"Dek kenapa si kok murung gitu?" Tanya Arsya. Mereka sudah sampai di rumah dan kini berada di kamar Alifia. Arsya yang sedari tadi memandangi adik nya kemudian bertanya.
"Alvaro ngilang..." Lirih Alifia sambil memeluk guling kesayangan nya itu.
"Kemana dia emang? Lo suka sama dia ya?" Arsya bertanya seperti orang yang tidak peka mana mungkin pula Alifia mencari orang yang tidak ia cintai.
"Iya.. Tapi dia udah di jodohin miris kan ya haha" Tawa Alifia yang menurut Arsya seperti tertawa di dalam kesedihan. Ia mencoba menenangkan adiknya mengelus lembut rambut Alifia dan mencium pucuk rambutnya.
"Lo adik gue lo ga boleh rapuh apalagi kaya gini ini nyiksa banget gue tau kok kalo lo emang bener bener suka sama si Alvaro. Sebelum janur kuning melengkung fi. Lo pasti faham apa maksud abang" Nasehat serta omongan bijak Arsya pun keluar dari mulutnya. Memang Arsya menyebalkan sangat menyebalkan namun terkadang Alifia merindukan sosok kakaknya yang bisa menjadi penyemangat dirinya. Walaupun menyebalkan namun Alifia tetap menyayangi Arsya.
"Kalo emang jodoh kalo ngga yaudah berarti ada yang lebih baik dari Alvaro buat gue" Jawab Alifia sedikit meneteskan air mata dan tersenyum pahit.
"Astagfirullah adik gue akhirnya pinter juga dapet karunia dari mana dek?" Arsya seperti nada meledek Alifia. Dan Alifia hanya berdengus kesal melihat tingkah kakaknya yang tak pernah berubah itu.
Alifia POV'S
Arsya memang selalu menyebalkan dimanapun kapanpun dalam keadaan apapun dia selalu menyebalkan namun aku tetap menyayangi nya. Ya walaupun seperti itu dia adalah kakak ku. Sudahlah lupakan soal Arsya. Alvaro pergi kemana? Apa mungkin dia sesibuk ini? Apa kemaren adalah chat terakhir ku dengan dia? Ah aku sampai tak bisa berpikir lagi. Lebih baik jika aku keluar melihat udara di sekitar. Aku menuruni tangga yang cukup banyak ini dengan susah payah dan setelah turun mendapat sapaan halus dari bunda yang menanyakan aku akan pergi kemana? Dengan enteng aku jawab saja ingin pergi ke gramedia sekalian baca buku di taman dengan sigap bunda mengangguki istilahnya seperti merestui lah jika aku keluar. Sedikit ambigu memang tapi ya seperti itulah. Karena aku anak perempuan satu satunya di dalam rumah itu jadi setiap pergi selalu ditanya mau kemana? Dengan siapa? Dan akhir kata pasti jangan lama lama. Sudah terbiasa bagiku dengan hal itu. Setelah mengucapkan salam kepada bunda aku memakai sendal Micky mouse kesayanganku yang berwarna merah. Ahh.. Aku jadi mengingat warna motor Alvaro yang berwarna merah pula. Lupakan soal Alvaro aku benar benar tidak ingin mengingatnya. Mungkin dia memang sibuk dengan pernikahan nya bersama Alena atau memang dia sudah mulai melupakan aku, terdengar miris sekali. Tunggu! Aku melihat teman Alvaro. Angga? Dia berbicara dengan seseorang yang berada di dalam mobil hitam yang sepertinya pernah di tumpangi Alvaro? Apa aku hanya salah lihat? Mereka mengobrol di seberang sana. Aku penasaran dan sepertinya aku harus menghampiri mereka. Aku menunggu mobil dan sepeda motor yang berlalu lalang dengan sangat keras tanpa ada rasa pamrih padaku. Tidak kah mereka tau urusan ku lebih penting dari mereka! Huft aku mengeluarkan sumpah serapah yang bertubi tubi pada orang yang berlalu lalang disana. Setelah kulihat sedikit sepi menengok kanan kiri akhirnya aku berhasil menyeberangi jalan itu tapi naas, mobil hitam itu sudah pergi dan hanya Angga yang tertinggal disitu. Baiklah mungkin Angga tau sesuatu tentang Alvaro. Aku yakin itu memang benar mobil Alvaro dan itu tidak salah."Angga!" Sapa ku sedikit berteriak kemudian Angga menoleh dan raut wajah nya seketika berubah.
"I.. Iya fi?" Balasnya dengan gagap seperti orang yang ketakutan. Aku bukan harimau Angga jadi biasa saja.
"Tadi lo ngomong sama orang yang ada di mobil hitam kan? Siapa dia?" Tanyaku to the point tanpa berbelit belit. Dan seketika Angga seperti orang kebingungan entah apa yang sedang Angga pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pangeran Es ( End) MASA EDIT
Teen Fiction[SLR] " Kita udah kaya hujan dan teduh pernah ga lo denger kisah mereka berdua? Hujan dan teduh di takdir kan bertemu tetapi tidak bersama dalam perjalanan seperti menebak langit abu abu." Ucap Alifia membuat Alvaro sedikit tertohok sekaligus terte...