4: Hunting with Sebastian

3.9K 255 20
                                    

Aku sengaja hanya memakan sup pagi ini, agar perutku tidak terlalu kenyang. Untungnya keluargaku tidak ada yang cerewet bertanya-tanya kenapa aku hanya makan sedikit pagi ini. Kurasa mereka memang tidak peduli. Kalau kakakku sih bukannya tidak peduli, hanya saja dia lelaki yang punya banyak hal untuk dipikirkan dan dipertanggungjawabkan daripada mempermasalahkan menu makan pagiku kali ini.

            "Kurasa setelah ini kau akan jadi gadis yang beruntung, Azaria," ucap Charlotte tiba-tiba, membuatku mengalihkan fokusku dari makanan.

            "Maksudmu?"

            "Ya, kau sebentar lagi akan bertunangan lalu menikah. Sedangkan aku?" dia memutar bola matanya, sekaligus menyindir Robert yang belum merencanakan pernikahan adik bungsuku.

            Aku tertawa remeh. "Kau pikir aku bahagia dengan perjodohan bodoh ini?"

            "Sudah kuduga, kan! Ibu dengar itu? Dia tidak suka dengan perjodohan ini. Lalu mengapa dia yang harus lebih cepat menikah dibanding aku? Dunia ini benar-benar tidak adil."

            "Sabar, Charlotte," sahut Robert. "Kau lebih muda dari Azaria, tentu saja Azaria yang harus lebih dulu menikah dibanding kau. Urusan dia saja belum kelar, apalagi memikirkanmu. Nanti saja. Lagipula kau masih cukup muda."

            "Kalau kau memikirkan urusanku, pasti akan cepat selesai daripada kau memikirkan urusan Azaria," ujar Charlotte menyebalkan.

            "Benar sekali. Seharusnya kau lahir lebih dulu daripadaku, Charlotte." Kali ini ia mengangguk setuju padaku.

            "Charlotte," kali ini Ibuku yang bicara, ia tersenyum namun tidak sepenuhnya tulus. "Robert pasti akan memikirkan jodoh yang tepat untukmu. Untuk sekarang, kau lebih baik menunggu karena masih banyak yang harus dipikirkan Robert untuk negara ini, apa kau paham?" Charlotte mengangguk patuh. "Dan kau, Azaria, ikuti peraturannya. Kau sudah terlalu banyak melanggar."

            Ibuku benar dan aku setuju. Aku tahu perbuatanku salah, tapi aku tidak ingin disalahkan. Bagaimana perasaanmu kalau kau menyukai sesuatu tapi dilarang oleh orangtuamu? Pasti kau akan keras kepala mengatakan kalau kau ini tidak salah, kan?

            Aku tidak mengangguk patuh seperti yang Charlotte lakukan. Aku hanya bergumam singkat lalu menyantap supku.

            "Francis mungkin tiba hari ini atau besok, kau harus siap, Azaria," pinta Robert. Tapi entah mengapa perintah Robert tidak sebegitu menyebalkan seperti Ibuku. Padahal dia raja dan suaranya penuh autoritas.

            "Tentu saja aku harus siap," balasku setengah hati. "Tapi pagi ini aku harus pergi, ada urusan."

            Aku tahu kini Ibuku menatapku dengan tatapan syok sekaligus benci.

            "Oh ya? Ke mana?" tanya Robert antusias.

            "Olahraga, seperti biasa. Aku ingin berburu."

            "Mengapa belakangan ini kau tidak pernah mengajakku untuk berburu, hm?"

            "Kau yang terlalu sibuk, Robert. Baiklah, kau atur rencana kapan kita akan berburu bersama."

            "Besok pagi? Kurasa aku bisa."

            Wajahku sangat antusias mendengarnya. "Bagus! Kutunggu janjimu besok pagi. Aku tidak ingin kau melanggar janjimu."

            "Janji? Aku kan tidak berjanji." Robert tertawa.

            "Kalau kau ingkar, aku akan menarik pakaianmu sampai keluar istana."

The Sword PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang