"Angkat bokong sialanmu, kita berangkat sekarang, brengsek!"Min Yoongi mendesis geram pada Park Jimin yang bahkan tidak beringsut sedikitpun dari posisi duduknya. Sorot mata menatap tajam layar televisi yang menampilkan entah acara apa, Jimin tidak peduli. Sebab hanya mata yang tertuju pada layar datar bergambar tersebut, sedangkan pikirannya melanglang buana entah kemana.
Nyaris satu jam lamanya Yoongi membujuk dan mengumpat, akan tetapi Jimin tampak tak sedikitpun gentar."Park Jimin!"
Menoleh sekilas, Jimin lantas mendengus persetan. Menyeringai remeh untuk kemudian mengalihkan tatapan kembali menuju layar televisi. Dari kontak mata sesingkat itu Yoongi paham, tatapan mata Jimin tampak kosong. Hampa dan tak bertuan. Karenanya, pemuda Min lantas mendekat. Turut mendudukkan diri disisi kosong sofa mahal yang juga tengah diduduki Park Jimin. Helaan napas kasar terdengar, Yoongi menatap intens wajah Jimin dari samping. Mengamati bagaimana visualisasi yang terbentuk sempurna membingkai garis wajah lelaki dua tahun lebih muda darinya.
Segalanya tampak indah. Undercut menawan pada surai cokelat sedikit keorange-an, Yoongi baru sadar bahwa Park Jimin telah mengganti gaya rambutnya. Dengan sedikit poni menutupi dahi yang membuatnya terlihat panas dan imut dalam waktu bersamaan. Menjadikannya meneguk liur susah payah, menahan segala gejolak tak asing yang menggelegak dalam dasar perutnya. Yoongi menyukai Jimin. Menginginkan Jimin untuk membalas perasaanya sama besar. Inginkan Jimin mendekap dan memeluknya sepanjang malam. Sepenuh hati tanpa paksaan dan dasar pelampiasan.
"Taehyung membenciku."
Menggumam pelan, suaranya terdengar putus asa. Akan terdengar amat menyedihkan jika saja pendengarnya disana bukan Min Yoongi. "Untuk apa aku hidup. Taehyung membenciku." Ulangnya sekali lagi.Sesaat Yoongi merasa jalur pernapasannya terhenti. Kerongkongannya kering bahkan sekedar berucap apa katamu. Pupilnya mengecil, geraham menggerit tempramen. Wajahnya memerah menahan letupan amarah. Segalanya terasa menyakitkan sekaligus menyesakkan manakala tau bahwa dalam hati pemuda itu hanya Taehyung dan Taehyung.
Merasa keberadaannya hanya setara dengan sampah. Mengemis dan memohon meski tau jelas bahwa pemuda yang dicintai sepenuh hati tidak memiliki rasa yang sama dengannya. Cintanya tidak terbalas.Ingin marah, tidak ada kuasa. Sebab sejak awal Jimin sudah mengutarakan bahwa tidak lagi ada tempat untuknya. Kekeraskepalaannya sendirilah yang telak menuntunnya menuju jurang kehancuran. Dirinya yang bersikeras bertahan, meski berjuta kali mendapat penolakan. Dirinya yang tidak lelah berkorban meski tak sekalipun nampak dipengelihatan. Sebab cintanya terlampau besar, hingga seluruh sisi warasnya melebur tergantikan dengan amunisi kebodohan yang siap meledak dan menghancurkannya menjadi kepingan partikel tak terlihat.
"Hanya minta maaf dan pergi." Jawaban spontan tanpa pemikiran sebelumnya. Yoongi tidak sedikitpun melepas tatapan dari wajah Jimin. "Pergi dari hidupnya. Kau dan aku, berdua. Jangan pernah tunjukkan wajahmu dihadapannya, biarkan mereka bahagia, maka dia tidak akan membencimu lagi." Bukan sebuah candaan. Segalanya benar-benar tulus keluar dari relung hari Min Yoongi yang paling dalam.
Yoongi bukan penganut kalimat Kejar cintamu, biar aku memulai hal baru dengan yang lain, karena bahagiamu adalah bahagiaku. Tidak sama sekali. Dia serakah dan egois. Sejak awal pertemuannya dengan pemuda Park disekitaran distrik Gangnam, diri hari pada pertengahan musim salju. Yang mana kala itu dirinya adalah seorang pemuda patah hati yang nyaris depresi. Duduk seorang diri disatu kursi kosong area taman yang sepi. Ditengah aktifitas merenung, tiba-tiba seseorang datang mendekati. Turut mendudukkan diri disisi kosong sebelahnya sembari mengulurkan satu gelas karton berisi kopi hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
FATAL ㅡkth+jjk
Mystery / Thriller[COMPLETED] Berhenti menyembunyikan perasaanmu.. Top!Tae x Bottom!Kook Taekook/Vkook Boyxboy Yaoi