Hunting rabbits won't be difficult, I'll be fine

702 117 14
                                    

Ketika pulang, Mingyu sangat terkejut melihat Wonwoo yang sedang diobati. Seungcheol membersihkan luka di bibir Wonwoo dengan hati-hati. Sesekali yang terluka itu meringis menahan perih.

"Ada apa ini?! Apa yang terjadi padamu?!" Mingyu berucap khawatir sambil memegangi pundak Wonwoo. Ia lalu memperhatikan wajah kekasihnya yang memar itu.

"Ia berkelahi." Seungcheol yang menjawab. Wonwoo menghempas nafas karena tadinya ia ingin merahasiakan ini. Namun mengatakan terjatuh sebagai alasan tentu saja tidak akan begitu saja membuat Mingyu percaya.

"Bagaimana bisa kau berkelahi? Dengan siapa? Siapa yang telah melakukan ini semua padamu? Abeoji, tolong beritahu aku!"

"Pelan-pelan Kim Mingyu. Wonwoo bisa menjelaskannya baik-baik nanti."

"Sebenarnya si Jeonghan sialan itu punya dendam apa padamu appa?" tanya Wonwoo.

"Suatu saat kau akan mengerti kenapa ia bisa melakukan itu padaku."

"Apakah kalian memiliki masa lalu yang kelam?"

Sempat terjadi jeda beberapa detik sampai Seungcheol mengatakan, "Tolong lupakan saja. itu hanyalah masa lalu, oke?"

Begitu pengobatan itu selesai, Seungcheol pamit pulang. Ia meminta Mingyu untuk menjaga Wonwoo baik-baik sebelum akhirnya ia menghilang di balik pintu.

Mingyu memberi kilatan tatapan intimidasi pada Wonwoo. Sekali lagi meminta penjelasan yang belum terjawab.

Berakhir dengan peraduan mulut dan pertengkaran di antara keduanya.

.

.

.

Dua bulan berlalu. Dilalui begitu saja dengan Mingyu yang kewalahan menghadapi tingkah Wonwoo yang mulutnya diam namun badan, tangan, dan kakinya tidak bisa diam untuk bekerja.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Mingyu di ruang cuci. Ia melihat Wonwoo berjongkok dengan mengangkang-karena perut besarnya, memegang obeng dan melakukan sesuatu terhadap mesin cuci.

"Memperbaiki benda rusak ini. Cucian baju sudah menumpuk." Wonwoo menjawab tanpa menoleh sang lawan bicara sedikitpun. Ia terlalu sibuk. Terburu-buru. Ingin segera membersihkan seluruh pakaian kotor.

Mingyu mendengus. Wonwoo baru bersedia melihat mata sang kekasih saat kekasihnya itu merebut obeng besar itu dari tangannya, "Hei! Aku belum selesai!" protes Wonwoo.

"Biar aku saja."

Wonwoo bangkit, "Baiklah. Kalau sudah selesai periksa lagi. Pastikan bahwa mesin cuci ini sudah benar-benar bisa dipakai."

Mingyu mulai menggantikan Wonwoo untuk melakukan kegiatan itu.

Tanpa sepengetahuan Mingyu, Wonwoo pergi ke sungai untuk mencuci pakaian-pakaian kotor itu. Padahal ketika ingin menggantikan Wonwoo memperbaiki mesin cuci, Mingyu bermaksud membuat Wonwoo beristirahat.

Mencuci baju di sungai membuat Wonwoo sakit badan. Pegal-pegal. Kelelahan. Ia tidak pernah mencuci di sungai sebelumnya. Rasanya berkali-kali lipat lebih melelahkan dibandingkan menggunakan mesin cuci.

.

.

.

Wonwoo mengepel lantai dengan gerakan yang agak lambat. Ia sangat berhati-hati melakukannya. Namun tetap saja, melihat itu Mingyu memintanya untuk berhenti lalu memarahinya. Membuat Wonwoo menangis. Semakin hari kekasih Mingyu ini semakin sensitif.

"Kau benar-benar bosan berada di rumah. Kurasa kau butuh liburan." Ujar Mingyu. Wonwoo terkejut ketika dengan tiba-tiba Mingyu menarik tangannya dan membawanya berjalan keluar, "Ayo kita pergi ke Braxtontopia."

Wonwoo tersenyum mendengar itu. Ia memang ingin sekali pergi ke sana lagi. Sayangnya ia tidak hapal mantera untuk membuka portalnya. Dan ia juga tidak punya cukup nyali untuk memintanya pada Mingyu. Ia takut kalau membuka portal pembatas dua tempat yang berjauhan itu akan membuat Mingyu kesulitan.

.

.

.

"Kau membuatku semakin bersemangat sayang." Wonwoo berbicara pada perut buncitnya, sambil mengelus-elusnya. Ia lalu membawa wajahnya dan Mingyu yang sedang terlelap di tempat tidurnya itu mendekat, dan mengecup keningnya. Membuat Mingyu terbangun dari tidur siangnya dan membuka sepasang kelopak mata perlahan.

"Kau mau ke mana?" Mingyu memicingkan mata ketika bertanya. Ia bertanya seperti itu karena melihat Wonwoo sudah memakai mantel tebalnya.

"Hutan."

Mingyu sedikit mengerang karena masih mengantuk, "Mau apa?"

"Hanya berburu kelinci. Tidak akan sulit. Aku akan baik-baik saja."

"Baiklah. Berhati-hatilah." Ia tersenyum, mengelus-elus perut Wonwoo. Wonwoo membalas dengan membelai kepala kekasihnya itu sekali.

Mingyu mengeratkan selimut, menutup mata untuk kembali melanjutkan tidurnya yang dirasa tidak memuaskan.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

Spoiler : sesuatu yg buruk bakal terjadi ama wonu di luar sana 🙃

Tentative Emphasis 🏔 Meanie [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang