Kakiku dengan lemah memijak lantai menuju kamar, dengan dipapah arin dan silva aku berhasil memasuki kamar tanpa jatuh ataupun terluka
"makasih ya rin vah" ucapku kepada ke dua sahabatku
Mereka menatapku, mengelus pelan rambutku lalu menepuk kecil punggungku, mereka keluar saat aku mulai sedikit tenang entah mereka akan tidur dimana yang jelas mereka membiarkan ku sendiri merenungi kejadian barusan "kita keluar ya?? " pamitnya lalu pergi
Kini hanya tinggal aku seorang diri, dengan langkah berat aku berjalan bergetar menuju meja yang penuh dengan tumpukan buku, mataku menatap gusar kesembarang arah memikirkan sebuah pesan yang baru saja masuk kedalam ponselku
Rasa penasaran serta kedatangan ditya sangat mengganggu ketenanganku tak sedikitpun fikiranku menebak siapa pelaku dibalik semua ini
Tumpukan buku seakan membuatku gemas otak ku dibuat berputar ketika menemui ribuan angka yang harus ku selesaikan dan harus kukumpulkan besok
"hoammm"
Rasa kantuk mulai menyerang mataku membuatku semakin tidak sadar dengan lelapnya tidurku***
Seperti biasa disetiap pagiku pasti ada 2 makhluk cantik yang pertama kali aku temukan didekatku bisa kalian tebak bagaimana cara arin yang tidur berserakan dibawah sana serta silva yang tidur dengan gaya khasnya sendiri"gw pamit ya ada kuliah pagi?? " pamitku saat sudah selesai merapikan diri
Kedua sahabatku hanya berdehem membalas pamitku, melambaikan tangan berarti sampai jumpa
Campus
Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan bagaimana tidak aku harus bersekutu dengan ibu2 rempong yang berada dalam 1 angkot denganku membuat aku jengah setiap akan kuliah dan beda jam dengan zildanLangkahku gontai menuju kelas yang disana aku melihat kaitrin yang sudah menungguku akan membawa ku masuk kedalam kelas"tumben sendiri?? "tanya nya celingukan
"zildan" sahutku menaikkan kedua alisku
Dia tersenyum dan segera kubalas dengan senyum pulaPelajaran yang begitu menyebalkan sudah selesai aku lalui dengan baik baik saja hingga waktu pulang tiba, sebuah tangan menutup kedua mataku membuat hatiku menebak siapa pemilik tangan tsb
"zildan?? " ucap ku menebakDia masih diam tak menjawap,aku tlpun tersenyum dengan kejutan di siang ini aku merasa zildan adalah lelaki hampir sempurna yang akan terus menjaga dan membahagiakan aku hingga nanti aku menghabiskan usia
"zildan jangan bercanda cepet buka" tutur ku menimpali
Pemilik tangan ini masih tak bergeming dia masih tak mau menyingkirkan tangannya dari mataku
"zildan" panggilku ulangDengan pelan telapak tangan ini mulai goyah dari mataku, sehingga aku bisa menatap intens siapa yang sudah mengejutkan ku dipagi ini
Hatiku berteriak, kaku tanpa bisa bicara mataku membulat seperti ingin keluar bahkan tanganku menutup cepat bibirku yang tersentak kaget dengan seseorang dihadapanku 'dia imajinasi yang sangat aku benci dia yang aku inginkan datang hanya untuk ngomong bahwa semua ini sudah berakhir'
Ucapan demi ucapan, cacian demi cacian untuk orang didepanku begitu menggebu di dalam hatiku berteriak seolah ingin mengamuk atas kedatangannya namun semua terlalu tiba2 sehingga cacian di dalam hatiku tak bisa terucap ketika bibirku yang tiba2 membisu
Tangan ini beranjak naik menghapus kasar air mata yang berhasil luruh, air mata kebencian yang selama ini sudah terpendam di dalam hati
"aku merindukanmu honney!! "