18 prince__five

7.8K 1.2K 157
                                    

"Daripada ga jelas sama Kun, mending sama aku aja."

Heeso mengingat daftar yang diberi kemaren kepadanya, kalo yang suka skinship itu Jeno.

"Aduh jen."

Heeso melepas rangkulan Jeno. Takut tertangkap kamera dispatch. Ga deng.

Ruang keluarga masih sepi, masih jam setengah delapan pagi juga.

"Benerin jam tangan ini dong." Jeno memberikan jam tangan berwarna putih yang retak dan bagian sampingnya terlepas.

Sebenarnya jam tangan itu punya Kun, makanya tadi Jeno mencari Kun.
Jam tangan itu baru dibeli Kun kemaren sore.

Mungkin kemaren setelah pamer Kun lupa mengemasi dan meninggalkannya begitu saja di kursi. Buktinya sekarang jam tangan barunya sudah rusak ditindih Jeno.

Salah Kun juga, tukang pamer.

"Maaf deh, aku nggak bisa benerin kalo udah kayak gini."

Yakali, Heeso kan bukan tukang servis elektronik. Jeno aja yang bodoh, main nyuruh-nyuruh orang.

"Yah kok kek gitu. Masa harus keluar duit buat benerin ini, kan duitnya buat beli mobil baru lagi."

"Bilang aja sama Kun kalo jamnya rusak, kan kamu juga nggak sengaja ngerusakinnya." anak orang jujur mah beda sama yang tukang bohong macam Jeno.

Iyasih, Jeno kan nggak sengaja. Salah Kun dong, yang naruh barangnya sembarangan.

DUARRR....

"Eh monyet...monyet...." Heeso keceplosan latah.

Suara pintu dibanting dengan kedatangan Johnny ke ruang keluarga menjadi jawaban akan suara nyaring tadi.

"Hyung- jangan dibanting terus pintunya. Nanti lepas lagi." Johnny cengengesan mendengar perkataan Jeno.

"Ngapain kalian berdua pagi-pagi disini?" tanya Johnny yang sudah duduk di kursi, ingin menonton tv.

"eumm....ini Jeno ngerusakin jam tangan Kun." jawab Heeso lalu menunjukkan jam tangan putih itu.

"HA, JENO KENAPA LO NGERUSAKIN JAM TANGAN ITU. SIAP-SIAP LO DITENDANG KUN DEH. HAHAHAHA."

Johnny memang tidak tahu malu. Telinga Heeso saja sampai berdengung mendengarnya.

"Ha kenapa jam tangan gue!!?"

Jeng...jeng...jeng..

Ternyata Kun mendengar suara nyaring Johnny tadi dari taman belakang.

Dan juga sekarang sudah berdatangan beberapa orang yang terbangun akibat suara gaduh kedua orang yang tadi berteriak.

"Kenapa sih pagi-pagi udah teriak." kata Renjun kesal.

"Tau nih, gue baru tidur udah kebangun lagi." keluh Jaemin menatap sinis ke arah Heeso.

Heeso merasa tidak nyaman. Dari kemaren Jaemin selalu menatapnya dengan tatapan sinis.

"Awas kalo ribut lagi gue tendang lo semua sampai ke rawa-rawa di Afrika!" perkataan Doyoung membuat saudaranya menatap aneh.

Emang ada gitu rawa-rawa di Afrika. Yang ada padang pasir. Mungkin.

"Udah-udah jangan bertengkar, berkelahi saja."

Jungwoo jadi kompor diantara kobaran api pagi.

Terjadilah adu bacot disana. Yang tidak akan selesai-selesai karena para pembacot ada disana. Heeso bahkan muak mendengarnya.

"Ganti atau gue jual semua mobil lo."

"Udah ganti aja itu."

"Murah juga."

"Sudah-sudah jangan bertengkar. Nanti mama kalian marah." Heeso mencoba menengahi namun terkacangi.

"Tiga ratus juta bego, murah dari mananya."

"Bodoamat yang penting ganti!!"

"Ganti aja napasih, susah amat."

"Gabisa, gue mau beli mobil  baru lagi."

"Astaga..nghhh."

"Heeso kamu liat kan gimana Jeno, jangan sampai mau kalau dia ngalus."

Karena merasa terganggu tibalah Jisung dengan membawa ember ditangannya.

Duam....

Jisung membanting ember ke lantai.

"EH COPOT."

"WHAT THE--"

"AYAM LONCAT"

Latah semua ternyata. Dasar emak-emak.

"Bisa diam."

Jisung menatap ke arah Heeso yang terlihat bosan dengan perkelahian yang terjadi.

Ditariknya Heeso ke lantai dua. Jeno juga melarikan diri dengan kesempatan itu.

"Heh modus lo."

"Balikin tuh cewek, gue belum selesai pidato."

"Bocah urusan gue belum selesai."

"Jeno jangan kabur."

Heeso pasrah saja. Daritadi ditarik-tarik. Bahkan tugasnya saja belum sempat ia kerjakan lagi.

••••

Mau nanya, ini nge-feel gak sih?

18 Prince °nct2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang