Bab1: Riana & Riani

1.2K 105 1
                                    

Selama 3 hari, aku selalu menjauhi Riana setelah kejadian batu hijau bergerak sendiri.
Aku tidak peduli jika aku harus dimarahi oleh Ibuku.
Karena, Riana adalah anak kebanggaan ibuku, sedangkan aku adalah anak kebanggaan ayah.

"Kak, main monopoli yuk!" Ajak Riana yang sedang berdiri didepanku dengan di temani oleh boneka Riani miliknya.

"Nggak! Kakak bakalan main sama kamu kalo kamu buang boneka jelek itu! Ngerti?!" Aku membentak Riana habis habisan.
Dan tanpa kusadari, Riana meneteskan air matanya.

"Kakak, Riani itu tidak jelek, dia mirip sekali denganku, jika kakak mengejek Riani jelek itu artinya kakak mengejekku jelek juga" Riana menangis dan meninggalkanku di ruang tamu.

Aku menggeleng dan memijat keningku.

Aku tau, aku sangat kasar dan keras pada Riana, maafkan aku Riana, aku hanya tidak ingin kamu peduli dengan boneka Riani itu! Aku tidak membencimu tapi aku membenci boneka keramat itu!

★★★

"Kathryn! Ayo makan malam nak!" Suara Ibuku yang terdengar sangat keras di anak tangga.

"Iya!" Aku menuruni anak tangga sambil memainkan Handphone-ku, awalnya aku senyum senyum, tapi setelah bangkuku ditempati oleh boneka keramat milik adikku, ekspresiku mulai berubah, aku memasang wajah marah aku melempar handphone-ku ke sofa ayah, ibu, dan Riana dibuat heran oleh perilakuku saat itu lalu menghampiri melalu dan melemparkan boneka keramat itu kelantai.

"Kakak! Jangan lempar Riani Kak!" Riana menangis lagi lalu turun dari kursinya dan mau membawa boneka Riani itu.
Saat hendak ia memegang Riani, aku menangkis tangan Riana dan memegangnya erat erat.

"Kamu ini Riana! Kamu lebih memilih boneka keramat itu dibandingkan aku! Sadar Donk! Dia pernah bikin kakak pingsan! Ingat itu! Dan kakak minta, kamu harus membuang boneka ini! Mengerti?!" Aku membentak Riana, aku tak peduli bahwa ada ibu dan ayah yang sedang menyaksikan amarahku pada Riana.

"Dia sahabatku Kak!" Ketus Riana padaku.

"Oh ayolah Riana! Mengapa kegilaanmu belum kelar kelar sih! Kamu itu kaya orang sinting tau gak! Ngomong ama boneka, main catur ama boneka, wah!!! Segala kegiatanmu pasti ada ni boneka keramat!"

"Kathryn! Hentikan ini!" Ibu menjauhkanku dari Riana. "Mengapa kamu menjadi berubah? Dulu kamu sangat menyayangi adikmu dan sekarang? Kenapa kamu berubah nak? Apakah ini seharusnya sikap seorang kakak pada adiknya? Ingat nak, Anak-anak melihat lalu mempelajarinya!" Ibu memegang pipiku, aku melepaskan tangan ibu dan memasang wajah datar.

"Aku tidak lapar, selamat menikmati makan malamnya" aku pergi menaiki anak tangga dan meninggalkan keluargaku.

"Kathryn!" Ayah berusaha menghentikan langkahku, tapi aku tidak menghiraukannya.

"Sudahlah John, jangan terlalu memanjakannya, dia sudah besar, biarkan dia sendiri dan merenung atas kesalahannya" ibu memegang tangan ayah, isyarat bahwa ayah harus ikut makan malam lagi, lalu ayah duduk dan memberikan boneka Riani pada Riana.

-------

Keluargaku sedang menikmati makan malam tanpa aku, aku di kamar hanya memandang ponsel dan mencari cari lagu pengantar tidur, karena aku tidak bisa tidur dengan amarahku kepada Riana.

Selang beberapa menit kemudian, Riana mengetuk pintu dan menghampiri kasurku, lalu aku mematikan ponselku dan pura pura tidur agar Riana tidak sakit hati lagi atas amarahku

"Kak" Riana menggoyang goyangkan selimutku, tapi aku tidak menghiraukannya, "kakak sudah tidur yah? Ya sudah aku juga ingin tidur kalau begitu" Riana membenarkan selimutku dan mencium keningku dengan penuh kasih sayang.

Maafkan kakak Riana, karena kakak merasa bahwa Riani-mu itu adalah aliran sesat bagimu aku membalikkan badan dan memandang Riana yang sedang membenarkan bantal dan tidur di temani oleh Boneka Riani.

Beberapa jam kemudian, aku sudah lelap tertidur, dan tidurku terganggu oleh suara jejak kaki yang melangkah di kamarku.
Aku membuka mata dan aku melihat Riana yang sedang berdiri dihadapanku.

Oh... shit kenapa lagi ni anak? Batinku kesal.

"Selamat malam Kak!" Riana menyapaku dengan polos dan ramah itu, lalu aku duduk di ranjang dan menatap Riana senang sinis.

"Kamu gak tidur? Cepetan tidur! Jangan main loncat loncatan di kamar" aku menarik selimutku lalu kembali tertidur.

"Boneka cantik tapi keramat, memakai baju berwarna hitam, dia tersenyum dan memandang mu..." Riana bernyanyi dengan irama yang aneh, lalu aku menghentikan nyanyiannya dan duduk lagi.

"Oh! Riana cepat tidur! Malah nyanyi gak jelas kaya gitu! Kalo mau main, nanti pas pagu bukan sekarang! Ngerti?!" Aku mengusap rambut Riana dengan terpaksa, lalu Riana tersenyum dan tidur di pangkuanku. "Dih?! Malah tidur disini! Sana sana, kamu juga punya kasur Rin!"

"Tapi aku ingin tidur dengan kakak" ucapan itu Keluar dari seorang Riana yang sangat polos itu, aku hanya pasrah mungkin dengan cara ini Riana bisa tidur dan tidak menggangguku, aku menarik selimutku dan tertidur kembali.

Saat beberapa menit kemudian aku membuka mataku dengan perlahan dan memandang kasur Riana.

Loh? Kok kasur itu ada Riana, lalu, siapa yang tidur bersamaku? Batinku yang saa itu masih ketakutan.

Aku membalikkan badan, dan Riana masih tidur dipinggirku, aku tambah ketakutan dan lari ke kasur Riana dan menggoyangkan badan Riana yang sedang tertidur.

"Riana Riana bangun!"

"Emmm, kakak ada apa?" Riana membuka matanya dan menguap di depan wajahku, aku masih memandang Riana dengan heran dan aku ingat Riana saat tadi sore sampai malam ia mengenakan baju Merah, dan sedangkan Riana yang tidur denganku tadi memakai baju hitam.

"Kalo kamu Riana, lalu dia siapa?" Aku mengangkat wajahku dan melihat Riana berbaju hitam yang memasang wajah dingin di depan wajahku, aku mundur beberapa langkah dari kasur Riana karena kaget.

"Kakak kenapa?" Riana bangun dan menatap heran diriku.

"R...R...rrr" aku mengatakan itu lalu menunjuk kepada Riana berbaju hitam di belakang Riana, lalu Riana menengok kebelakang.

"Riani? Ada apa kamu muncul malam malam begini?" Ucap Riana.

What? Riani? Boneka keramat itu? Batinku ketakutan.
"Aaaaaa!" Aku menjerit tapi ayah dan ibu tidak mendengar jeritanku lalu aku mendorong Riani hingga jatuh kelantai, Riani tiba tiba berubah lagi menjadi boneka kotor.

"Kakak, kakak kenapa" Riana memeluk boneka Riani, dan memandangku heran. Karena ketakutan aku pingsan dan terjatuh dilantai.

--------------
Bersambung...
Nantikan part selanjutnya
------------

My Indigo Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang