Chapter #6

16.1K 2K 362
                                    


"Kukira kau mati, Tae."

"Akupun sama. Tidak mengira ternyata masih bisa minum alhokol bersamamu."

"Bedebah!"


Dua pemuda; Park Jimin dan Kim Taehyung tampak nyaman duduk  bersebelahan tepat didepan meja bar. Jimin lebih dulu datang, sementara Taehyung menyusul beberapa saat setelahnya, sebab lebih dulu mengantar Jungkook pulang kerumah.
Selama nyaris setengah jam, mereka hanya membicarakan tentang kronologi kecelakaan yang dialami Taehyung.
Mungkin lebih banyak Jimin yang bertanya, sedang Taehyung hanya menjawab seperlunya.

"Tapi aku sudah baik-baik saja sekarang."         Ucapnya bangga.

"Persetan!"          Mengumpat pada akhirnya. Sekilas Jimin terkekeh pelan,  lantas menghela napas kasar, sebelum melanjutkan ucapan.

"Tapi Tae, aku tidak menyangka, kalian bertindak sejauh itu."           Sembari berucap, Jimin menatap gelas kaca berisi sampanye; dalam genggaman. Yang kemudian dilibas dalam sekali tenggak, dan berakhir meletakkan kembali gelas kosong tersebut diatas meja bar; dengan sedikit kasar.

Menjadikan pemuda Kim yang duduk disebelah sembari memutar batang nikotin yang tersemat diantara jemari; menoleh secara reflek. Mengerutkan dahi sekilas sebelum terkekeh dan mendengus kemudian.
"Bahkan aku sendiri tidak pernah menduga, Jim."        Jeda, Taehyung menghisap batang nikotin tersebut. Cukup lama, sebelum menarik dan menghembuskan asapnya perlahan.            "Aku hanya berfikir bagaimana cara menjadikannya milikku."

Mendengus remeh sebagai jawaban, Jimin kembali menenggak setengah gelas sampanye yang baru saja dituang oleh bartender.
"Sia-sia."          Jeda, Jimin melirik kearah sang sahabat yang terlihat biasa saja. Seolah percakapan yang terhitung sensitif itu tidak memberi efek apapun bagi jalan hidup Taehyung kedepannya.
"Sebesar apapun inginmu memiliki Jungkook, kurasa hanyaㅡck, sia-sia."


Menoleh sembari menyeringai tipis. Taehyung menyahut gelas dalam genggaman Jimin. Menghabiskan dalam sekali tenggak, memutar-mutar gelas kosong tersebut sebelum akhirnya diserahkan kembali pada sipemilik.
"Karena gender? Ck, alasan klasik."

Mengangguk apatis, Jimin menatap Taehyung instens dari arah samping.
"Itu juga. Tetapi statusmu, persaudaraanmu, orang tuamu, kuyakin keluargamu tidak akan menerima hubungan kalian."

"Hanya saudara tiri. Jangan terlalu hiperbolis. Bahkan jika keluargaku menolak, aku masih bisa hidup tanpa mereka. Asal Jungkook bersamaku."

"Berlebihan."

"Ayolah, aku hanya terlalu mencintainya, Jim."












Taehyung ingat jelas, kejadian beberapa tahun yang silam.
Tepatnya beberapa bulan setelah Tiffany ibu kandungnya meninggal,
sang ayah Kim Jun Myeon, membawanya memasuki rumah yang begitu besar. Rumah mewah yang dibeli sang ayah untuk menjadi tempatnya hingga sekarang. Ingatannya berputar kembali. Menerawang saat dimana kedatangannya disambut oleh sesosok wanita muda dengan wajah yang teramat cantik dan anggun. Yang kemudian hazelnya tertuju seorang anak laki-laki mungil yang bersembunyi dibelakang kaki wanita tersebut. Dan baru Taehyung ketahui, bahwa bocah kecil itu ialah anak kandung wanita yang sedari tadi menyambutnya ramah. Mengatakan dengan hati-hati, bahwa lelaki mungil bermata bulat itu ialah adiknya mulai saat itu.

Pun detik itu juga, Taehyung kecil mulai memiliki rasa ketertarikan pada bocah yang kala itu menatapnya takut-takut, mengintip dari sisi kanan paha sang ibu. Yang kemudian akan pura-pura menunduk ketika sadar Taehyung menatapnya.
Tingginya saat itu memang hanya sebatas paha ibunya, mengingat usianya masih menginjak lima tahun. Sedangkan Taehyung sendiri baru saja melewati tujuh tahun.

FATAL ㅡkth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang