~Even without storm, spring comes and summer goes~
Geumsan, 21 Januari 2018
Sudah satu bulan lebih sejak Hyunjin bertemu kembali dengan Seungmin. Sudah satu bulan pula sore Hyunjin ia habiskan dengan menatap sahabat lamanya itu. Hyunjin sudah hafal kegiatan Seungmin setiap sorenya. Ia bahkan menyadari beberapa kebiasaan Seungmin yang tidak berubah sejak dulu dan beberapa kebiasaan barunya. Hyunjin bahkan hafal beberapa wajah pelanggan yang sering datang ke toko bunga tempat Seungmin bekerja. Ia juga hafal cara Seungmin merangkai bunga demi bunga membentuk sebuah buket yang indah. Seungmin sangat teliti melakukan pekerjaannya. Ia akan memastikan semua bunga dalam keadaan baik dan menata plastik buket sedemikian rupa hingga tidak ada bagian yang terlipat atau mengkerut. Hyunjin juga hafal bagaimana setiap akan pulang, Seungmin akan membawa sebuah bunga kecil berwarna ungu untuk ia letakkan di dalam tasnya.
Azalea
Itu nama bunga yang selalu Seungmin bawa. Hyunjin mengetahuinya setelah mencari jenis-jenis bunga di internet dan menemukan gambar bunga itu dengan nama azalea di sampingnya. Hyunjin juga tanpa sengaja mengetahui maknanya.
Jaga dirimu untukku.
Hyunjin tidak tahu apakah Seungmin mengetahui makna sebenarnya dari bunga tersebut atau hanya menyukai bentuk fisiknya. Bentuknya memang tidak begitu mencolok. Justru terkesan sederhana. Namun, karena kesederhanaan itulah bunga tersebut tampak indah.
Hari itu, seperti biasa Hyunjin berdiri di bawah pohon maple lagi. Lampu di dalam toko bunga sudah dimatikan sejak beberapa menit yang lalu dan Seungmin sudah berjalan keluar tak lama setelahnya. Hyunjin masih menunggu di bawah pohon maple, menghitung dalam hati kira-kira sudah seberapa jauh Seungmin berjalan. Selang beberapa menit kemudian, Hyunjin ikut berjalan ke arah yang sama dengan arah Seungmin berjalan, menyusuri jalan Sannae yang sepi dengan deretan pohon di kiri-kanannya.
Ini bukan pertama kali Hyunjin mengikuti Seungmin pulang. Ia bahkan sudah tahu alamat rumah Seungmin. Sahabatnya itu tinggal di sebuah rumah atap yang berada tidak jauh dari toko bunga. Hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit, melewati jembatan yang membentang di atas sebuah sungai kecil, dan berjalan sekitar lima puluh meter sebelum akhirnya Seungmin tiba di rumahnya. Terkadang Seungmin akan mampir sebentar ke supermarket, atau berdiri di atas jembatan dan termenung menatap sungai yang mengalir di bawahnya dengan pandangan kosong. Hari sudah gelap saat ia tiba di rumahnya dan Hyunjin akan menyaksikan dalam diam saat Seungmin naik ke atas rumah atapnya dengan langkah gontai.
Hari ini Hyunjin melakukannya lagi. Masih dengan seragam lengkap yang melekat di tubuhnya, laki-laki itu berjalan mengikuti sisa-sisa jejak kaki yang ditinggalkan Kim Seungmin di atas salju. Ia berhenti sebentar saat melihat Seungmin berdiri diam di tepi jembatan. Dengan sabar Hyunjin menunggunya hingga ia kembali melangkah.
Saat mereka memasuki daerah perumahan tempat Seungmin tinggal, segerombolan pemuda yang berjumlah tiga orang tiba-tiba saja muncul dari salah satu gang. Mereka tampak sudah menunggu kehadiran Seungmin. Dari penampilannya Hyunjin bisa menduga bahwa mereka akan melakukan sesuatu yang buruk pada Seungmin.
Dan dugaannya tidak meleset.
Seorang dari mereka menarik kerah baju Seungmin dengan kasar sementara seorang yang lain -- yang paling pendek dan memakai topi hitam yang menutupi matanya -- menarik selempang tas yang tersandang di pundak Seungmin. Mereka melontarkan beberapa makian dengan suara keras dan berbicara tentang tagihan atau sejenisnya. Seorang pemuda lain -- dengan pipi chubby seperti tupai dan memakai kemeja kotak-kotak hitam -- mengaduk-aduk isi tas Seungmin dan mengeluarkan sebuah dompet berwarna hitam dari sana.
Seungmin berusaha melawan dengan menendang-nendangkan kakinya ke udara dan melayangkan tinjunya ke arah pemuda yang memegang kerahnya tadi. Namun, pukulan Seungmin meleset karena pemuda tersebut menghindar dengan gesit. Ia bahkan mempererat cengekeramannya dan membuat Seungmin kesulitan bernafas.
Hyunjin tidak bisa tinggal diam.
Ia berlari mendekat dan menerjang pemuda yang tengah menggenggam kerah Seungmin dengan sekuat tenaga. Mereka berdua terjatuh di tanah dengan tubuh Hyunjin yang menindih pemuda itu.
"Seungmin, lari!!!" teriak Hyunjin.
Ia mencengkeram baju pemuda di bawahnya itu dengan tangan gemetar. Kilasan peristiwa lima tahun silam berkelebat di kepalanya dan jantungnya berdebar keras. Pikiran Hyunjin buntu. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Jika aku memukulnya, apa ia akan mati?
Apa ia akan bernasib sama seperti ayah Seungmin dulu?
Keringat dingin menetes menuruni pelipis Hyunjin dan sejenak pandangannya mengabur. Sebelum ia sempat menyadarinya, tubunya sudah ditarik oleh salah seorang dari tiga pemuda tadi dan tak lama kemudian pukulan demi pukulan menghujam tubuhnya. Sebuah tendangan sempat bersarang di dadanya dan Hyunjin terbatuk. Ia menggigit bibir kuat-kuat, berusaha menahan sakit yang semakin menjadi.
Sebelum kesadarannya menghilang, ia sempat melihat sosok Seungmin yang berdiri tak jauh darinya. Kenapa ia masih di sini? Dengan sisa tenaganya, Hyunjin berusaha berbicara meskipun tidak ada suara yang keluar,
"Pergi."
Dan tak lama kemudian semuanya menjadi gelap.
#TBC
Geng siapa hayo yang nggebukin Hyunjin? 😏 Maafkan ceritaku yang absurd ini 🙏 Tahu ada yang baca aja aku udah seneng. Thank you so much 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Freeze in Blue
Fanfiction"Tidak ada lagi kata sahabat di antara kita, di mataku kau hanya seorang pembunuh, Hwang Hyunjin." - Kim Seungmin Rated: T Warning: child-abuse, self-harm, mental-illnes, violence