Chapter 14

1.3K 113 5
                                    

Malam ini adalah malam tersulit baginya, lebih sulit dari malam malam sebelumnya.

Malam dimana ia harus benar benar memutuskan pilihannya yang tepat.

Lisa mendongak menatap lagit malam itu, tidak banyak bintang disana mungkin mereka mengerti akan suasana yang sedang Lisa alami malam itu.

"Appa? Apakah saat kau mencintai Eomma rasanya seberat ini?"

Lisa terlalu takut untuk mengambil keputusan, tapi keadaan membuatnya harus memilih sesegera mungkin.

Termenung dibawah sinar bulan, dengan banyak fikiran yang membuatnya hampir gila dan terlebih lagi tidak ada pilihan dimana ia boleh memilih kedua hal yang dia inginkan.

"Bolehkah aku menyerah akan keduanya saja? Atau mendapatkan keduanya? Aku tidak bisa jika harus memilih salah satu saja"

Suara nya terdengar sangat menyayat hati, gadis kecil dengan banyak beban dipunggungnya, dengan banyak pilihan dikepalanya membuatnya terlihat sangat rapuh.

Apa yang bisa ia lakukan selain bertanya pada dirinya sendiri, lalu menangis disudut kamar.

Hidup ini memang terkadang tidak adil, ia bisa menghadirkan dua hal yang berbeda dalam satu waktu tapi ia tidak memberi kesempatan kita untuk mendapat kan keduanya dalam waktu yang bersamaan.

Lisa kembali menatap langit gelap yang ada diatasnya, sambil meneteskan air matanya.

"Baiklah keputusannya sudah aku ambil, ku harap ini yang terbaik" lirihnya

***

"Kurasa ini akan sangat berat"

Pria itu duduk dibalkon apartementnya, dengan penampilan yang sedikit berantakan dan beberapa kaleng beer yang menemaninya.

Malam ini tidak seperti beberapa malam yang lalu, dimana ia bisa bersama dengan gadisnya bersantai bersama, bersenda gurau bersama, menghabiskan banyak waktu bersama dan melakukan segalanya bersama.

Perasaannya bercampur aduk, disatu sisi ia ingin memepertahankan apa yang baru saja ia bangun namun disisi lain ia tidak bisa melihat permatanya rusak karena ia terlalu lama menggenggamnya.

Takut? Jelas saja ia takut, walaupun jika diperhatikan ia selalu berusaha untuk memberi rongga pada permatanya untuk pergi, memberi celah untuk permata itu meninggalkannya namun tetap saja ia takut kalau kalau ia tidak akan lagi bisa mendapatkan permata sama seperti permata yang sebelumnya.

Dia boleh saja terlihat kuat, dia boleh saja terlihat sangat tangguh. Tapi ingatlah bahwa ia masih manusia yang pada kodratnya masih memiliki kekhawatiran dan ketakutan.

"Apa aku harus menyerah?"

Ia terlalu frustasi dengan keadaan ini, terlalu stres sehingga ia tidak mampu untuk berfikir.

"Aku rasa aku harus menerimanya apapun itu, karena aku sudah merelakannya"

Ia kembali meneguk kaleng beernya, sembari berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan baik baik saja dengan Keputusannya.

***

"Jenn?" panggil Jisoo

"Waeyo eonni?"

"kapan kau akan melakukan rencanamu?"

"hmm, beberapa waktu lagi. Tenang lah eonn tidak akan ada hal buruk terjadi, aku hanya ingin menguji mereka"

My Lalalalisa (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang