PROLOG

2K 129 1
                                    

Hai, Aku Kathryn, dulu saat Riana berusia 5 thn, dan aku berusia 14 thn.
Aku ingin membagi pengalamanku pada kalian. Aku seorang kakak, dan mempunyai satu adik, adikku bernama Riana Antoinette, aku tidak tau, saat umurnya 5 tahun, dia selalu berbicara sendiri dengan boneka yang ia namakan, Riani.

Saat itu, aku disuruh ibuku membawa Riana ke rumah karena hari sudah menjelang malam.

"Riana, kamu dimana?" Aku memanggil Riana.

"Di belakang Kak" teriak Riana adikku. Lalu aku ke belakang, dan melihat Riana sedang berbicara sendiri.

"Kamu sedang apa dek? Ayo kita masuk, nanti kamu sakit lagi kalo kamu terus terusan disini" ucapku, yang berusaha menghentikan Riana yang sedang berbicara sendiri.

"Tunggu Kak, aku sedang bermain ular tangga bersama Riani!" Ocehnya sambil mengocok dadu.

"Riani? Mana dia?" Saat itulah aku berpikir bahwa adikku Indigo.

"Ini Kak" dia menunjuk kepada boneka butut, kotor dan kucil itu, aku agak merasa lega, tapi aku merasa takut kembali aku berpikir bahwa boneka itu dinyawai arwah seorang anak yang bernama Riani.

ternyata hanya boneka Batinku.
"Ummm, boneka siapa itu dek?" Tanyaku, sambil menjauhkan Riana dari boneka itu.

"Dia Riani Kak bukan boneka!" Dia mengeluh lalu memeluk boneka itu erat erat.

Riana, lepaskan boneka itu! Boneka sangat menyeramkan bagiku.
"Kamu tidak mengambil bonekanya Liza kan?" Tanyaku sambil memegang pergelangan tangan Riana.

Tentang Liza, dia itu anak tetangga yang sering main dengan Riana, Liza selalu meninggalkan mainannya jika dia bermain di halaman Rumah kami, dan saat itulah Riana senang karena bisa bermain main dengan mainan tambahan milik Liza.

"Tidak kok! Liza kan pergi ke Rumah neneknya!" Riana tampak agak kesal. Aku berusaha menenangkan Riana, dan mencoba untuk menyuruhnya masuk ke Rumah dengan selembut mungkin, yah.. walaupun aku ingin sekali bertindak kasar, tapi apalah dayaku anak sulung selalu disalahkan apabila adiknya menangis.

"Dek, udah malam sayang, ayo masuk, nanti kita main monopoli dan ular tangga di kamar,yah? Udah mau malam loh ini"

"Mmm, iya deh" dia membereskan mainannya yang ia bawa ke halaman belakang.

Saat di dalam Rumah, Riana melanjutkan bermain ular tangga yang ditemani oleh boneka butut itu. Lalu aku mendekatinya dan berusaha agar Riana mau bermain denganku dan meninggalkan Boneka yang menyeramkan itu.

"Riana, lagi main apa?" Aku duduk di samping Riana dan mengelus ngelus rambut tipis nan lembut itu.

"Ular tangga Kak, kakak mau main sama aku dan Riani"

Oh, ya ampun Riani lagi batinku yang agak kesal.
"Ayo, siapa yang duluan?"

"Kakak aja dulu"

"Ok!" Aku mengocok dadu, dan melemparkan ke meja, aku mendapatkan 4titik hitam di dalam dadu itu. "Ye!! Lumayan kakak dapat nomor 4!" Aku memajukan batu berwarna merah ke nomor 4.

"Sekarang aku!" Riana mengocok dadunya dan mendapatkan nomor 6, "yeee kakak bisa kalah! Aku yang menang!" Dia memajukan batu berwarna putih miliknya ke nomor 6.

"Sekarang kakak!" Aku mengambil dadu, dan di tengah itu Riana memukul tanganku dan berkata.

"Kakak, jangan menyela! Riani juga mau main!" Riana mengoceh, dan aku hanya pasrah pada adikku yang agak sedikit gila itu! Ok, dia tidak gila, tapi dia hanya berbicara dengan teman Khayalannya yang bernama Riani.

Aku melihat, dadu itu bergerak sendiri, awalnya aku tidak percaya, kenapa bisa seperti itu? Mungkin Riana yang menggerakkan dadu itu.
Setelah itu, dadu itu mendapat nomor 5, dan batu berwarna hijau melaju dengan sendirinya yang akan menuju ke nomor 5.

"Ah!!!!!" Aku shock! Aku berteriak sampai sampai ayah dan ibu menghampiri kamar kami.

"Ada pada Kathryn?" Ayah mendekatiku dan memelukku yang saat itu sedand menangis.

"Riana kau tidak apa apa" ibu menghampiri Riana lalu mengusap pipi Riana.

"Ayah, ba... B... B... batu itu bergerak sendiri" aku berteriak sambik menangis, dan memeluk ayahku erat erat.

"Batu apa?"

"Batu hijau di Ular tangga itu yah!" Aku berteriak dengan begitu keras, Riana sangat bingung karena melihatku sambil menggaruk garuk kepala.

"Tapikan, Riani yang meletakkan batu itu kakak" dengan polos, Riana menunjuk boneka menyeramkan itu dengan telunjuknya.

"Hah?!"

---------------
Tunggu part selanjutnya!
--------------

My Indigo Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang