13

16 0 0
                                    

Byan menatap alih mataku,  meninggalkan abangnya yang tengah menggodanya dengan berbagai macam candaan spontan dari mulutnya. Mungkin pertanyaan ku menengai dirinya membuat byan harus beralih padaku

"aku disini sendiri kak,  mau temenin?? " tawar byan sangat ramah

Kutarik pelan bibirku, memutar mataku menatap byan yang berdiri didekatku, entah aku memang bukan seseorang yang gampang berkomunikasi bisa dibilang aku susah bergaul namun sepertinya byan berbeda dia sama seperti zildan ,baik dan ramah terhadapku

Zildan mengambil alih posisiku menggeserku sedikit dengan tangannya memunggungiku lalu menembak pernyataan horor terhadap adik cantiknya"jangan deket2 ntar ketularan begonya lagi!!"

Byan mendengkus kesal aura sebalnya diniarkan begitu saja menyelimuti wajah manisnya"ih abang, jahat banget emang aku bego orang aku pinter kok"

"dih pinter banyak begonya bong" balas zildan remeh

Karna merasa jengkel byan langsung lari entah kemana, ia menaiki tangga putar lalu melirik zildan dengan tatapan yang sangat sengit

***
       Rintik hujan yang tak begitu deras menerpa bumi bagian desa kecil di bogor, suasana dingin menyelimuti malam ku saat disana

Malam yang sunyi sangat aku rasakan disini bahkan setiap air hujan yang turun mengajakku bernostalgia ke dunia khayalan

"ngapain disini?? "
Sebuah tangan kekar ikut menghampiri tanganku yang berpegang pada pembatas balkon, menyimak raut wajahku lewat tatapan matanya yang mengintimidasiku

"hujan itu indah, hujan itu ketenangan, dia memang tidak selalu datang tapi dia selalu dinikmati saat datang" ucapku pelan

Lelaki disampingku memutar badannya menatap lurus kedepan tepat kearah kamarku yang tadi diberikan byan

"maaf ya aku nggak izin tentang ini, aku takut pas aku izin kamu rewel nanya ini nanya itu nanya ono,  ribet kan aku mau jawap" celotehnya memirang miringkan kepala

Aku enggan merespon, enggan berontak aku hanya menyaksikan tingkah polah zildan, dia membuatku tersenyum atas perlakuannya saat menerangkan semua tentang desa ini

"kamu tau pokoknya kamu nggak akan nyesel deh disini,  disini banyak ikan banyak pohon banyak tanaman banyak.. "

"terus semua itu untuk apa" tanyaku memperhatikannya

"untuk makan lah" pungkasnya enteng

Aku tertawa kecil, menyimak setiap gerak geriknya hingga tanpa sadar ia balik menatapku dan menyadarkanku dari lamunan bodohku mengenai dirinya

"karetmu mana"

Zildan kembali menyadarkanku dengan benda kecil yang sangat mustahil ada dalam fikiranku,  benda yang biasa dipandang sebelah mata oleh mereka sepertinya begitu luar biasa saat dipangdang oleh zildan

"besok aja ajarinnya aku mau tidur ngantuk" ucapku pura2 menguap

"yaudah, have a nice dream" balasnya mengantarku masuk ke kamar dan pergi meninggalkan ku seorang diri

***

Pagi2 sekali telingaku sudah terusik akan aksi kakak beradik yang sama egois nya tengah berperang debat di dapur mereka bersikeras untuk membuat entah apa aku tak mengerti yang ku tau mereka. Sedang mengocok telur dan diatas meja dapur sudah ada beberapa potong sosis dan daun bawang

"abang aku yang goreng, ih pokoknya aku" oceh byan tak mau kalah

Zildan sangat bersikeras mempertahankan posisinya, dia seperti tidak ingin beralih dari trmpat kekuasaannya

"enggak ini khusus jadi aku yang buat!!"

"abang mah gitu,  sini aku abang"
"byan udah abang aja"
"nggak bisa harus aku, aku yang perempuan harus aku pokoknya"

"enggak abang harus bikin sampe jadi"

Perkelahian itu seakan tak akan berakhir sifat tak mau kalah mereka sangat membuat aku merasa iri, persaudaraan yang begitu hangat pantas menjadi contoh

Mereka berdua langsung menghentikan aksinya saat mengetahui kaki ku mulai menuruni anak tangga, tatapan mereka seperti kecewa akan kehadiranku

"yah udah bangun" decak byan memanyunkan bibirnya

"kamu sih ngerepotin kecebong" omel zildan tak mau kalah

Aku semakin merasa aneh, aku tidak enak hati dengan pertengkaran mereka yang sepertinya sedang melibatkan aku

"yaudah nih aku kasih semua masak yang bener" pinta byan melepaskan piringnya untuk zildan

Zildan tak menjawaplagi byan seolah final untuknya dia kembali melanjutkan aksi nya dengan beberapa bahan masakan yang siap masuk ke dalam penggorengan

Kuperhatikan byan melangkah menghampiriku, ia meraih tanganku lalu mengajakku duduk di ruang makan tanpa mengucap 1 pun kalimat

"byan ada apa" tanyaku hati2

Dia melirik zildan sekilas mendatarkan bibir manyunnya dan membuat ukuran senyum paksa nya di wajah cantiknya
"tadi aku mau bikin sarapan buat kak finda tapi bang zildan dateng terus ngerebut semuanya, bete kan jadinya! "

Zildan menoleh kearahku, menimpali byan lalu mulutnya terbuka membentuk serangkaian kata yang tak ada suaranya

"maaf ya kk, aku nggak bisa bikin kak finda nyaman gara2 tadi berisik" ucap byan memohon padaku

'byan begini saja aku sudah nyaman, ini adalah keluarga hangat yang sangat aku inginkan, permintaan maaf itu harusnya bukan dari kamu tapi dari mama ku by'  batinku dalam hati

Kugenggam erat tangan byan menyalurkan rasa bahagia ku disini melalui sentuhan tanganku dan dia, belum lama aku menggenggam zildan datang membawa sebuah omlet yang terbilang sajiannya jelek dan berantakan

"selamat sarapan nona" ucapnya tersenyum riang

Aku menatap bergantian antara zildan dan telur yang dibuatnya, hati merasa tak teega ketika melihat byan seakan kecewa dengan harinya yang mungkin menurutnya gagal "ini jelek zildan coba tadi yang bikin byan pasti bagus enak pula"

Mata zildan membulat meraih piring bulat yang ia sajikan memutarnya memperhatikannya dengan baik mencari keburukan dari tampilan yang tadi aku maksud" enggak jelek bagus kok"

"wlee,  jelek hihihhh" byan tertawa kepingkal pingkal saat mendapati sebuah pujian dari ku.   Pembelaan ku seakan mujarap untuk wajah murungnya, cobalah lihat sekarang wajahnya kembali riang dan tak bersedih lagi

Setelah semua lenyap kumakan bersama zildan dan byan,, tanganku kembali di tarik oleh zildan, kakiku diajak melangkah menuju mobil tanpa aku bertanya'kita mau kemana'

Terlihat byan asik dengan laptopnya bersama sahabatnya yang baru saja datang untuk mengerjakan tugas kelompok sehingga dirinya tidak terlalu memperdulikan aku yang diam2 pergi bersama  zildan

Perjalanan yang begitu indah berujung indah juga,,  setelah menempuh perjalanan yang begitu indah aku kembali merasa terpukau denagn sebuah rumah yang berdinding serba kaca didepanku, zildan membuka pintu untukku lalu kami berjalan memasuki rumah indah ini

Kleekk pintu besar terbuka menampakkan sebuah rak kosong yang hanya ada sebuah senapan tua berwarna hitam

"ayo aku tunjukin sebuah ruangan" ucap zildan menggandeng tanganku

Kaki ku seakan mengikuti apa maunya aku berjalan mengikuti arah pria ini membawaku hingga kami bertemu dengan sebuah ruangan yang hanya berisi buku tebal bernamakan finda almonica shaaren

Semua buku yang tertata rapih terpajang di lemari kaca besar itu semua ada namaku, mataku benar2 takjub dengan semua ini aku melirik zildan meminta sebuah penjelasan yang sangat membuatku menunggu

"apa arti semua ini zil" tanyaku memandang takjub rak kaca ini






Semoga menarik ya.   Vote komen jangan lupa, oh iya kalo vote ya naik bakal aku adain extra part deh.   Khusus buat kalian muachhh

43.200menitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang