Geumsan, 22 Februari 2018
Sudah satu bulan sejak kejadian pemukulan yang membuat Hyunjin berakhir terbangun di rumah Seungmin. Sudah satu bulan pula sejak Hyunjin melihat kelopak-kelopak ungu bunga azalea berterbangan di tengah langit malam, ditiup dengan sengaja oleh Seungmin diiringi kata-kata yang diucapkan dengan lirih. Namun, Hyunjin mendengarnya dan ia masih mengingatnya dengan baik, bahkan hingga hari ini.
Jaga dirimu untukku.
Kalimat itu kembali terngingang di telinga Hyunjin saat ia berjalan menuju sekolah dengan jaket tebal yang membungkus tubuhnya. Musim dingin memang hampir berakhir namun suhu udara masih tetap rendah. Yah, meskipun tidak separah bulan Desember atau Januari.
Halaman sekolah sudah ramai dijejali murid-murid dengan orang tuanya masing-masing yang akan menghadiri upacara kelulusan hari ini. Hyunjin melangkah lurus menembus kerumunan, sadar bahwa beberapa orang melemparkan tatapan aneh padanya. Mungkin karena penampilannya yang acak-acakkan – seragam kusut, rambut berantakan, ekspresi datar yang tidak menyenangkan – atau mungkin karena ia berjalan sendirian, tidak membawa orangtuanya. Bagaimana mungkin ia bisa membawa ibunya yang baru pulang pukul 6 tadi dalam keadaan mabuk?
Tahun ini tahun terakhirnya di SMA. Jika murid-murid lain sudah mempunyai rencana akan melanjutkan kuliah di universitas-universitas terbaik di Korea, tidak begitu dengan Hyunjin. Ia tidak memikirkan sama sekali akan kemana ia melanjutkan sekolah selepas SMA. Sejujurnya ia bahkan tidak tahu untuk apa ia bersekolah selama ini. Ia tidak punya tujuan. Ia tidak punya mimpi. Dulu Hyunjin menyukai dance, ia bahkan mengikuti beberapa kompetisi saat ia duduk di bangku SMP, tapi sejak pindah dari Seoul, ia tidak pernah melakukannya lagi.
Hembusan angin dingin menerpa tubuhnya saat ia tiba di atap sekolah. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sepi. Laki-laki itu melangkah menuju sebuah bangku panjang yang terletak di salah satu sudut atap tersebut. Dengan kasar ia meletakkan tasnya di ujung bangku dan menggunakannya sebagai bantal. Hyunjin mengeluarkan sebuah earphone dari saku celananya dan menjejalkannya ke telinga. Ia memutar lagu secara acak dari handphonenya kemudian meletakkan sebelah lengannya di atas mata, berniat untuk tidur.
Persetan dengan upacara kelulusan. Toh dia bisa mengambil surat kelulusam beserta raportnya dari wali kelasnya setelah upacara selesai.Brraaak!!!
Hyunjin ingat ia sedang bermimpi tentang pertandingan bola kemarin malam saat ia mendengar suara-suara ribut tak jauh darinya. Dengan malas Hyunjin membuka matanya dan melihat dua orang laki-laki – seorang siswa dan seorang lagi yang tampak seperti guru – sedang berdebat di dekat pintu atap. Apa itu Han-ssaem, guru Bahasa Korea? Dilihat dari posturnya kelihatannya memang benar itu Han-ssaem. Tapi Hyunjin tidak bisa memastikannya karena laki-laki itu berdiri membelakanginya.
“Apa-apaan ini? Peringkat 2?!” teriaknya dengan penuh kemarahan.
Hyunjin tersentak namun tidak bangun dari posisinya. Ia yakin mereka tidak menyadari keberadaannya atau sekadar mengabaikannya karena ia tadi pasti dalam kedaan tidur saat mereka datang. Oleh karena itu, karena didorong rasa penasaran yang tinggi, Hyunjin memutuskan untuk tetap diam dan mendengarkan lebih lanjut percakapan mereka.
“Kau ingin mempermalukan appa, hah?!”
Benar, itu suara Han-ssaem. Tapi bagaimana bisa guru yang dikenal lembut dan sabar tersebut bisa berteriak seperti itu?
Anak laki-laki berseragam di depannya bergeming. Ia hanya menunduk, tidak mengatakan apapun. Wajah anak itu terlihat familiar di mata Hyunjin. Ia mengerutkan kening, berpikir sejenak dan membulatkan mata saat ia ingat siapa anak laki-laki itu. Ia si pipi chubby yang memukuli Hyunjin bersama kedua temannya di dekat rumah Seungmin sebulan yang lalu. Ya, Hyunjin yakin itu dia. Matanya yang bulat besar dan pipinya yang mengingatkan Hyunjin pada seekor tupai membuat Hyunjin bisa mengenalinya dengan mudah. Ia tidak tahu mereka satu sekolah. Yah, salahkan Hyunjin yang kegiatan sehari-harinya di sekolah hanya dihabiskan untuk tidur. Tapi, apa kata ayahnya tadi? Peringkat 2? Si berandal itu? Heol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freeze in Blue
Fanfiction"Tidak ada lagi kata sahabat di antara kita, di mataku kau hanya seorang pembunuh, Hwang Hyunjin." - Kim Seungmin Rated: T Warning: child-abuse, self-harm, mental-illnes, violence