Prolog

669 75 2
                                    

"Hyunjin-ah, hajima!!"

"Hyunjin-ah!!!"

Teriakan itu kembali terngiang di telinganya. Potongan kaca berlumuran darah itu kembali terselip di antara sela jemarinya. Dan memori itu terulang kembali di depan matanya.

Ia seolah kembali menyaksikan bagaimana sosok dirinya lima tahun silam yang tengah menghujamkan potongan kaca itu ke arah seorang pria yang di depannya. Tubuh kecil Hyunjin yang saat itu baru berusia 14 tahun meronta di bawah cengkeraman pria itu. Namun, tidak butuh lama sampai akhirnya si pria beraroma alkhohol itu ambruk ke lantai dan dengan gesit Hyunjin melompat untuk menindihnya. Tangannya semakin kuat menghujamkan potongan kaca ke dada si pria, membuat darah menyembur ke mana-mana. Hyunjin tidak peduli. Tidak. Hyunjin tidak bisa berhenti. Amarah telah menguasainya. Kedua manik matanya berkilat penuh kebencian. Ia tidak bisa berpikir sama sekali. Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah mengenyahkan pria itu dari hidup sahabatnya, Kim Seungmin.

"Hyunjin-ah, berhenti!!"

Hyunjin hanya samar-samar mendengar teriakan itu. Namun, ia tahu bahwa pemilik suara tersebut tak lain dan tak bukan adalah Seungmin. Suara itu berasal dari salah satu sudut ruangan. Terdengar putus asa dan penuh ketakutan. Berkali-kali Seungmin berteriak tapi ia tidak mendekat. Mungkin kondisi Hyunjin yang tengah kalap membuatnya takut jika sahabatnya itu mungkin saja ikut melukainya jika ia berani menghentikannya.

Potongan kaca itu menembus dada si pria beberapa kali lagi dan saat Hyunjin menyadari bahwa tubuh pria itu tak lagi bergerak, ia berhenti. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menjatuhkan potongan kaca di tangannya dan terduduk di lantai. Matanya beralih ke arah tempat tidur yang terletak di sisinya. Di atas sana, terbaring seorang gadis berambut panjang dengan pakaian tercabik dan bibir yang membiru. Ia juga tidak bergerak. Sama kakunya dengan pria di hadapan Hyunjin.

Apa yang sudah kulakukan?

Pandangannya kemudian beralih ke salah satu sudut ruangan, tempat Kim Seungmin meringkuk ketakutan dengan kedua tangan yang menutupi telinga. Mata mereka bertemu dan Hyunjin bisa menangkap rasa terkejut, trauma, dan kepedihan yang menggelayuti manik hazel milik Seungmin. Saat itu Hyunjin sadar, apa yang sudah dilakukannya adalah kesalahan besar.

"M-mianhae..." gumamnya terbata. Setetes air mata jatuh menuruni pipi Hyunjin.

"Pembunuh."

***

"AAAAKKKKHHHH!!!!"

Hyunjin terbangun dari mimpinya dengan napas tersengal. Keringat dingin turun membasahi dahi dan pelipis laki-laki itu. Ia mengusap wajahnya yang basah oleh keringat bercampur dengan air mata.

Selama beberapa saat ia hanya terdiam. Berusaha menghapus ingatan tentang mimpi buruk itu. Kamar tidurnya masih gelap, hanya ada seberkas cahaya dari sinar rembulan yang menerobos jendela. Sejujurnya Hyunjin lelah dengan semua ini. Hampir setiap malam mimpi itu kembali dan hampir setiap pagi ia harus bersusah payah melupakannya. Meskipun ia tahu ia tidak akan pernah bisa melakukannya. Karena semuanya masih terekam jelas di dalam memorinya. Tidak ada satupun detail yang mengabur. Semuanya masih sama seperti dulu, meskipun lima tahun telah berlalu.

#TBC

Freeze in BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang