💮 02 💮

759 64 98
                                    

---
--
-




Happy reading~






Sunggyu dari kecil mendapat perhatian lebih dari kedua orang tuanya. Fisiknya yang tidak seperti orang lain membuat pikiran dan hatinya seperti anak kecil atau remaja.

Terbiasa hidup dalam perhatian, dimana dirinya tidak di perhatikan atau di abaikan dia akan kesal seperti anak kecil. Walau pun begitu ada saat-saat dimana ia bersikap dewasa tidak memaksa.

Dia mudah lelah dan jatuh sakit, maka dari itu papa mereka lebih fokus mendidik keras putra bungsu mereka. Woohyun sendiri menerimanya dengan baik. Sunggyu selalu merasa bersalah ketika melihat adiknya disiplin ketat, bahkan waktu untuk bermain saja sepertinya tidak ada.

Sunggyu yang tidak terlalu dekat akhirnya mencoba akrab pada sang adik. Menghiburnya atau membantu belajar dan pelajaran bisnis. Memang fisik Sunggyu kurang kuat, tapi dalam hal kepintaran dia bisa di andalkan.

Sunggyu ingin sekali tertawa bersama guna menghilangkan rasa kesepian dalam hati Woohyun adiknya. Tidak dikatakan pun ia tahu, jauh dalam hatinya pasti adiknya ingin seperti orang normal di usianya.

Membahas itu, Sunggyu jadi tidak pernah melihat Woohyun tertawa. Jangankan tertawa, tersenyum saja jarang. Ia sedih setiap kali melihat adiknya hanya memasang wajah serius sejak kepergian mama mereka pergi meninggalkan demi orang lain.

Woohyun tidak pernah menangis, tidak pernah mengeluh dan tidak peduli juga pada lingkungan sekitarnya. Seolah hati dan pikirannya di set menjadi manusia tanpa perasaan. Berpikir dan melakukan sesuatu karena logika.

Tapi itu tidak berlaku pada Sunggyu kakaknya sendiri tanpa di sadari olehnya. Tumbuh dewasa tanpa adanya kasih sayang seorang mama, membuatnya cukup pendiam dan tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun.

Berbeda dengan sang kakak. Sunggyu masih menyimpan dalam hatinya bagaimana tersenyum dan memperlakukan orang dengan baik. Tapi tetap saja ia membatasi interaksi agar tidak melintasi garis yang sudah di tentukan dirinya sendiri.

Sunggyu meneteskan air mata tanpa suara saat mamanya pergi. Menurut logikanya kenapa harus menangisi perempuan yang sudah tidak memperdulikanmu lagi? Tidak memperdulikan anak dan orang yang pernah dicintainya dulu. Perasaannya menerima semua perkataan tersebut, tetap saja namanya perasaanya hati yang bicara karena semua kebaikannya menyelimutinya dengan kasih sayang.

Woohyun kala itu tiba-tiba menghampirinya saat belum sempat menghapus air matanya. Adiknya memeluk erat tanpa berbicara satu kata dari bibirnya. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang kakak yang membuatnya nyaman. Mungkin memeluk seorang mama juga seperti ini rasanya pikir Woohyun.




Bukan Brother Complex 💟 WooGyu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang