bab 4

2.5K 203 0
                                    

"Mama, gak akan ninggalin Laura,"ucapku pada Laura agar Laura tenang.

"Ma..., Laura lupa !ada PR Mama temenin Laura belajar ya?"

Aku mengangguk, sambil terus tersenyum.

"Ternyata, teman Laura benar ya Ma?"

"Teman Laura bilang apa?"

"Kata mereka, belajar di temenin Mama, itu menyenangkan."

Senyuman tidak pernah lepas dari bibir mungil Laura, sampai tertidur pun bibir Laura masih tersenyum.

Setelah menyelimutinya dan mencium keningnya, pelan pelan aku turun dari tempat tidur agar Laura tidak terbangun ku matikan lampu kamar dan ku tutup pintu.

Aku berjalan kearah ruang tamu, kulihat juwi dan wulan masih duduk di sana.
"Gimana May, Laura udah tidur ?"tanya Juwi begitu melihat aku datang.

"Udah, Laura udah tidur,"jawabku dan mengambil tas ku yang ada di atas meja.

"Makasih ya, Mbak Maya,"ucap Wulan memegang tanganku.

"Iya,"sahutku.

"Mbak May, Wulan boleh minta nomor telepon Mbak Maya?"

"Boleh," sahut ku memberikan kertas yang tertulis nomor teleponku.

Juwi pun, mengantarkan aku sampai ke rumah.

"Maafkan aku ya May, karena aku kamu jadi ada di posisi gak enak."

"Iya kamu juga gak sengajakan? "sahut ku.

"Aku benar benar lupa ucapanku pada Laura, tadinya niat aku mau ngenalin kamu ke Dimas papanya Laura.

"Tapi Laura memang anak yang manis Wi, baik, pintar lagi, siapa pun pasti bahagia memiliki anak separti Laura," sahut Maya.

"Dan Laura sepertinya sangat bahagia punya Mama seperti kamu May, ya udah aku pamit, udah hampir jam sepuluh, salam buat semua ya May," ucap juwi dan berlalu dari depan rumahku.

Ku tunggu sampai Juwi menghilang dari pandanganku, lalu aku masuk ke dalam rumah, ku lihat Bapak tidur di sofa kesayangannya yang ada di depan televisi, ku kunci pintu dan ku bangunkan Bapak agar pindah ke kamar.

"Udah pulang May?dari mana kok lama pulangnya, udah hampir jam sepuluh, biasanya jam enam sore kamu udah pulang May?" sapa bapak ketika bangun.

"Tadi Maya temani Juwi, ke rumah temannya Pak, jadi agak terlambat pulangnys, maaf ya Pak."

"Buat apa minta maaf May?kamukan gak melalukan kesalahan."

"Iya..., tapi, kan Maya buat Bapak jadi lama menunggu, sampai sampai ketiduran di sofa."

"Udah gak apa apa, kan Bapak yang mau nungguin  putri Bapak ini,"ucap Bapak mengelus rambutku.

"Bapak masuk kamar ya, kamu istirahat ya Nak," sambung Bapak dan berjalan ke arah kamar.

Ku pandangi Bapak yang berjalan agak tertatih.
Setelah mematikan televisi, aku berjalan ke kamar ku.

ku lihat kamar bang Ferdy lampunya sudah di padamkan "Berarti mereka sudah tidur,"pikir ku.

Setelah mandi, ku rebahkan badanku di atas tempat tidur, ku bayangkan wajah Laura tanpa sadar aku tersenyum.

Aku jadi penasaran bagai mana wajah papanya Laura, lama kelamaan mataku pun mulai terpejam.

Sayup-sayup, ku dengar nada dering handpone ku, kulihat jam dinding masih pukul setengah lima.
Ku jawab telpon dengan mataku yang masih berat untuk di buka.

"Hallo, selamat pagi"

"Hallo....Mbak Maya ini Wulan"

"Owh....,iya, kenapa Wulan,?"

"Maaf ya Mbak,Wulan menggangu pagi- pagi gini karena, Laura dari tadi nangis terus. Nyariin Mbak Maya"

"Papa Laura kemana Lan?"

"Laura gak mau sama Papanya,dia mau sama Mama nya maksud nya mbak Maya"
aku perpikir sebentar.

"Baik lah wulan bilang ke Laura mbak akan datang ya"sahutku menutup telpon.


                                  🎈🎈




#BECAUSELAURA



BECAUSE LAURA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang