Apalah arti rindu bila senja bertemu yang ada malah tangis pilu? Apalah arti berpisah jika kita sudah susah payah merajut kisah? Apalah arti lelah bila berjuang saja kita hanya pasrah? Apalah arti bertualang bila diam-diam kau ingin mengenang? Apalah arti menatap dengan lamat bila kau enggan menetap dengan sangat? Seharusnya aku mengerti, kau selalu enggan memahami, maka kau memilih mengakhiri. Tak apa. Aku tak marah. Aku tahu kau bosan, namun tak seharusnya ada perpisahan. Biarlah. Biarlah semua jadi masa lalu, maka kita akan membunuh waktu dengan merindu. Saling menghabiskan malam yang kelam bersama rindu yang kian menikam. Bahkan bila akhirnya kau memilih pulang untuk mengulang, maka aku pastikan perasaan itu telah hilang. Aku bersikeras mencoba ikhlas agar bisa melepas. Aku mencoba menutup luka yang kian nyata. Kubiarkan kau pergi mencari hati, kemudian aku akan menenangkan diri yang tersakiti.
- Haefa Septiani
KAMU SEDANG MEMBACA
Br(OK)en
PoetrySaat mata tak mampu mamandang, bibir tak mampu mengucap, maka hanya tangan yang dapat menyampaikan perasaan. Hidup bukan hanya sekedar mencari kata tenar, tapi tetap bersabar meski segalanya terasa tak wajar. Saat patah hati, apa yang kamu butuhka...
