~~~
Dua bulan berlalu sejak kejadian kelam itu. Kini namja bernama Ryeowook itu bekerja di sebuah kantor kecil sebagai akuntan perusahaan. Hidupnya sedikit layak daripada kehidupannya beberapa bulan lalu. Meskipun begitu, wajah sedih tak pernah bisa lepas darinya. Senyum selalu terukir di wajahnya, merupakan kepalsuan. Bagi orang yang mengenal Ryeowook dengan baik, mereka akan tahu semua perubahan pada diri Ryeowook.
Mulai sekarang Ryeowook selalu menanamkan satu hal dalam benaknya, yaitu ia harus menerima keadaan saat ini. Tak boleh kembali ada penyesalan. Malam yang dingin hari ini. Ryeowook pulang dengan wajah lesunya, sepertinya hari ini pekerjaannya sangat banyak.
“Aku pulang.” Ia memasuki rumahnya.
“Ya! kenapa kau pulang lama sekali? Kau tak tahu, aku sudah lapar?!” Sapaan Ryeowook dibalas dengan cercaan. “Jika saja aku tak buta seperti ini, aku akan mengambilnya sendiri. Tak menyusahkan sepertimu dulu!” cercaan itu terus terlontar dari bibir Yesung, sang suami.
“Mianhae, Yesung Hyung. Hari ini perkerjaanku banyak sekali, dan hal itulah yang membuatku terlambat pulang. Baiklah, aku akan siapkan makanan untukmu.” Ryeowook berujar pasrah dengan wajah yang di tundukan.
Ya, suaminya selamat setelah saat masa kritisnya kala itu. Tetapi semenjak suaminya itu siuman, sifat Yesung sangatlah berubah. Dokter yang menangani Yesung mengatakan padanya, bila Yesung berlaku seperti itu karena depresi. Namja itu tak bisa menerima kenyataan jika ia sudah kehilangan fungsi penglihatannya.
Dan saat ini, Ryeowook hanya bisa menerima apa yang dilakukan Yesung padanya sebagai tebusan perlakuannya dulu. Ryeowook selalu berpikir, ini kah karmanya dari Tuhan? Situasinya saat ini terasa seperti ia dalam posisi Yesung kala itu. Semua berbalik keadaan. dan ia merasakan itu. 'Beginikah perasaan Yesung Hyung, saat itu?' batinnya.
“Ini aku membuatkan ramen untukmu, Hyung. Kau ingin makan sendi-”
“Kau menghinaku dengan mengatakan aku makan sendiri, eoh? Kau lihatlah keadaanku”Belum sempai menyelesaikan perkataannya, ucapan Ryewook dipotong oleh Yesung dengan dengusan kesal.
“Mi-mianhae, Hyung. Baiklah, aku akan menyuapimu.” Ryeowook menjawab takut. Pernah sekali, Yesung hampir memukulnya karena saat itu ia melontarkan pertanyaan yang sama seperti tadi.
Karma masih berlaku.
Setiap hari, dengan sabar Ryeowook melakukan apa yang diminta Yesung padanya. Ya, mau bagaimana lagi, Yesung buta bukan? Jadi hanya Ryeowook yang serumah dengannya harus selalu membantunya. Seperti saat ini, Yesung meminta Ryeowook mengantarkannya ke tempat Donghae. Yesung mengatakan jika akan ada acara perayaan untuk teman-teman kerjanya dulu, dirumah Donghae.
“Ingat! Kau harus berada di dekatku, agar aku tak perlu menyusahkan oranglain. Kau pikir aku tak malu seperti ini?” Yesung memperingatkan. “Ini semua karenamu, kau tau! Seandainya saat itu aku tak memikirkan makanan untukumu, aku tak akan sepeti ini.” Sudah menjadi rutinitas keseharian bahwa Yesung akan selalu mengatakan kata-kata pedas untuk istrinya.
Sakit dirasakan oleh Ryeowook kala mendengar ucapan itu terlontar dari suaminya. Namun, Ryeowook harus tetap menerim semua itu sebagai tebusan. “Ne, Hyung.” Hanya itulah yang dapat terlontar dari bibir tipis Ryeowook.
Selama perjalaan memasuki rumah Donghae, tanpa mereka sadari seorang namja mendengar percakapan di antara mereka dari belakang. “Eoh? Kalian sudah sampai?” Ucap seseorang dari arah belakang mereka. Ryeowook membalikan badannya, meliat orang yang tadi mengajaknya bicara.
“Eoh? Donghae Hyung? Kenapa kau malah di luar?” tanya Ryeowook bingung, ketika si pemilik acara justru berada di luar rumahnya.
Sebelum menjawabnya, Donghae membukan pintu dan mengambil alih lengan Yesung. “Oh, tadi aku habis membeli minuman. Semua minumanku habis, karena lumayan banyak orang yang datang. Tapi sekarang mereka sudah pulang. Mari masuk, Wook-ah.” Donghae membuka lebar pintu rumahnya. Mempersilakan dua tamunya untuk masuk.
Namja itu, membawa dua tamunya menuju ruang tamu. “Duduklah, aku akan mengambil camilan dan minuman,” ucapnya sembari membantu Yesung untuk duduk di sofa.
“Mianhae kami telat, Hyung. Tadi aku bekerja dulu,” jawab Ryeowook penuh penyesalan.
“Gwaenchana. Ku tinggal sebentar ke dapur, ne?”
Tinggal lah Yesung dan Ryeowook hanya berdua di ruang tamu. “Huh, ini semua karenamu yang lama! Aku jadi tak dapat bertemu dengan teman-temanku. Sebenarnya yang menyusahkan itu kau atau aku sih? Kau selalu saja menjadi penghambatku! Masalah untukku.” Sepertinya untuk kali ini, ucapan Yesung sungguh sangat keterlaluan. Ucapan yang tak ayal membuat Ryeowook berusaha keras agar tak menangis. Yesung benar-benar membalas dendamnya.
Donghae kembali dengan makanan dan camilan yang banyak dibawanya. “Maaf menunggu lama, aku benar benar kesulitan menata camilan dan minuman ini tadi.” Donghae terkekeh. Meletakan nampan yang di bawanya keatas meja, Donghae memperhatikan dua tamu yang sepertinya sedang ada masalah.
'Yesung, kali ini kau benar-benar keterlaluan.' Batin Donghae yang mulai geram atas tingkah laku Yesung, temannya.
“Donghae Hyung aku ingin ke toilet, di mana toilet-nya?” Ucap Ryeowook dengan suara yang ia tahan agar tak terdengar bergetar menahan tangis.
“Eoh? Kau masuk saja ke dapur, di sebelah kiri nanti ada pintu bercat putih, itulah toiletnya. Jangan sampai tersasar ya? Haha ...” sengaja Donghae membangun suasana agar tak canggung, dengan gurauannya.
“Tenang saja, Donghae-ah. Dia bukan lagi anak kecil yang tak tahu arah,” ucap Yesung ketus.
Bersambung...
Heyooo..
Balik lagi saya...
Gimana nih?? Buat chap ini??
Haha.. ngedrama banget..
Tenang cerita ngebosanin ini akan berakhir di chap selanjutnya...
Jangan bosen-bosen baca cerita saya ya.. ^^Last Word...
VOTMEN .. ^^