"Siapa dia, Penny?" lirih Azzura dengan suara yang penuh dengan ketertarikan yang kuat. Mata violetnya tidak lepas dari lapangan yang tidak begitu besar di bawah sana, namun cukup digunakan untuk arena pertandingan satu lawan satu yang sedang berlangsung. Gaun berwarna peach yang dia gunakan berkibar karena angin musim gugur yang sedang berembus melewati jendela-jendela besar di Mansion Gordon. Rambut hitamnya yang diikat ke belakang namun tidak ia kepang menari-nari karena belaian sang angin. Aroma daun-daun maple yang berguguran sedikit tercium dan itu adalah salah satu hal yang Azzura sukai.
"Siapa yang Anda maksud, Milady?" tanya Penny, pelayan pribadinya dengan bingung. Ia sudah berdiri di samping sang nona muda yang tampak tertarik melihat dari murid-murid sang ayah yang datang untuk melakukan duel ketika sang guru sedang tidak bisa pergi ke akademi. Dengan kesibukkan sang guru belakangan ini, maka para murid menjadi semakin sering datang ke mansion Gordon dan sang lady sepertinya memiliki kebiasaan baru untuk menyaksikan duel mereka di salah satu ruangan yang langsung menuju ke area lapang itu.
"Dia," jawabnya. "Pria dengan setelan hitam itu."
Penny semakin menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas sosok yang nona mudanya maksudkan. "Dia Duke of Wellington, Milady," jawab Penny yang membuat sang lady mendengkus tidak suka.
"Aku tidak menyukainya," dengkus sang lady kesal. Ia lalu berbalik dan menuju meja yang ada di sana begitu duel itu berakhir dengan sang duke yang memenangkan duel kali itu.
"Apakah Anda belum pernah bertemu dengan His Grace?"
Azzura mengernyit. "Apakah aku harus mengetahui mengenai dirinya?"
Penny tersenyum. "Dia sudah seperti putra dari Duke of Gordon, His Grace bahkan pernah tinggal di sini untuk berapa lama sampai akhirnya ayahnya meninggal dan His Grace yang menggantikkannya."
Kernyitan di dahi Azzura semakin dalam. "Aneh sekali karena Papa tidak pernah menceritakannya kepadaku."
"Mungkin Duke of Gordon hanya belum menceritakannya kepada Anda."
Azzura mengedikkan pundaknya tidak peduli. Ia baru akan membuka jurnal miliknya ketika ia mendengar suara teriakkan yang kemudian disusul dengan suara tawa yang renyah. Kaki-kaki Azzura lalu segera bergegas dan membawanya ke jendela yang sama di mana ia berdiam diri tidak lama sebelumnya. Netra violetnya berbinar ketika melihatnya, melihat pria dengan surai pirang gelap dan netra sebiru lautan yang sangat jernih sedang bergumul dengan seseorang bergelar Duke of Wellington di atas rerumputan. Tawa renyah dari pria itu membuat sesuatu di dada Azzura bergetar dan ia menyukainya.
Well, kalau begitu, mungkin Duke yang telah melukai Matthew di duel itu, tidak seburuk yang ia sangka.
Ia lalu menyentuh dadanya, tempat jantungnya berdegup dengan cepat dan napasnya seolah dicuri oleh suara tawa itu. Ia mungkin masih muda, tetapi ia tidak akan salah mengenai perasaan yang sedang melandanya saat ini.
Azzura Rees, putri angkat Duke of Gordon, menyukai Matthew Adrian Scott bahkan saat pertama kali ia melihat sosoknya.
"Madam, kita akan segera sampai," ujar Penny lembut kepada Azzura yang sedang menerawang jauh. Pikirannya baru saja mengembara. Membawanya serta ketika kehidupannya baik-baik saja dan yang ia khawatirkan adalah bagaimana sikap yang harus ia tampilkan di depan pujaan hatinya.
Azzura mengangguk. Kemudian ia menunduk dan menemukan putranya, Zachary yang tertidur lelap di pelukannya. Azzura lalu mengecup kedua pipi gempal Zach yang memerah. Bibirnya bergerak-gerak dengan lucu karena merasa tidurnya yang tergaggu. Namun Azzura tidak memedulikannya dan malah berulang-ulang menciumi pipi Zach. Membuat, untuk berapa saat kemudian, netra Zach terbuka dan menampilkan netra sewarna lautan yang sama seperti milik Matthew.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reserved
Ficção Histórica❤ Azzura - Matthew Azzura Rees tidak bisa lagi tinggal di tanah kelahirannya akibat kesalahan yang pernah dia lakukan di masa lalu. Itu hukuman yang pantas baginya. Meninggalkan semuanya. Masa lalunya, mimpi-mimpinya, cintanya, dan juga... anaknya...