Bab5: The message

891 63 5
                                    

Aku pergi ke kamar, aku melihat Riana yang masih berdiri di depan cermin. Aku mendekatinya, dan menepuk pundaknya.

"Rin..." Riana memutar badan nya, dan berseri seri setelah melihatku.

"Eh kakak!" Riana memelukku dengan erat. 

"Kenapa dek? Kangen sama kakak?" Aku melepaskan pelukannya dan mengusap kepalanya lalu tersenyum pada adikku.

"Aku sangat rindu" Riana memegang telapak tanganku.

"Hehe, Baru juga satu hari kakak tinggal kamu dek!" Aku mengusap kepalanya lagi.

"Walaupun satu hari, atau pun satu jam kakak meninggalkanku, aku akan terus merindukan kakak, karena aku sayang kakak" Riana memelukku lagi. Aku ingin sekali menangis oleh ucapan polosnya yang membuatku bahagia.

"Kakak juga sayang kamu dek" aku memeluknya dengan erat, sepertinya aku menyesal karena kemarin aku meninggalkan Riana dengan tiba tiba, pasti dia sedih saat aku pergi. Dia bermain dengan siapa? Yang pasti dia bermain dengan Boneka keramat itu.

Aku dan Riana masih berpelukan. Tiba tiba tubuh Riana dingin dan gemetar, aku khawatir dia sakit mendadak.
Aku melepas pelukanku, lalu mengangkat dagunya.
Aku sangat kaget dan menjauhinya, aku berpikir dia kerasukan makhluk astral.

Riani! Keluar kamu dari raga adikku! Batinku.

"Kak, kenapa kamu tidak memelukku lagi?" Dia berbicara dengan nada datar. Dan berjalan mendekatiku.

"Sss... siapa kamu?!" Aku menjauhi Riana.

"Ini aku adikmu..."

Aku memberanikan diri untuk mendekatinya, aku memegang kepalanya. Dan menyingkirkan rambut panjangnya di depan wajahnya.

Aku sangat kaget, dia memang mirip dengan Riana, tapi wajahnya menyeramkan, dia dingin, kulitnya pucat, bibirnya kering, matanya merah layaknya orang lembur yang bekerja seharian.
Dia menyeringai layaknya seekor serigala.

"Pergi kamu dari raga Riana! Aku membencimu Riani!" Aku menjauh lalu membentak makhluk itu.

"Tapi aku sangat menyayangimu..."

"Shut up!" Aku membentaknya lagi. "Memang kamu ini siapa? Beraninya bilang sayang padaku?" Dia menjauhiku, dia pergi ke loteng, lalu aku mendengar suara tangisannya yang sangat menyeramkan.

Tangisan itu menusuk telingaku.

"Hei makhluk astral! Keluarlah dari raga adikku!" Aku berteriak.
Dia diam, tidak menangis lagi.

Aku buru buru keluar, sebelum dia mulai menangis histeris lagi.

Saat, aku di luar, aku melihat ayah yang sedang memegang telinganya. Dia terlihat sangat khawatir. Aku mendekatinya.

"Yah? What's up?" Ayah hanya menggeleng, lalu berdiri dan pergi keluar. Aku diam, hanya melihat ayah yang sedang berjalan menuju pintu.
Mungkin sekitar 3 menit, aku mulai mendengar suara tangisan seperti tadi lagi.

"Hiiii.....hiiii....hiiii"

"Shut up!" Aku keluar.

Aku sangat kaget, ternyata Riana yang sangat polos itu, bisa di rasuki oleh makhluk astral seperti Riani itu.
Kenapa dia lakukan ini pada adikku? Jika dia memang ingin membalas dendam padaku, kenapa tidak marah dan merasuki diriku saja? Oh, tidak bukan maksudku mau di rasuki olehnya, aku hanya tidak ingin Riana menjadi pelampiasan amarahnya.
Dan, mengapa Riani selalu mengaku bahwa dirinya adalah adikku juga? Apakah dia lahir bersamaan dengan Riana, tapi dia meninggal duluan? Apakah benar? Aku tidak tau, saat kelahiran Riana, aku tidak ikut ke Rumah sakit, karena, dulu aku sangat takut jika berada di rumah sakit.
Dan yah, konon, Rumah sakit itu banyak hantunya-lah, ada yang kesurupan lah, ada penampakan lah, dan lain lainnya yang berbau horor.

My Indigo Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang