Bangun tidur, Mingyu membawa kaki-kaki panjangnya melangkah keluar rumah. Ia meregangkan kedua lengannya. Tersenyum memandang indahnya langit jingga pada petang itu.
Wonwoo belum kembali semenjak kepergiannya tadi. Namun kali ini Mingyu hanya ingin berpikir positif bahwa kekasihnya itu benar-benar akan baik-baik saja di luar sana tanpa dirinya.
Tiba-tiba ia melihat sebuah portal terbuka di langit. Menampilkan seekor burung hantu yang keluar dari sana dan terbang ke arahnya dengan membawa segulung kertas kusam.
Mingyu mengerutkan kening.
Ia menerima gulungan kertas itu di tangannya ketika burung itu menjatuhkannya dari sepasang cakarnya. Setelah itu hinggap di pundak Mingyu.
Terlalu lama. Aku memang tidak melanjutkan penyiksaan itu pada keluargamu meskipun mereka berada di balik jeruji. Tapi jangan karena aku tidak memberikanmu tenggang waktu, kau seolah menghilang ditelan bumi. Kali ini aku tidak bisa menunggu lagi. Aku akan kembali menyiksa keluargamu. Aku akan menghentikannya jika kau membawakanku apa yang kuinginkan.
Demikianlah isi surat yang Mingyu baca.
Ia meremas kertas tak bersalah itu dengan kedua telapak tangan yang bergetar. Jantungnya pun berdegup secara kurang ajar.
Ia segera memasuki rumah untuk menulis balasan.
Kumohon beri aku belas kasihan. Jeon Wonwoo sedang hamil saat ini. Jadi tolong, jangan sekarang. Aku tidak bisa.
Burung hantu itu dengan sigap mencengkeram kertas itu begitu Mingyu selesai menggulungnya. Ia mengikuti jejak burung itu untuk keluar rumah.
Ia mengawasi burung yang memasuki portal itu kembali. Tetap berdiri di sana memandang langit dengan wajah cemasnya. Mengharapkan balasan yang sesuai dengan keinginannya dari Vernon.
Beberapa lama kemudian, burung itu kembali. Membawakan surat balasan yang langsung diterima Mingyu. Ia lalu membacanya.
Bagus. Kalau begitu sekalian bawakan janin itu padaku. Janin dari seorang Conqueror bisa menjadi santapan yang bagus.
.
.
.
Dingin.
Penghangat ruangan dan api sungguhan dari perapian seakan tak berguna. Semuanya percuma.
Mingyu terduduk di atas sofa empuk yang tetap dirasa tidak nyaman.
Perasaan kalut luar biasa mengalahkan segalanya. Melupakan segalanya. Menghilangkan segala kesenangan dan kenyamanan.
Ia meremas kepala dan mengatup mata erat. Meskipun dengan menunjukkan apa yang ia rasakan atau tidak, keadaan tidak akan berubah.
Di luar sana langit gelap tanpa taburan bintang. Kalau sudah begini malam-malam begini akan terjadi badai.
Benar saja. Badai itu muncul. Angin kencang meniup salju dengan kuat hingga bertebaran ke satu arah dengan cepat.
Baru lima menit berlalu sejak badai itu tiba, ia mendengar pintu berderit. Merasakan kehadiran hawa manusia dan kaki-kaki melangkah masuk dengan berat. Mengakibatkan lantai kayu kokoh bangunan itu sedikit berdecit.
Ia segera menoleh ke asal suara. Tidak langsung menyadari apa yang ia lihat, karena terlebih dahulu indera penglihatannya mencerna apa yang terjadi.
Wonwoo tidak sempat menjadikan apapun di dalam ruangan itu sebagai tumpuan. Baru satu langkah, ia sudah terjatuh duluan di lantai. Dengan kondisi kepala yang sedikit dihinggapi kristal es. Sedikit, namun menusuknya bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentative Emphasis 🏔 Meanie [⏹]
FanfictionKisah perjalanan hidup Mingyu yang akan memenggal kepala Wonwoo. MPREG #2 norway #4 jungle #8 snow ©2016, ichinisan1-3