Bang Ferdy melihatku dengan pandangan marah.
"Ferdy, adik mu ini sudah dewasa, dia pasti tau apa yang di lakukannya,"ucap Bapak mencoba membelaku.
Bang Ferdy beranjak dari duduknya dan meninggalkan aku dan Bapak.
Mataku tertuju pada undangan yang berwana abu-abu yang ada di atas meja."Undangan siapa pak?" tanya ku.
"Dari teman Bapak, putrinya menikah hari sabtu depan, kalau Bapak kapan ya, melihat putri Bapak menikah,"ucap Bapak.
Mendengar ucapan Bapak, rasanya dada seperti di tusuk dan membuat aku jadi sedih.
Biasanya Bapak tidak pernah menyinggung masalah menikah.
Pulang kerja seperti biasa aku kerumah Laura, tapi kali ini Juwi ikut bersamaku
setiap aku datang Laura pasti memelukku, dan selalu mengajakku ke kamarnya, untuk bermain dan belajar."Ma.....!"
"Iya..., ada yang susah soalnya?"tanyaku.
Laura menggeleng."Mama kenapa?wajah Mama kok sedih?di marah sama Papa?"
"Enggak, Mama cuma lelah sayang."
" Kalau Mama lelah tidur aja, kata Papa kalau merasa lelah tidur aja, setelah bangun pasti lelahnya hilang."
"Tapi ini sudah sore sayang, mana boleh tidur sore-sore, sudah lanjutkan belajarnya "ucap ku.
Laura mengangguk sambil tersenyum kepadaku.
Ternyata Laura sangat perhatian padaku saat aku sedih aja dia tau.
Aku mengajak Laura keluar kamar bergabung dengan Juwi dan Wulan
Laura duduk di pangkuanku.
Tak lama Dimas pulang."Belum tidur sayang?"sapa Dimas pada Laura yang ada di pangkuanku.
Dimas tersenyum pada kami semua.
"Dim, aku mau bicara," ucap Juwi."Iya, tapi aku mandi dulu ya Wi, gerah," sahut Dimas.
Dimas pun meninggalkan kami diruang tamu.
"Ma..., temenin Laura bobo," pinta Laura manja, dan menarikku ke kamarnya.
Setelah Laura tidur, aku kembali ke ruang tamu, aku hanya melihat Wulan
sendiri." juwi, mana Lan?""Di teras, lagi ngobrol sama Bang Dimas Mbak" jelasnya.
Tak berapa lama, mereka masuk bersamaan.
Juwi tersenyum melihat ku, begitu juga dengan Dimas.
"Yuk May kita pulang !"ajak Juwi.
Tanpa kujawab, aku mengambil tas ku di meja aku pamit pada Wulan.
"Gak pamit ke Dimas May?"goda Juwi
Aku tersenyum, mata ku dan Dimas pun bertatapan."Aku pamit ya,"ucapku pada Dimas
Dimas mengangguk, dan tersenyum.Dirumah. Bapak sudah menungguku.
"Dari mana May? kenapa selalu pulang malam?jangan buat bapak kuatir May."
"Tadi Maya ada urusan, Pak."
"Urusan apa? yang membuat kamu sampai harus pulang malam May?"
" Maafkan Maya, Pak."
"Jangan kamu ulangi pulang semalam ini!" tegas Bapak.
"Sekarang kamu istirahat, Bapak juga mau istirahat."
Aku hanya menganggukkan kepala ku,
aku sangat bingung, di satu sisi aku sayang sama Laura, tapi aku juga gak mau buat Bapak marah karena kuatir.Saat sarapan pagi ku lihat mata Willa bengkak seperti habis menangis.
"Willa sayang abis nangis ya?"tanya ku pada Willa.
"Biasalah, May kakakmu Merlyn kalau marah suka main tangan, untung anak kandung, kalau anak tiri, gak tau gimana lagi di buatnya,"ucap Bang Ferdy marah.
Kak Merlyn, hanya diam mendengar ucapan Bang Ferdy.
Sedang Willa, hanya tertunduk sambil memakan telur dadar di piringnya.
Bang Ferdy keluar rumah tanpa pamit,
Bapak mengajak willa menonton kartun kesukaannya.Tinggal aku dan kak Merlyn, sebenarnya aku ingin bertanya apa yang membuatnya sampai begitu marahnya pada Willa, tapi ku urungkan niat ku karena aku tak mau ikut campur urusan keluarga mereka.
Sampai di kantor aku meletakkan tas ku di atas meja dan ke toilet sebentar.
Saat aku kembali, ku lihat Juwi duduk di kursi ku sambil senyum senyum.
"Kamu kenapa Wi?senyum senyum gitu? "tanya ku setelah dekat.
Juwi masih senyum senyum menatap ku.
"Ihhhhh..., lama-lama kamu kayak orang gak waras, senyum-senyum tanpa alasan Wi," canda ku.
"May... kayaknya kamu sama Dimas jodoh deh."
"Maksudnya?"ucap ku tak mengerti.
"Iya kalian banyak kesamaan May."
"Contohnya?"
"Kalian sama-sama suka liat langit malam."
"Kok kamu tau Wi?"
"Dimas yang cerita May."
"Trus dia bilang apa lagi Wi?"tanya ku penasaran.
"Dimas suka sama kamu May."
Jantung ku rasanya mau copot, saat Juwi bilang Dimas suka aku.
"Kamu ingat kemarin, aku ngobrol sama Dimas, saat itu dia bilang dia suka sama kamu May."
Rasa bahagia tak bisa kututupi, terlihat dari senyum ku yang tak berhenti.
🎈🎈
#BECAUSELAURA

KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE LAURA (Complete)
General FictionMaya yang menemukan cinta dan kebahagiaannya karena Juwi sahabatnya dan sepupu sekaligus teman satu kantor, membawanya kesuatu tempat Saat itu hidup Maya berubah, dan di saat itu lah Maya bertemu Laura.