Aku masih dengan kebingungan ku.
"Mama, kenapa baru pulang Ma?"ucapnya dan masih terus memelukk ku.
Aku mengerutkan dahiku ke arah Juwi."Mama, kan kerja Laura,"sahut Juwi mewakiliku.
"Makasi ya Tante Juwi, udah bawa Mama Laura pulang." ucap Laura duduk di pangkuan ku dan mencium pipiku.
"Iya, sayang,"sahut Juwi.
Laura yang masih di pangkuanku membelai rambutku, yang tidak terlalu panjang.
"Laura, kangen Mama,"ucap nya berkali kali.
Aku hanya tersenyum, Juwi menginjak kaki ku memberi isyarat.
"Ma... ma, juga kangen sekali sama Laura," sahutku gagap.
"Papa pasti senang sekali, melihat Mama udah pulang."
"Emang, Papa ke mana sayang ?"
"Ih... Mama, Papa kan ke klinik Ma,"sahut Laura tertawa senang.
Lagi-lagi Juwi menginjak kakiku lebih keras dari yang tadi.
"Oh...iya, Mama lupa!" sahut ku ikut tertawa.
"Mama jangan pergi lagi ya Ma."
"Gak bisa sayang, Mama harus kerja lagi," sahut ku membelai rambut Laura.
"Mama gak sayang Laura!"ucap Laura turun dari pangkuanku dan berlari sambil menangis ke arah kamarnya.
Wulan yang datang membawa minuman kaget melihat Laura menangis.
"Lho?Laura kenapa Mbak? "tanya Wulan.
menatap aku dan Juwi."Wi...., ini maksudnya apa?kenapa Laura mengira aku mamanya.?"
Juwi bingung mau menjawab pertanyaan siapa.
"May maaf ya... , maaf, aku lupa. Tadinya maksud aku ajak kamu ke sini, mau aku kenalin ke Dimas teman aku itu."
Juwi menutup wajah tangannya.
"Sebenarnya Mbak Juwi selalu bilang sama Laura, bahwa Mbak Juwi akan bawa mama Laura pulang, jadi saat melihat Mbak Juwi datang bersama Mbak..., ya Laura mengira Mbak itu mamanya, yang di tunggunya selama ini." jelas Wulan.
"Mamanya Laura meninggal, empat tahun yang lalu. Sesaat setelah melahirkan Laura dan Bang Dimas gak pernah bilang ke Laura, bahwa mamanya sudah meninggal. Karena bang Dimas gak mau, Laura merasa sedih karena gak punya Mama, jadi bang Dimas selalu bilang ke Laura mama pasti pulang." jelas Wulan lagi.
"Sekarang bagaimana Wi?gak mungkin aku gak pulang, kan?" ucap Maya binggung.
"Aku juga gak tahu May, tapi aku gak tega ninggalin Laura lagi nangis gini, May tolong bujuk Laura, supaya gak nangis lagi, setelah Laura tidur kita pulang," bujuk Juwi pada Maya.
Wulan duduk sambil melihat ke arah Juwi dan Maya.
Maya beranjak dari duduknya." Baiklah Wi, aku coba bujuk ya," sahut Maya.
Dan wulan pun mengantarkan Maya ke kamar Laura.
Aku lansung masuk karena pintunya tidak di kunci, aku duduk di tepi tempat tidur Laura.
Laura menyembunyikan wajahnya di balik bantal, sambil terus menangis
pelan-pelan ku belai rambutnya."Laura jangan nangis lagi ya sayang," bisik ku ketelinga Laura.
Laura tak ada reaksi. Dia masih terus menangis.
"Udah nangisnya ya sayang,"bisikku lagi.
"Tapi Mama jangan pergi ninggalin Laura lagi ya Ma?" sahut Laura dari balik bantal.
"Iya..., tapi Laura jangan nangis lagi ya sayang," bujukku mencium sambil kepala Laura.
Laura membuka bantal, yang dari tadi menutupi wajahnya.
Laura duduk, dan melihatku dia memegang kedua pipiku, dan mencium pipiku berkali kali lalu memeluk ku sangat erat.
"Laura sayang sama Mama, Mama gak akan ninggalin Laura lagi, kan?"
"Iya, Mama gak akan tingalin Laura," jawab ku mencium kening Laura.
🎈🎈
#BECAUSELAURA

KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE LAURA (Complete)
Aktuelle LiteraturMaya yang menemukan cinta dan kebahagiaannya karena Juwi sahabatnya dan sepupu sekaligus teman satu kantor, membawanya kesuatu tempat Saat itu hidup Maya berubah, dan di saat itu lah Maya bertemu Laura.