44

205 8 0
                                    

Kenapa marah? Kenapa kesel? Kenapa cemburu? Kenapa iri? Kenapa pengin teriak? Kenapa sakit? Kenapa lelah? Kenapa nangis? Kenapa dan kenapa? Kau bukan siapa-siapa. Hanya teman. Tidak lebih, tidak kurang. Mengharap apa? Ingin menjadi seseorang di antara lengang? Ingin menjadi unik di antara menarik? Ingin menjadi perhatian di antara keramaian? Ingin menjadi teman yang dekat dengan gebetan? Lupakan. Mustahil. Tidak akan terjadi meski nanti panas akan menghadirkan pelangi. Semua orang sudah tahu mengenai hubungan Dia dengan seseorang miliknya. Kau kalah telak. Seseorang itu mempunyai segalanya, bahkan mempunyai dukungan untuk mendapatkan Dia. Kau? Kau punya apa? Hanya bisa menggulirkan doa tiap detiknya. Menunggu harapan bermetamorfosis menjadi kenyataan. Sudah cukup. Berhenti meski kau benci. Berhenti meski semua terlanjur terjadi. Temanmu itu licin bak belut, lincah bak tupai, licik bak musang. Temanmu membuat kau terperosok akan sifatmu yang kaku. Membiarkan pengikutnya memberi dukungan atas hubungannya. Seharusnya kau tak menaruh hati, tak pernah mempunyai niat memiliki, membiarkan mereka menjadi pasangan sejati. Namun kau memilih berjuang, membuat temanmu tak senang, membuat pengikut temanmu tak tenang, membiarkan semua terasa bimbang. Kau lihat hasilnya? Lihatkah kau akan hasilnya? Lihatlah!! Semua palsu. Kau hanya menciptakan kebahagiaan semu. Kau hanya bisa melepas dengan ikhlas. Melepas dengan sisa rindu yang menggebu. Membiarkan semua mengalir bak air. Kau tertipu. Temanmu yang mengatakan mendukung seperti secara tak sengaja ingin menikung. Biarlah. Biarlah semua. Biarlah mereka berdua berpesta dengan pengikutnya. Biarlah mereka bahagia. Biarlah mereka merajut cerita. Biarlah dan biarlah. Suatu saat kau juga bahagia. Pertama karena seseorang yang setia. Kedua karena mereka akan mendapat karma. Biarkan mereka menjadi sahabat. Biarkan penikung bersatu dengan pengkhianat.

- Haefa Septiani

Br(OK)enTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang