew. Setelahnya, Matthew menjadi lebih pendiam dari biasanya.
"Lusa, aku dan Berg akan melaut. Ada hal yang harus aku lakukan." Ucap Matthew dengan rahang mengeras.
Azzura tahu bahwa seharusnya dia bersikap biasa karena sebelumnya pun, Matthew pernah melaut karena ingin menangkap ikan segar untuk mereka. Namun ada yang mengganjal dengan ucapan Matthew kali ini. Dan hal itu, mambuat perasaan Azzura tidak karuan bahkan ketika dengan kedua matanya, dia melepaskan Matthew ke lautan.
***
Ternyata udah setahun gak update cerita ini.
Hhahahaha 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Reserved
Historical Fiction❤ Azzura - Matthew Azzura Rees tidak bisa lagi tinggal di tanah kelahirannya akibat kesalahan yang pernah dia lakukan di masa lalu. Itu hukuman yang pantas baginya. Meninggalkan semuanya. Masa lalunya, mimpi-mimpinya, cintanya, dan juga... anaknya...