17 | past

14.9K 4K 707
                                    

"tapi jun, jeno gimana? kan dia belum ketemu."

oh iya, renjun sampe lupa sama jeno saking senengnya nemuin woojin. cowok keturuhan tionghoa itu lalu menatap chenle yang sedang membersihkan celananya dari tanah.

"apa liat-liat?" tanya chenle yang merasa diperhatikan.

sontak renjun langsung membuang muka dan menatap hina. "duh nyusahin banget sih jeno." omelnya.

hina ikut mengangguk. "biasanya dia yang paling bisa diandelin kok ini malah jadi bego, ya?"

"kak," panggil chenle.

"apa panggil-panggil?" seru renjun.

"ebuset nyelo kak." balas chenle. "gue tau kak jeno jalan kemana, pas di belokan kedua, dia belok kanan."

hina langsung menjentikkan jarinya, "rhujin sama wijen jalan ke arah sana!"

"yaudah bagus deh." ceplos renjun. "mending kita jalan ke tempat semula, sekalian bawa tulangnya woojin."

"siapa yang mau bawa? gue sih ogah." tolak chenle.

"jahat bener lo, le." celetuk hina.

"yeuu maap ya, orang kaya ga level megang mayat." sahut si kecil itu.

"halah ntar juga lo jadi mayat maleen." seru renjun, lalu ia mendorong chenle supaya membantunya membawa tulang belulang milik park woojin.

"sebenernya gue takut, na, megang ini, tapi demi tugas lah ya." bisik renjun ke hina.

"curhat lo?"

"iyAA GUE CURHAT."

tepat saat renjun berteriak itu di depan muka hina, suara peluit pemberian wijen berbunyi.

"AYO KITA HARUS CEPET! KAYAKNYA JENO UDAH KETEMU!"

:::

renjun, hina, dan chenle menghampiri wijen, rhujin, somi, serta daehwi yang sudah ada di tempat semula dengan nafas ngos-ngosan. di belakang daehwi, renjun bisa ngeliat jeno baik-baik aja lagi minum air putih.

"hadeh capek." keluh chenle. cowok itu langsung naruh tulang yang ia bawa di sembarang tempat.

"jen, ini tulang kakak lo, park woojin."

wijen yang mendengar itu kaget, gadis yang belum genap berumur 17 tahun ini menatap renjun tidak percaya. seolah mengetahui respon wijen selanjutnya, hina segera menyerahkan name tag yang ia temukan di samping mayat itu.

"ini jen."

mata wijen berkaca-kaca, antara sedih dan terharu. somi dan rhujin selaku teman gadis itu lansung mengelus pundak wijen dan menenangkannya. sementara daehwi dan chenle malah saling berpelukan.

jeno yang daritadi diam pun nyamperin renjun dan hina.

"mending kita balik." sarannya pada hina dan renjun.

hina mengangguk, setuju dengan ucapan jeno.

"iya, tugas kita juga udah selesai. tapi tunggu dulu.." kata renjun.

"kenapa? ada apa?"

renjun tidak menjawab, pemuda itu malah mengeluarkan ponsel jadulnya dari dalam saku celana lalu mengetikkan sesuatu di tombol ponsel.

renjun :
boss, woojin udah ketemu nih
tapi saya ketemu somi boss
bisa hapus memori mereka gak?

si boss :
siap siap jun
si boss :
saya juga mau kesana nih
si boss :
tunggu yah

renjun mengernyit membaca balasan pesan dari si boss. tumben banget si boss mau ke tempat kejadian. biasanya cuma duduk santai.

syalala lala lala~

tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan, di depan renjun muncul sosok pria paruh bawa sambil tersenyum.

hina serta jeno pun dibuat kaget karena kemunculannya yang tiba-tiba.

"LOH SI BOSS?" pekik renjun kaget.

"LOH SI BOSS?" pekik renjun kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"LAH INI BOSS LO JUN?" seru jeno.

"KOK MIRIP HENRY LAU JUN." yang ini sorakan dari nakamura hina.

pria paruh baya itu menganggukan kepala. "iya dek adek saya bossnya renjun. diem-diem aja ya tapi."

hina dan jeno melongo.

"btw mana neh yang mau di apus memorinya?" tanya boss henry sambil celingak celinguk.

renjun nunjuk wijen dan kawan-kawan yang lagu berduka di bawah pohon pisang.

"oke deh oke."

"boss saya balik ke masa depan, ya."

si boss pun mengangguk. dengan itupula, renjun menekan remote kipas anginnua.

CIHAAAYYY~~~

renjun, hina, dan jeno kembali ke rumah jeno dalam sekejap.


:::


guys adakah diantara kalian yang main twt? kl ada ayo kita berfrinz, komen uname kalian ya hwhw nanti aku follow ;))

perché : [3] time traveller✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang