10. Bitter.

2.4K 398 34
                                    

Pagi ini mereka berada didalam mobil yang sama, mobil Ali. Karena Priscilla sakit dan Prilly belum hafal jalan menuju sekolah, terpaksa Prilly harus menumpang hari ini.

Mula-mula tak ada yang membuka suara, hanya terdengar lagu barat yang Ali setel dari kaset. Prilly terus memandangi jalanan kota Jakarta yang tidak pernah sepi kecuali lebaran, sedang Ali suka mencuri pandang lewat kaca hanya untuk melihat wajah gadis itu.

"Pril, mau tau nggak?"

Prilly pun menoleh karena sadar tengah diajak berbicara, "Hm?"

"Masa gua suka sih sama lo?"

Deg

"Apaan sih, Li. Gombal mulu!" cibir Prilly.

"Serius yee,"

"Nggak percaya. Kamu ketemu saya aja baru kemarin, nggak mungkin.."

"Nggak ada yang nggak mungkin. Gua itu jarang-jarang lho suka sama orang,"

Ada jeda sejenak.

"Emang siapa aja yang pernah kamu sukain?"

"Lily kecil, bulan gua.."

"Maksud kamu Priscil?" tanya Prilly, seakan tidak tahu.

"Iya, Priscil kecil. Karena Priscil yang sekarang beda aja gitu, gue jadi nggak suka. Sayang sih iya, karena gimana pun dia sahabat kecil gua yang paling baik," jawab Ali.

"Seberharga apa sih Lily buat kamu?"

"Berharga banget, gua aja jatuh cinta. Waktu kecil dia sering jadi pahlawan buat diri gua, pahlawan yang merjuangin diri gua supaya bangkit dan nggak lemah. Dulu kan gua nggak normal kayak anak-anak lainnya. Gua sering nggak percaya diri, nggak bisa apa-apa, nggak punya temen. Dia pun sahabat gua satu-satunya," jelas Ali.

"Ohh," Prilly manggut-manggut. Disudut bibirnya terselip secercah senyuman yang begitu manis, Prilly bahagia pernah menjadi orang yang berguna dan orang yang pernah dicintai oleh pria yang sekarang telah melupakannya ini. 

"Jadi gimana, lo percaya nggak kalo gua beneran suka sama lo?" Ali melanjutkan perkataan awalnya.

"Alesannya?"

"Nothing."

Mau dipisahkan sejauh dan selama apapun, cinta tahu dimana tempat asal dan tempat yang pantas untuk berlabuh. Prilly yakin, Ali akan kembali dengan semua kenangan yang hampir menjadi pahit seperti kopi hitam tanpa gula.

"Gimana mau percaya, alesannya aja nggak ada!"

"Yaudah. Karena lo baik, asik.. one more, lo bikin gua nyaman,"

Prilly memperhatikan wajah Ali yang sesekali menoleh karena ia masih fokus dalam kemudi, gadis itu memberi senyuman tak percaya dan jahil.

Senyumannya terlihat manis dimata Ali, membuat pria itu tak kuasa menahan tangan kirinya untuk mengacak rambut gadis disebelahnya.

"Ihh berantakan tau! Rese deh.."

"Lo cantik sih, gua jadi gemes!" ucap Ali.

"Gombalannya receh," kata Prilly.

"Yaelah,"

"Terus faedahnya kamu bilang suka sama saya apa? Dasar aneh,"

"Kok aneh sih? Ya biar lo tau aja, kalo gua suka sama lo," ujar Ali. Membuat gadis itu tak bisa menahan senyumnya.

"Terus lo mau tau lagi nggak?"

"Apaan lagi sih!"

"Kayaknya dikit lagi gua cinta deh sama lo,"

From Me in SomewhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang