3: The Royal Family

4.3K 287 14
                                    

Aku menyuruh Sebastian berhenti begitu mendekati kawasan istana yang kira-kira belum dapat dijangkau oleh penjaga. Aku menuruni kuda yang kutumpangi, Sebastian pun ikut turun bersamaku.

            "Kau yakin sampai di sini saja?" tanya Sebastian. Asap keluar dari mulutnya seiring ia bicara.

            Aku mengangguk yakin. "Iya. Aku jalan kaki saja selanjutnya daripada para penjaga melihatmu dan mencari tahu tentangmu. Terima kasih banyak Sebastian, sudah mengantarku dan membuang waktumu."

            Dia terkekeh. "Mengantarmu sama sekali tidak membuang waktuku," ucapnya. "Bagaimana kalau kita berburu bersama? Kalau kau tidak sibuk."

            Entah mengapa, aku senang mendapatinya mengajakku keluar bersama. Itu artinya dia masih memiliki niat untuk bertemu denganku. Tapi aku juga tidak tahu mengapa aku harus sesenang ini. Bahkan aku tidak dapat menutupi antusiasmeku begitu dia mengajakku berburu.

            "Tentu saja aku tidak sibuk, aku bukan ratu," ujarku lalu terkekeh bersamanya. "Kau mau kapan?"

            "Besok pagi?" Antusiasme dalam diriku semakin bergejolak hebat. Berarti besok aku akan bertemu dengan Sebatian!

            Sebenarnya, aku ini senang karena diajak berburu atau senang karena ingin bertemu Sebastian, sih?

            "Baiklah, besok pagi. Temui aku di ... danau," ujarku sedikit bingung menentukan tempat pertemuan. Ini adalah pertama kalinya aku memiliki perjanjian untuk bertemu orang di luar istana di tempat lain selain Bartholomew.

            "Oh, aku tahu itu. Baiklah, aku akan menemuimu di sana." Sebastian naik ke punggung kudanya, membuatku harus mendongak lebih untuk menatapnya. "Sampai bertemu besok, Your Highness."

            Aku terkekeh. Sudah biasa sejak aku lahir aku dipanggil seperti itu. Namun kalau Sebastian yang bicara begitu ... rasanya aneh. "Sampai bertemu besok."

            Dia memerintahkan kudanya untuk pergi dengan kedua kakinya dan matanya yang tidak berpaling dariku. Akhirnya Sebastian pun pergi, menjauh dari jangkauanku. Aku kembali melanjutkan perjalananku sambil tersenyum. Sebastian adalah orang yang menyenangkan dan dia adalah teman lelaki pertamaku. Maksudku, teman lelaki sebayaku yang pertama. Tentu saja teman laki-laki pertamaku adalah Bartholomew.

            Aku punya kakak lelaki yang kini menjabat sebagai raja semenjak Ayahku meninggal. Dia juga baik dan bisa menjadi teman bermainku. Namun waktunya sungguh terbatas untuk bermain sejak kecil. Ia lebih banyak belajar dan dididik bagaimana menjadi seorang raja yang sesungguhnya. Walaupun sebal melihat waktunya yang sedikit untukku, tapi aku mengerti.

            Tadi selama di perjalanan, Sebastian menceritakan pengalamannya saat berpetualang. Bagaimana ia menghidupi dirinya sendiri dan bertahan hidup. Ia tidak terlalu sulit untuk melakukan itu, Sebastian adalah lelaki yang tangguh dan cerdas. Ia makan dari hasil buruan, ia bisa tidur di bawah pohon atau terkadang mencari tumpangan tidur kalau cuaca di luar sedang sangat buruk, ia mendapatkan uang dari berjudi atau berjualan dari hasil buruh. Lagipula, Sebastian tidak terlalu membutuhkan uang. Ia tidak terlalu ingin kehidupan yang berlimpah harta. Dia bilang, dia lebih senang kaya akan pengalaman daripada koin.

            Aneh memang, tapi begitulah dia. Cara dia berbicara dan bertindak membuatku ingin sekali mengenalnya lebih dekat. Apakah dia merasakan hal yang sama juga? Apakah dia ingin semakin dekat denganku?

            Tunggu, apa baru saja aku berharap pada seorang lelaki yang baru kutemui beberapa jam lalu?

            Aku belum pernah menyukai seorang lelaki sebelumnya, jadi aneh kalau sekarang semudah itu aku tertarik pada lelaki.

The Sword PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang