"Kak yang ikhlas donk makasihnya"
"Ini ikhlas loh Rin, astagah!"
Arsya memukul pundakku, lalu membisikan.
"Dia cuman anak kecil mbak, turutin aje"Aku hanya membalas omongan Arsya dengan senyuman kecut lalu aku memutar mataku, dan menarik selimut lalu mengurung diri dengan selimut.
"Udah siang, masih molor aje" Arsya memukul kepalaku.
"Suka suka donk"
---------------
Malamnya aku, Arsya, Riana, ayah dan paman pulang dari rumah sakit karena aku sudah mendingan.
"Kapan liburan lagi?" Tanya Arsya sambil terkekeh kekeh
"Jadi kejadian kemarin kamu anggap liburan hah?!" Aku menjewer telinga Arsya karena sangat kesal dengan omongan konyolnya.
Dia tak peduli aku koma atau tidak, dia hanya bersenang senang dasar saudara jelek!! Pikirku tidak tidak pada saudara jauhku."Mmm, gua mo nginep di rumah lo deh"
"Lah kok dadakan?" Jawab Paman yang menguping pembicaraan kami.
"Gpp kan pah? Kali kali"
"Iya sih Gpp, kamu kan gak bawa baju"
"Pah, pastinya juga kita pulang dulu yalah"
"Eh iya ya" paman terkekeh.
----------
Aku, ayah, paman, dan Arsya pergi dulu ke rumah Arsya, untuk mengantarkan paman pulang dan mengemas pakaian Arsya.
"Mah, gpp kan? Cuman seminggu kok" izin Arsya pada bibi.
"Iya gpp, jangan nakal yah, jangan jailin kathryn jangan ngerepotin paman dan bibi mu yah nak" bibi mengusap kepala Arsya.
"Bakalan sepi nih kalo gak ada Arsya" ucap paman, "gak ada temen buat nonton piala dunia, hehe" paman terkekeh kekeh.
"Video Call aja pah, hehe"
Arsya pamit pada kedua orang tuanya.
Saat Arsya masuk mobil lagi, aku merasakan ada yang aneh pada dirinya, dia melototkan mata, tapi tatapannya kosong, dia seperti orang yang sedang dirasuki oleh sesuatu, tapi makhluk itu hanya diam.
Kau harus berhati hati, bisa jadi yang diam itu bertindak jahat.
"Arsya kenapa? Lapar?" aku melambai lambaikan tanganku di depan wajah Arsya. Tapi tetap saja dia hanya diam menatap kedepan.
"Kalo kamu lapar, nanti kita berhenti dulu di restoran, mau gak" ayah sambil menyetir mobil.
Aku memegang tangan Arsya, tangannya sangat dingin, wajahnya pucat, seperti mayat, tapi dia masih bernapas.
"Kamu sakit Sya? Kok dingin? Padahal AC gak dinyalain"
"Aku ingin segera tidur" jawab Arsya dengan nada suara yang datar.
"Tidur aja, ini kan di mobil, bukan di motor, liat aja tuh si Riana juga tidur" aku menunjuk Diana yang sedang tertidur pulas. Tapi Arsya hanya menggelengkan kepala. "Ya udah tunggu aja sampe rumah, bentar lagi kok" aku tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Indigo Sister
HorrorI'm sorry, Hiatusss :' [Horror-Drama-Family] Jika ini udah tamat, saya harap, saya bisa bikin cerita seperti ini lagi dan tidak Hiatus sampai separah ini. Harap baca Prolog dulu Note: Why everyone asks me "It's real?" Ofc, Ini bukan kisah nyata dar...