Bab7: Say Nope!

790 57 4
                                    

Kami (Aku, Arsya, Ayah, Riana+Ayah Arsya a.k.a Paman gua)
Pergi menuju Rumah sakit dengan menggunakan mobil ayah, setelah beristirahat di Rumah keluarga Arsya. Ayah Arsya ikut karena.....
Yah pengen ikut aja :v

"Kakak, laki laki itu siapa?" Riana berbisik bisik padaku.

"Itu, Kak Arsya" aku menjawab pertanyaan adikku.

"Ouhh"

"Widihhh gua di panggil kakak, wkwkwk" Arsya tertawa.

"Hm"

"Hm hm hm ae :v canda dikit Donk ah"

"Btw, gw kan gak bilang elu Kakak, gua cuman bilang Kak Arsya" aku meninggikan suara.

"Etdah_- sama aja kali :v"

"Tapi kenyataannya bedakan?"

"&%#&@%%#/?!"

"%#%$@%&#-)$("

"Sudah sudah, kalian ini dari dulu memang selalu bertengkar _-" Ayah Arsya Pamanku membuat kami berdua terdiam.

"Wajar saja Sam. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya"

"Jadi kamu pikir, aku dan kamu dulu seperti ini?"

"Itu memang benar saudaraku"

"Iya juga yah?:v"

"Kak Arsya" Riana mendekati Arsya.

"Yah?" Arsya senyum pada Riana.

"Kak, apakah saat di rumah sakit. Aku akan mendapatkan teman baru?" Pertanyaan Riana membuat semua orang diam dan suasana kembali hening.

"Teman baru? Kamu pikir itu sekolah apa?!" Aku menjawab lebih dulu, dengan agak membentak.

"Teman baru? Kurasa, mereka tidak ingin berteman denganmu Riana, kau berbeda dengan mereka"

"Tapi... aku selama ini berteman dengan Riani"

"Riani siapa?"

"Itu tuh Sya, boneka keramat yang dipeluk Riana" aku menyela pembicaraan mereka. Dan membuat Arsya kaget, dan Riana memasang wajah cemberut.

Arsya memberikanku, isyarat dengan menunjukkan wajah alis dimenyatu, tatapan tajam, agak cemberut, yah itu tandanya, Arsya melarangku untuk tidak bicara seperti itu pada Riana.
Tapi aku membalasnya dengan senyum kecut.

"Oh ya, siapa tadi namanya? Boleh aku berteman dengannya?" Arsya menjulurkan tangannya pada Riana. Dan membuatku tidak percaya, dan yah bukan aku saja yang berpikir begitu, Paman dan ayah juga tidak percaya.

"Riani, aku belum bertanya padanya"

"Kamu selalu bicara dan mengobrol dengannya setiap saat?"

"Iya"

"Bagaimana suaranya?"

"Suara?"

"Iya, suara bagaimana kedengarannya? Ok ok, suara Riani seperti apa?"

"Oooh, suaranya agak dingin datar dan serak"

"Kau pernah melihatnya tertawa?"

"Senyumnya sangat anggun, dia sangat cantik dia mirip denganku" Ayah kaget sampai menekan klakson padahal di jalan tidak ada kendaraan yang melintas, lalu mobil kami berhenti ditengah jalan dan membuat para pengemudi lain yang ada di belakang ikut menekan nekan klaksonnya. dan suara klakson itu membuat aku, Arsya, Paman dan Riana kaget juga.

"Ayah kenapa?" Tanyaku.

"Tidak apa apa"

"Kalau begitu, ayo jalan, kasihan pengendara lain yang ada di belakang" ucap Paman. Ayah menjawabnya dengan anggukan kepala.

My Indigo Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang