16 | past

13.9K 3.9K 301
                                    

nggak mau nunggu lama, renjun langsung lari ke depan sambil narik hina. bodo amat dah salah jalan juga, kan satu-satunya jalan ya ke depan. moga-moga aja tim lain bisa nemuin chenle atau jeno, walaupun renjun nggak yakin sih itu suara jeno. soalnya jeno paling anti teriak-teriak, kalo jinyoung sama sanha baru deh sering.

"pelan-pelan dong, jun." seru hina yang kesulitan berjalan. tanah di sini sedikit licin, bahkan cewek jepang itu hampir terpeleset tadi.

renjun yang mendengar itu pun memelankan langkahnya. ia tidak buru-buru seperti tadi, tapi tetap saja, pikirannya kemana-mana; khawatir dengan kondisi jeno.

"AAAAAA!!!"

suara teriakan itu terdengar lagi. hina dan renjun sontak menghentikkan langkahnya dan memasang telinga mereka lebar-lebar agar tahu dimana sumber suara itu.

"kayaknya kita jalan ke arah yang bener deh, jun. suaranya kayak deket-deket sini." ujar hina.

renjun mengangguk setuju. "iya kayaknya. tapi masa sih jeno teriak? kalo penjahat gimana?"

"gak usah parno deh. mana ada penjahat di gunung teletubies." hina memutar bola matanya.

untung saja cewek itu nggak lagi dalam mode on fire. kalo sampe iya, nggak usah ditanya apa yang bakal terjadi selanjutnya. mungkin, siulan burung-burung di atas pohon kalah sama ocehan mereka berdua.

"ya udah deh, ayok." ajak renjun.

si gadis jepang dan pemuda cina tersebut berjalan beriringan. sambil sesekali memandang waspada terhadap apapun yang ada di depan mereka.

"AAAA! ASTATANKKK MAMI!"

suara teriakan renjun menggema di sepanjang jalan setapak gunung teletubies. matanya melotot ketika melihat chenle sedang gelayutan di pohon sambil nahan tangis. di bawahnya, ada tulang belulang yang masih utuh berceceran.

"yAAMPUN LELE NGAPAIN DISITU? TURUN!" suruh hina.

"hiks hiks..." isak chenle. "tadi lele dikejar piggy, kak. terus lele manjat pohon, si piggy pergi. tapi pas mau turun, lele kaget ada tengkorak! serem kak huhu!"

hina langsung memandang renjun saat itu juga. seolah mengerti maksud hina, renjun mengangguk. tapi dia gak berani mendekat ke tulang-tulang itu. ya gimana ya, waktu ngelewatin pohon di taman belakang sekolah pas bantuin jaemin-heejin aja udah ketakutan karena diceritain horror sama jinyoung, apalagi ngedeket ke tengkorak. udah ngompol kali renjun.

"ck, gimana sih jun, masa gitu doang takut." mode nyinyir hina mulai nyala.

"yaudah lo aja sana yang ngecek."

"hh dasar." balas hina.

chenle yang merasa dilupain soalnya kakak-kakak di depannya malah fokus sama tengkorak pun mewek lagi.

"AH KAK GIMANA INI GUE TURUNNYA HUHUHUHU."

renjun dengan sigap langsung berjalan ke arah pohon dan membantu chenle untuk turun.

"mana jeno? kok gak sama lo?" tanya renjun setelah berhasil menurunkan chenle dari pohon.

chenle mengangkat bahu. "gak tau, tadi misah."

baru aja renjun mau ngomel, hina tiba-tiba nepuk pundak renjun dan ngasih sebuah name tag lusuh ke cowok itu.

"nih."

renjun ngambil benda tersebut, wajahnya berubah sumringah ketika melihat nama yang tertera di name tag itu.

park woojin
sma inkigayo

"LE, LE, NA, NA, AYO CEPET KE TEMPAT SEMULA! KASIH TAU WIJEN KALO KITA NEMUIN MAYAT WOOJIN! TIUP PELUITNYA, NA!" sorak renjun heboh.

"tapi jun, jeno gimana? kan dia belum ketemu."


:::



kalo misalnya ada yang gak suka aku nistain beberapa karakter di series. contohnya echan yang dikatain buluk sama jaemin atau sanha yang dibilang toa, dsb. bilang aja ya, nanti aku koreksi supaya lebih baik lagi. people jaman jigeum ngeri-ngeri, takut saia.

ngomongnya baik-baik aja ya hehe. aku juga nerima kritik saran kok. so, feel free to give ur opinion :)

& by the way mohon maaf lahir batin semuanya, selamat puasa bagi yang menjalankan!💖

perché : [3] time traveller✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang