2

340 59 3
                                    

Geumsan, 17 Desember 2017

Hyunjin masih berdiri di sana, di tempat yang sama, memandang ke arah toko bunga di seberang jalan. Matanya tidak lepas dari sesosok laki-laki tanggung yang diyakininya sebagai Kim Seungmin. Hyunjin berani bersumpah laki-laki itu memang Seungmin. Hyunjin tidak mungkin melupakannya. Tidak akan....

Mungkin karena merasa ada seseorang yang tengah menatapnya, Seungmin mengedarkan pandangan ke sekitar dan tak lama kemudian tatapannya bertemu dengan mata Hyunjin. Keduanya terdiam, membeku di tempat dan saling menatap. Keheningan menyelimuti jalan Sannae yang sepi. Angin musim dingin bertiup lembut, menerbangkan beberapa daun kering yang tergeletak di atas salju.

Dari balik tembok kaca toko bunga itu, Seungmin masih tidak melepaskan tatapannya dari Hyunjin, begitu pula sebaliknya. Tidak ada kata yang keluar. Tidak seorang pun dari mereka yang melakukan sesuatu. Sebenarnya mereka sendiri tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Karena pertemuan itu begitu mengejutkan.

Hyunjin tidak pernah mengharapkannya terjadi. Namun, bohong jika ia bilang ia tidak merindukan sahabatnya itu. Meskipun ia bertemu dengannya setiap malam di dalam mimpinya, namun bertemu secara langsung seperti ini terasa begitu berbeda. Seungmin yang dilihatnya sekarang bukan Seungmin kecil yang menatapnya dengan penuh ketakutan. Seungmin yang dilihatnya sekarang adalah wujud nyata dari imajinasinya tentang sosok Seungmin yang beranjak dewasa sama seperti dirinya.

Namun...

Luka itu kembali...

Dan itulah alasan terbesar kenapa Hyunjin tidak ingin bertemu dengan Seungmin lagi seberapa besar rasa rindunya terhadap laki-laki itu. Ia tidak siap. Luka yang ditimbulkan oleh kesalahannya sendiri itu kembali terbuka dengan kehadirannya. Ia ingin berlari dari sana. Ia ingin pergi dari hadapan Seungmin. Tapi, kenapa kakinya tidak mau beranjak? Kenapa matanya tidak mau lepas dari laki-laki itu?

Namun, Hyunjin memilih membiarkannya.

Untuk alasan yang bahkan tidak ia ketahui....

Kau bodoh, Hwang Hyunjin.

Seungmin mengalihkan pandangannya dari Hyunjin saat seorang pembeli melangkah ke dalam toko bunganya. Seulas senyum terukir di bibir Seungmin saat ia menyambut pembeli tersebut. Mereka berbincang sejenak dan bisa Hyunjin bayangkan kehidupan seorang Kim Seungmin yang begitu normal. Jauh lebih normal darinya. Seolah peristiwa itu sudah menghilang sepenuhnya dari ingatan Seungmin.

Hyunjin tidak beranjak dari tempatnya hingga matahari perlahan mulai turun kembali ke peraduannya. Langit barat berubah warna menjadi merah keemasan dan seberkas sinar mentari sore jatuh mengenai tubuh Hyunjin. Ia tidak bergeming sampai dilihatnya Seungmin membalik tanda open yang tergantung di jendela tokonya menjadi close.  Seungmin melangkah pergi dari meja kasir dan masuk ke salah satu ruangan yang ada di dalam toko tersebut, mungkin bersiap untuk pulang.

Hyunjin menghela napas. Ia menunduk dan memutar tubuhnya, melangkah pergi dari sana. Dengan gontai laki-laki itu melangkahkan kakinya menyusuri trotoar yang tertutup salju, tanpa menyadari bahwa dari beranda toko bunga yang baru saja ditinggalkannya, sepasang mata terus mengawasinya. Tatapan itu tak lepas dari punggung Hyunjin hingga laki-laki berkulit pucat itu menghilang di balik tikungan.

Seungmin menghela napas.

Lama tidak berjumpa, Hyunjin-ah.

#TBC



Freeze in BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang