18 prince__thirteen

6.1K 842 37
                                    

Heeso mendapat pesan tentang tugas selanjutnya dari ibu Yoona, karena itu dia menjadi sangat gelisah. Matanya tidak bisa terpejam sama sekali.

Tugasnya kali ini sangat sulit menurutnya. Ia disuruh untuk merubah perilaku Yuta yang suka keluar malam dan tidak pulang-pulang selama beberapa hari.

Heeso berpikir, padahal Yuta sudah dewasa tapi kenapa ibu Yoona, mama mereka melakukan hal yang sangat ketat untuk mengawasi perilaku Yuta. Sebenarnya kalo terjadi apa-apa, pasti Yuta juga bisa bertanggung jawab, sama hal nya dengan anak yang lain.

Yuta itu bukan tipe Heeso sama sekali. Heeso tidak suka dengan orang yang menghamburkan banyak uang hanya untuk memanjakan wanita-wanita bayaran. Atau dengan seseorang yang terlalu mesum, ya seperti Yuta.

Heeso masih saja sibuk memikirkan cara untuk melakukan tugasnya kali ini. Terlalu lama berpikir Heeso merasa kehausan kemudian berjalan ke lantai pertama untuk mengambil minum.

Setelah meneguk habis minumannya, Heeso berjalan ke arah ruang tamu dan kemudian duduk di sofa. Ia masih berpikir ketika waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

Dalam keheningan itu, Heeso mendengar suara pintu utama yang terbuka, diikuti oleh suara berisik. Siapa yang datang malam-malam begini?

Heeso berjalan ke arah pintu utama dan menemukan dua orang tengah saling menopang, wajah mereka dipenuhi luka.

"Jaehyun, Winwin! Kalian habis tawuran?" Heeso yang panik tanpa pikir panjang cepat menyeret dan mendudukkan Jaehyun, Winwin di sofa.

"Sebentar, aku ambil kotak obat." kata Heeso, ia pergi berlari mencari kotak obat dan menemukannya di dalam lemari persediaan, setelah itu Heeso kembali ke ruang tamu dimana Jaehyun dan Winwin tampak kesakitan.

Heeso dengan tanggap membersihkan luka-luka, memberi obat antiseptik dan betadine, terakhir menutup lukanya dengan plaster.

Pertama, Heeso mengobati Jaehyun. Luka diwajah Jaehyun nggak terlalu banyak kayak di wajah Winwin. Makanya Heeso cepat selesai ngobatin Jaehyun.

Ketika mengobati Winwin, Winwin beberapa kali mengaduh kesakitan. Heeso juga meringis melihat reaksi Jaehyun dan Winwin yang terus mengaduh ketika di obati.

"Makanya jangan suka main tinju-tinjuan sama orang, udah subuh juga." Heeso yang  kesal menekan luka lebam di pipi Winwin yang masih ia obati.

"Sakit." Winwin mengaduh.

"Biarin." kata Heeso lalu kembali menekan luka Winwin. Winwin mengaduh dan menahan tangan Heeso yang gemas menekan pipinya, dia natap mata Heeso dalam ngebuat Heeso salah tingkah lalu melepas tangan Winwin dari tangannya.

"Jangan." kata Winwin melarang.

"Habisnya ngeselin, kepinteran banget pulang-pulang bawa luka di badan."

Jaehyun yang sudah selesai di obati, berbaring di atas sofa. Membuat Heeso kembali meringis kesal.

"Jaehyun, ke kamar sana. Ganti baju, cuci tangan, cuci kaki, habis itu tidur. Awas aja nanti aku cek, dasar anak bandel."

Tanpa banyak kata, Jaehyun berlalu pergi ke kamar. Nurutin apa kata Heeso, pengasuh mereka.

Heeso dudukin dirinya di sebelah Winwin yang sudah selesai diobatin juga.

"Kenapa bisa kayak gitu?" Tanya Heeso ke Winwin. Winwin natap Heeso sekilas, "jatuh waktu balapan," jawab Winwin dengan santainya, ngebuat mata Heeso ngebelakak. Dikiranya habis ikut tawuran.

Sungguh tidak bisa dipercaya kalau batu juga bisa ikut balapan.

Setahu Heeso, Winwin itu cuman selalu duduk tenang sambil main hp dengan gaya malas-malasannya. Nggak banyak bacot sama sekali, bahkan Yuta sering dikacangin sama Winwin. Tapi ini anak kok bisa ikut balapan segala. Dari mana sejarahnya.

"Kamu ikut balapan?" Tanya Heeso mengintrogasi.

"Iya."

"Dari kapan?"

"Dari dulu."

"Balapan liar, motor?"

"Iya."

"Dibolehin?"

"Rahasia."

Sebelum Heeso memberikan pertanyaan selanjutnya, Winwin bangkit dari sofa dan berjalan pergi ke kamarnya.

"Udah ditolongin, jawab pertanyaan kayak gitu, dasar gak tahu terima kasih." gumam Heeso, namun masih bisa didengar Winwin.

Winwin seperti biasa tetap melanjutkan jalannya, tidak peduli.

Heeso mendengus kesal, ia kemudian berbaring di sofa, melamunkan tugasnya, sampai ia tidak sadar tertidur disitu.

Ketika pagi tiba, Taeyong yang baru bangun keluar dari kamarnya, ia heran mendapati Heeso tertidur di ruang tamu. Ia mendekati Heeso, wajah Taeyong yang awalnya biasa saja menjadi tersenyun menahan tawa mendapati Heeso yang tidur dengan gaya aneh. Gaya belalang mati pikir Taeyong.

Taeyong mengambil ponsel di dalam sakunya, kemudian ia mengambil potret Heeso yang masih saja tertidur pulas.

"Foto yang bagus, hehe."

Taeyong menepuk pipi Heeso mencoba membangunkan nya, "pssttt....bangun Heeso."

Heeso melenguh kecil, ia menggosok-gosok matanya yang kabur. Matanya menatap sekeliling ruangan mencari fokus, masih belum sadar Taeyong disebelahnya.

"Baguslah kamu sudah bangun, wkwk." Heeso terperangah ketika sadar Taeyong ada disebelahnya.

"Pagi, Taeyong." sapa Heeso.

"Pose mu waktu tidur boleh juga." kata Taeyong dengan kekehan kecil.

"Apanya yang boleh juga?" Tanya Heeso penasaran.

Taeyong tidak menjawab, namun bibirnya menyunggingkan senyun aneh yang membuat Heeso jengkel. Taeyong bangkit berdiri berjalan ke kamarnya meninggalkan Heeso yang bingung, penasaran, bertanya-tanya di dalam hati.

"Idih, pagi-pagi udah ngajak berantem." gumam Heeso kesal.

Heeso cepat bangun ketika mengetahui hari sudah pagi. Walaupun suasana masih sepi, mungkin masih jam enam pagi. Ia berjalan ke kamar dengan gaya malas khas bangun pagi, berniat mandi. Namun di depan pintu kamarnya, ia menemukan Renjun yang tengah berdiri dengan mata yang tertutup menegadah ke atas.

Heeso tertegun sebentar, melihat Renjun seperti ini membuat desiran aneh di hatinya. Ia mengulurkan tangannya menyentuh bahu Renjun.

"Njun?"

••••

18 Prince °nct2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang