bab 6

2.4K 174 0
                                    

Juwi masih menatapku, dengan senyuman nya.

"Jadi, bagai mana pendapat kamu tentang Dimas May ?"

"Hem .... dia tampan, berwibawa dan kelihatannya baik. "

Juwi tersenyum lagi, setelah mendengar jawaban ku.

"Udah ah..., kita balik ke kantor,"ajak ku menarik tangan Juwi.

Sore ini. Aku sendiri ke rumah Laura karena Wulan menelponku, mengatakan Laura mencariku.

Saat ini, aku tidak mengerti skanario apa yang ku jalani ini, sekarang Laura menganggap aku mamanya, bagaimana akhirnya aku tidak tau, tapi tak bisa ku pungkiri aku bahagia menjalani peran baru ku ini.

Setelah sampai depan rumah Laura aku menekan bel."Mama pulang!" teriak Laura  membuka pintu.

Aku mencium pipinya yang harum,
Laura menarik tanganku, dan membawa ku ke kamarnya.

"Mama temani Laura belajar ya?"pinta Laura manja.

Aku mencubit hidung Laura pelan dan menciumnya.

"Papa mana sayang?"tanya ku igin tau.

"Papa tadi bilang ke Laura mau istirahat di kamar, Ma."

"Owhhhhh,"sahut ku.

Sampai aku selesai menemani Laura makan malam Papa Laura tidak keluar keluar dari kamarnya.

Dimas mondar mandir di dalam kamar ntah kenapa, dia malu keluar kamar, karena dia tau maya ada di rumahnya.

Laura mengajakku ke kamar papanya
" Gak usah sayang, kita di kamar Laura aja," bujuk ku.

"Gak Ma..., kita ke kamar Papa!" Laura menarik tanganku agak berlari aku pun mengikuti langkahnya.

"Pa.... pa!"panggil Laura sambil mengetok pintu.

"Masuk sayang!" sahut Papa Laura dari dalam kamar.

Laura membuka pintu, Dimas yang lagi rebahan langsung berdiri saat melihat Laura bersama dengan ku.

Dimas dan Maya saling tersenyum
Laura melihat kami secara bergantian
lalu Laura tertawa.

"Kenapa tertawa sayang?"tanya papanya dan menggendong Laura keluar kamar, aku pun mengikuti dari belakang.

"Papa sama Mama lucu, kayak orang gak kenal,"seru Laura menatap kami bergantian.

Aku mengikuti langkah papanya Laura, pria itu menurunkan Laura di teras depan, Laura berlari dan menaiki ayunan, papa Laura mengajakku duduk di kursi yang ada di teras.

"Namaku, Dimas,"ucapnya tiba-tiba.

"Udah tau," sahut ku tapi dalam hati.

"Aku, Maya"sahut ku.

"Iya, udah tau, "sahutnya tersenyum.
Dimas memandangi langit dan sekali kali melihat Laura yang bermain ayunan.

"Kamu senang melihat langit Dim?"

"Hemm, melihat bintang  di langit buat hati terasa damai."

"Aku juga Dim, suka melihat langit apa lagi  malam karena ada bintang, buat hati kita damai liatnya."

Dimas menatapku sambil tersenyum.

Hampir setiap hari, aku ke rumah Laura dan membuat hubunganku semakin akrab dengan Dimas.

Setelah membaca cerita buat Laura aku keluar dari kamar, dan meninggalkan Laura yang tidur dengan pulas.

Begitu aku keluar kamar dimas sudah berdiri di dekat pintu kamar Laura,
aku tersenyum, dan menutup pintu pelan pelan agar Laura tidak bangun.

"May!"panggil Dimas memegang tanganku,
badanku terasa gemetar saat Dimas menyentuh tanganku, dan membuat aku jadi salah tingkah.

"Trima kasih!" bisiknya lembut ke telingaku dengan sangat dekat, hingga suara napas Dimas pun dapat kudengar.

Aku mengangguk tanpa melihat Dimas.

Karena sudah jam sepuluh malam, Dimas khawatir aku pulang sendiri dan
Dimas pun mengantarkan ku pulang.

Sesampai di rumah, ku lihat Bapak masih menonton televisi
bersama Bang Ferdy, perasaan ku pun mulai tidak enak.

"May duduk sini!"suruh Bang Ferdy.

"Abang heran May, kenapa belakangan ini kamu selalu pulang malam, hah? hari minggu juga tak pernah ada di rumah, kamu kemana?" tanya bang Ferdy agak marah.

Aku hanya terdiam. Karena kalaupun aku ceritakan belum tentu Bang Ferdy mengerti dengan apa yang aku jalani sekarang ini.

                                 🎈🎈


#BECAUSELAURA

                 

BECAUSE LAURA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang