7. Short Kiss.

2.3K 378 17
                                    

Kringgg!

Akhirnya bel istirahat berdering nyaring, Prilly pun langsung membereskan bukunya kedalam tas karena ingin pergi ke kantin, tak lupa tugas yang tadi Bu Cantika beri ia kumpulkan kepada ketua kelas yang tadi berteriak agar tugas itu segera dikumpulkan.

"Prilly, kantin bareng yuk?" ajak Shawn.

Prilly diam sejenak, "Boleh deh. Kebetulan saya juga belum tau kantinnya dimana,"

"Ayo,"

"Eh itu.. Denis ya? Nggak kamu bangunin?" tanya Prilly.

"Nggak usah, biar tau rasa nggak istirahat!" kata Shawn. Prilly pun terkekeh.

Mereka berjalan seiring di koridor sekolah, gombalan Shawn tak hentinya membuat Prilly terkekeh geli. Tapi perempuan itu berusaha menganggap gombalan Shawn hanya hiburan gratis dari teman barunya saja.

Sesampai di kantin, bibir Prilly langsung mengerucut karena melihat semua kursi sudah terisi penuh. Tapi tidak dengan Shawn, pria itu terlihat santai.

Tapi omong-omong, kenapa tiba-tiba mereka dijadikan pusat perhatian oleh siswa lainnya? Prilly tak mengerti.

"Ngapain ngeliatin? Gua tau gua ganteng!" ucap Shawn ketika sadar akan pandangan mereka.

"Tiap hari beda-beda. Ganti lagi nih?"

"Yoi! Orang ganteng mah bebas," sahut Shawn.

Prilly yang mengerti maksud perbincangan mereka hanya bisa tersenyum ambigu. Antara terpaksa dan jijik.

"Kita mau makan dimana, Shawn?" tanya Prilly ketika mereka hanya mengelilingi kantin ini saja.

"Ya disini," jawab Shawn bersamaan dengan langkahnya yang terhenti pada salah satu meja, dan tentunya sudah ada pemiliknya. "Eh lo berdua. Cabut bisa kan ya?"

"Gue udah duluan disini,"

"Wes.. berani?"

"Udah ngalah aja!" kata temannya.

Mereka berdua pergi dengan rasa kesal yang bukan main, tapi terpaksa mereka tak bisa membantah. Karena banyak yang bilang, kalau berani membantah salah satu dari tiga manusia rese itu-entah Ali, Shawn, atu Denis-sudah pasti akan kena imbasnya. Memang, mereka bertiga sangat populer di Pelita Bangsa karena tampan dan tajir, orangtua mereka pun merupakan donatur disekolah ini. Lain halnya dengan Ali, ayahnya merupakan pemilik sekolah yayasan Pelita Bangsa yang terkenal ini. Tapi ayahnya pun tak bisa memantau dengan baik karena sedang menjalankan bisnis besar di negara asing, maka dari itu Ali and the genk seenak jidat disini.

"Kayaknya kamu paling ditakutin banget ya sama siswa lainnya?" tanya Prilly.

"Bukan cuma paling ditakutin, tapi paling ganteng dan paling populer," balasnya.

"Hehehehe,"

"Mau makan sama apa?" tanya Shawn.

"Emang adanya apa?"

"Disini mah banyak. Kalo bakso gimana?"

"Boleh,"

"Minumnya?"

"Es teh manis aja," jawab Prilly.

"Udah manis juga hehehe," gombalnya lagi.

"Mang Iwan, dua porsi yak! Mpok Njum, es teh manis dua jugaa," teriaknya.

"Siap, den!"

Tak butuh waktu lama, bakso dan es teh manis pesanan mereka pun datang. "Enak ya baksonya, mirip bakso langganan saya waktu di Bandung," kata Prilly.

From Me in SomewhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang