18 prince__eleven

6.6K 964 134
                                    

Heeso berada di dalam mobil dengan Jungwoo. Mereka akan pergi berlatih untuk acara besok. Yang lain sudah pergi sedari tadi, karena mereka jadi panitia. Sedangkan Heeso dan Jungwoo hanya akan menjadi model untuk besok.

Mereka berdua hanya diam saja daritadi, Heeso banyak pikiran, sedangkan Jungwoo orangnya memang jarang bicara.

Dalam keheningan itu berderinglah ponsel Heeso. Heeso melihat layarnya, tertera nama "ayah" disitu.

Tangan Heeso gemetar. Gugup dengan panggilan tiba-tiba dari ayahnya. Pasalnya, ia sudah lama tidak berhubungan dengan ayahnya. Lebih tepatnya sudah tiga minggu, karena pertengkaran hebat yang terjadi dikeluarganya.

Layar ponsel Heeso menjadi gelap lagi, ayahnya sudah tidak menelepon. Tapi, beberapa detik kemudian kembali tertera nama ayahnya disitu.

Jungwoo yang melihat Heeso hanya diam terpaku dengan tangannya yang bergetar merasa bingung. Ia mengintip dan tahu bahwa yang menelpon adalah ayah Heeso.

"Kenapa nggak dijawab?" Tanyanya kepada Heeso.

Heeso akhirnya menjawab panggilan itu walaupun ragu-ragu.

"Halo." Sapa Heeso.

Bukannya membalas menyapa, ayah Heeso berteriak ketika mendengar suara anaknya.

"Hey, kenapa kamu keluyuran diluar dan tidak pulang kerumah. Ibumu dan kakakmu disini sedih dan stres menunggumu pulang. Kenapa kamu jahat sekali, mata kakakmu bahkan bengkak karena menangisimu."

"Sepertinya kamu mewarisi sifat mama mu yang kurang ajar. Dasar anak pembangkang. Cepat pulang atau kamu bukan anakku lagi."

Tut..tut..

Panggilan diputuskan oleh ayahnya.

Air mata Heeso mengalir begitu saja tanpa bisa ia bendung. Hancur sudah hatinya. Sudah hampir satu bulan ia dan ayahnya tidak berbicara, sekalinya berbicara, makian itu yang ia dapatkan.

Jungwoo yang mendengar semuanya spontan memeluk Heeso. Ia mengusap punggung Heeso, menenangkannya.

Ia sudah memberhentikan mobil sedari tadi.

"Shh, ada aku disini." Ucap Jungwoo masih dengan mengusap punggung Heeso.

Bukannya berhenti, tangisan Heeso makin menjadi. Sudah lama ia tidak dapat pelukan hangat yang menenangkan, lebih tepatnya, setelah mamanya meninggal.

Setelah beberapa menit lamanya.

Heeso sadar kembali dari kesedihannya, dengan cepat ia melepaskan pelukan Jungwoo. Matanya menatap lurus kedepan, ia mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya.

Jungwoo dengan sigap memberikan kotak tisu kepada Heeso.

"Makasih Jungwoo."

Jungwoo membalas dengan senyuman, "latihannya jadi apa nggak nih?" Tanya Jungwoo. Jungwoo mengerti bahwa suasana hati Heeso sedang buruk, makanya dia bertanya.

"Kenapa nggak jadi, ayo berangkat." Jawab Heeso sembari mengeluarkan senyumannya. Ia tidak mau egois hanya karena perasaannya, sampai mereka tidak ikut latihan. Apalagi besok acaranya.

Tidak lama dijalan, mereka sampai dan mendatangi tempat latihan, di lantai paling atas gedung.

Perancang busana untuk acara besok memberikan pakaian untuknya pakai tampil besok.

"Sana pakai baju ini, trus susul yang lain latihan di panggung. Nanti saya datangin kamu." Kata perancang busana itu kemudian berlalu pergi. Jelas saja dia sibuk, toh besok rancangan busana miliknya akan dipamerkan kepada orang-orang.

Heeso masuk ke ruang ganti untuk memakai pakaian itu.

Heeso berdecak kagum, sebuah dress dibawah lutut berwarna merah polos dan tidak memiliki lengan sudah ia kenakan.

Tidak membuang waktu lama-lama untuk mengagumi dress itu, Heeso pergi ke ballroom, semua orang sudah ada disana, tampan dan rapi.

"Widih Heeso, cantik banget." Puji Jeno selalu seperti biasa.

"Heeso, jadi pasangan aku aja nanti ya, hehehe." Lucas cengengesan. Yang dibalas dengan toyoran kepala dari yang lain.

"Yeu, modus buaya."

Heeso mulai latihan. Walaupun awalnya agak susah dan dia kurang percaya diri tapi akhirnya Heeso bisa dengan bimbingan perancang busana.

Heeso dipasangkan dengan Jeno untuk peragaan busana besok. Ia terima-terima saja, si Jeno mah dengan senang hati.

Sampai dimana semua sudah selesai, barulah mereka pulang. Heeso sekarang numpang mobil Jeno, Jeno yang maksa Heeso tadi.

Jeno yang sedari tadi senyam-senyum didalam mobil, memberhentikan mobilnya di depan restoran. Padahal janjinya tadi langsung pulang ke rumah, dasar tukang bohong.

Heeso tidak sadar diculik Jeno ke restoran, orang dia dari tadi ngelamun mulu, mikirin apa kata ayahnya tadi siang.

Jeno nyolek bahu Heeso, "nggak mau turun nih? Atau mau aku ngendong."

"Hah, kok ke restoran sih Jen." Tanya Heeso melirik ke arah Jeno yang menatapnya.

"Makan, kan belum makan dari siang. Temenin aku."

Jeno keluar dari mobil diikuti Heeso. Mereka duduk dan memesan makanan, tentu saja Jeno semua yang memilihnya. Heeso mah gak tau, dia aja nggak pernah makan di restoran, biasanya cuman di warung pinggir jalan.

Jeno sibuk memainkan ponselnya, tidak membawa berbicara sama sekali. Heeso dari tadi gatal ingin bertanya. Jadilah ia memulai pembicaraan.

"Jen, kamu kuliah udah semester berapa?" Tanyanya.

Jeno melirik sekilas kemudian kembali bermain ponsel, "semester empat, jurusan kedokteran."

"Lancar nggak ada masalah kan?"

"Iyalah, kan aku bukan tukang onar. Mana mungkin buat masalah."

Jeno menatap Heeso, ia mengodekan agar tangan Heeso dijulurkan ke atas meja. Heeso menurut saja.

Jeno mengambil tangan Heeso dan menggenggamnya. Ia kemudian mengambil foto, dimana tangannya dan Heeso saling bertautan.

"Buat di snapgram" Kata Jeno cengigiran. Heeso mengangguk dan kemudian kembali menanyakan tentang kehidupan Jeno. Mereka asik mengobrol dengan tangan Jeno yang masih menggenggam tangan Heeso.

Cukup lama menunggu, makanan akhirnya datang, Heeso bersiap menyantap makanan yang kelihatan lezat. Namun ia terhenti karena tangannya tertahan oleh sesuatu yang berat, ia melirik ke arah Jeno yang sibuk bermain ponsel.

Heeso menggoyang-goyangkan tangannya, supaya Jeno melepas tautan tangan mereka. Tapi tangan Jeno tidak kunjung menyingkir dari tangannya.

"Jen, lepas dong. Mau makan."

"Hah" Jeno menatap bingung Heeso dan menyadari tangan mereka yang masih bertautan, "ah, aku kehayalan, wkwk." Kata Jeno cengingiran lagi, yeu, bilang aja daritadi modus.

Lalulah mereka makan, karena sudah sangat lapar.

Ketika menyantap makanan, ponsel Heeso bergetar. Ia menerima sebuah pesan. Mari kita lihat siapa yang mengirim pesan.

Jaehyun

|tetangga, ke kamar aku dong

Renjun

| kamu ketahuan, selingkuh!

Boss

|malam sayang, siap-siap
| besok mama kirimin tugas kamu selanjutnya

••••

Kalau kata pemain ml sih, ini namanya epic comeback. Percayalah ini part terpanjang yang pernah aku tulis setelah sekian lama.

18 Prince °nct2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang